Pemimpin Taiwan Berharap Ketegangan dengan China Berkurang

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 18:52 WIB
loading...
Pemimpin Taiwan Berharap...
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Foto/Deccan Herald
A A A
TAIPEI - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ia memiliki harapan untuk mengurangi ketegangan dengan China dan di wilayah tersebut jika Beijing mendengarkan keprihatinan Taipei, mengubah pendekatannya dan memulai kembali dialog dengan pulau demokrasi yang berpemerintahan sendiri.

Berbicara pada perayaan Hari Nasional Taiwan, Sabtu (10/10/2020), Tsai mencatat pernyataan pemimpin China Xi Jinping baru-baru ini dalam pesan video pada Sidang Umum PBB bahwa Beijing tidak akan pernah mencari hegemoni, ekspansi, atau untuk membangun pengaruh.(Baca juga: Jinping: China Tidak Ingin Perang dengan Negara Manapun )

"Karena negara-negara di kawasan ini dan di seluruh dunia sekarang prihatin tentang hegemoni China yang meluas, kami berharap ini adalah awal dari perubahan yang nyata," kata Tsai dalam pidato tahunannya di Kantor Kepresidenan di pusat kota Taipei.

"Jika Beijing dapat mengindahkan suara Taiwan, mengubah cara menangani hubungan lintas selat, dan bersama-sama memfasilitasi rekonsiliasi lintas selat dan dialog damai, saya yakin ketegangan regional pasti dapat diselesaikan," sambung Tsai seperti dilansir dari The Associated Press.

China mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya yang akan dianeksasi dengan paksa jika perlu. Beijing memutuskan kontak dengan pemerintah Tsai setelah ia terpilih untuk masa jabatan pertama pada tahun 2016 dan terus meningkatkan tekanan diplomatik, militer, serta ekonomi di pulau berpenduduk 23 juta itu untuk memaksanya mendukung anggapannya bahwa Taiwan dan daratan merupakan satu China.

China telah mengirim pesawat tempur dan kapal ke daerah-daerah di bawah kendali Taiwan, mendorong angkatan udara pulau itu untuk menerbang jet-jetnya dengan tempo lebih cepat daripada sebelumnya.

"Untuk beberapa waktu sekarang, gangguan melalui udara dan laut dari sisi lain telah meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan," ujar Tsai, menambahkan bahwa Taiwan tidak akan menunjukkan kelemahan atau bertindak gegabah.

“Kami berkomitmen untuk menegakkan stabilitas lintas selat, tetapi ini bukan sesuatu yang dapat dipikul Taiwan sendirian; ini adalah tanggung jawab bersama dari kedua belah pihak," imbuhnya.

"Selama otoritas Beijing bersedia untuk menyelesaikan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat, sementara paritas dan martabat dipertahankan, kami bersedia bekerja sama untuk memfasilitasi dialog yang bermakna," tegasnya.

Ia mengatakan pendekatan semacam itu dibangun di atas konsensus lintas partai, anggukan kepada oposisi utama Partai Nasionalis, yang meskipun secara resmi menganjurkan penyatuan dengan China telah meremehkan sikap itu dalam upaya untuk membendung kekalahan elektoral.

Kampanye isolasi China telah membuat Taiwan dikecualikan dari pertemuan internasional dan mengurangi jumlah sekutu diplomatiknya menjadi hanya 15, meskipun Taiwan menikmati dukungan informal yang kuat dari Amerika Serikat (AS), Jepang, dan negara-negara demokrasi besar lainnya. (Baca juga: Waswas Agresi China, AS Ancam Daratkan Kapal-kapal Amfibi ke Taiwan )

Tsai juga memuji keberhasilan Taiwan dalam mengatasi wabah virus Corona dan menguraikan langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan ekonomi teknologi tinggi dan militernya.

Pidatonya diiringi oleh pertunjukan pasukan dan pasukan pertahanan sipil, serta pertunjukan band dan tari di depan tamu undangan dan anggota masyarakat di depan gedung kepresidenan yang berasal dari zaman Taiwan sebagai koloni Jepang dari tahun 1895 hingga 1945.

Setelah Perang Dunia II, Taiwan diserahkan ke Republik China yang dipimpin oleh Tokoh Nasionalis Chiang Kai-shek, yang pindah ke pulau itu pada tahun 1949 menjelang pengambilalihan oleh Komunis atas China daratan.

Hari Nasional tanggal 10 Oktober dimulai dari pemberontakan tahun 1911 melawan Qing, kekaisaran terakhir China, yang mengarah pada berdirinya Republik China, yang tetap menjadi nama resmi Taiwan.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1456 seconds (0.1#10.140)