Negara Lain Masih Terjebak dalam Resesi, Ekonomi China Bangkit Lebih Awal

Selasa, 13 Oktober 2020 - 13:15 WIB
loading...
Negara Lain Masih Terjebak dalam Resesi, Ekonomi China Bangkit Lebih Awal
Pemerintah mulai membuka sejumah tempat wisata. Warga sedang antre untuk masuk ke tempat wisata di ChinaFoto/Reuters
A A A
BEIJING - Ketika sebagian besar negara di dunia masih berjuang melindungi kondisi ekonomi akibat wabah Covid-19 , China sudah sukses meraih angka pertumbuhan yang membanggakan. Meski tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, pendapatan yang dicapai China telah memperkuat posisinya sebagai negara adidaya yang memberi pengaruh luas.

China menjadi satu-satunya negara superpower yang berhasil menghindari resesi ekonomi akibat Covid-19 pada tahun ini. Amerika Serikat (AS) dan Jepang pun tak mampu mengalahkan China. Menurut Bank Dunia, Produk Domestik Bruto (PDB) China diprediksi tumbuh sekitar 1,6% pada tahun ini sementara ekonomi global mengalami kontraksi sebesar 5,2%. (Baca: Nasihat Indah Aa Gym: Jangan Mempersulit Diri!)

China sukses bangkit dan lebih cepat pulih dibandingkan negara lainnya karena berhasil menanggulangi Covid-19 secara cepat dan tepat. Pemerintah China juga menanamkan investasi dalam berbagai proyek infrastruktur untuk mendukung ekonomi dan membagikan insentif uang tunai sehingga kemampuan belanja masyarakat tetap kuat.

Pada akhir athun ini, PDB China terhadap dunia meningkat sebesar 1,1% atau tiga kali lebih tinggi dibandingkan 2019. Sebaliknya, PDB AS dan Eropa terhadap dunia menurun. Estimasinya, ekonomi China diperkirakan setara dengan USD14,6 triliun atau setara dengan 17,5% PDB dunia. Tanpa adanya Covid-19, ekonomi China diyakini akan merekah.

Ahli ekonomi dari Macquarie Group, Larry Hu, mengatakan kemajuan China tidak terlepas dari besarnya pengaruh China dalam ekonomi dunia. Saat ini, banyak perusahaan China yang sukses mengadu strategi di berbagai sektor dan menguasai pasar. “Karen itu tak heran jika China mampu pulih lebih baik dibandingkan yang lain,” kata Hu.

Pertumbuhan itu juga dirangsang berbagai program ekonomi dan budaya. Pada pekan ini, China telah merayakan liburan panjang Golden Week. Festival musiman itu menandai berdirinya Republik Rakyat China dan Moon Festival, salah satu festival dengan arus mudik terbesar di China. Lebih dari 630 juta orang disebut mudik selama Golden Week tahun ini atau 80% dari jumlah normal. (Baca juga: Tips Aman ke Dokter Gigi Selama Covid-19)

Tingkat belanja masyarakat juga disebut pulih sebesar 70% dibandingkan tahun lalu atau mencapai USD70 miliar. Adapun penjualan tiket bioskop melampaui USD580 juta atau 12% di belakang Golden Week tahun lalu. Golden Week telah mendorong rakyat China untuk kembali menjalani dan menikmati hidup seperti sebelum Covid-19 mewabah.

Imbas wabah Covid-19 memang tidak seburuk seperti prediksi sebelumnya. Berdasarkan laporan terbaru Organisasi Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi (OECD), ekonomi dunia akan menyusut tahun ini, tapi tidak sebesar prediksi beberapa bulan lalu menyusul adanya perkembangan positif.

Lembaga penelitian yang berkantor pusat di Prancis itu memperkirakan ekonomi dunia akan turun sebesar 4,5% tahun ini dan juga naik sebesar 5% tahun 2021. Beberapa bulan sebelumnya, OECD pernah mengeluarkan rilis serupa dan memperkirakan ekonomi global akan turun 6% dan naik 5,2% tahun depan.

Bagaimanapun, data itu tidak menggambarkan perkembangan ekonomi secara menyeluruh dan merata. Pasalnya, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi berasal dari Amerika Serikat (AS) dan China. Negara Eropa hanya naik sedikit. Adapun Meskiko, Argentina, India, dan Indonesia tidak berkembang signifikan. (Lihat videonya: Kelompok Geng Motor Medan Terjaring Razia Polisi)

China menjadi satu-satunya negara G20 yang diproyeksikan mengalami kenaikkan sebesar 1,8% tahun ini, sedangkan AS sebesar 3,8%. Ritel di China, terutama e-commerce, mengalami kenaikkan besar. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1572 seconds (0.1#10.140)