Waswas Agresi China, AS Ancam Daratkan Kapal-kapal Amfibi ke Taiwan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mulai waswas dengan China yang bertekad merebut kembali Taiwan dengan kekuatan militer. Washington pun mengancam akan mendaratkan kapal-kapal perang amfibi ke pulau tersebut sebagai pembela.
Ancaman Washington itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien. Dalam sebuah acara di University of Nevada di Las Vegas, O'Brien mengatakan China terlibat dalam penumpukan Angkatan Laut besar-besaran yang mungkin tidak terlihat sejak upaya Jerman untuk bersaing dengan Angkatan Laut Kerajaan Inggris sebelum Perang Dunia Pertama. (Baca: China Latihan Perang Lagi di Laut China Selatan, Taiwan Khawatir Perang Pecah )
"Bagian dari itu adalah memberi mereka kemampuan untuk mendorong kami keluar dari Pasifik Barat, dan memungkinkannya melakukan pendaratan (kapal-kapal) amfibi di Taiwan," katanya, seperti dikutip Reuters, Kamis (8/10/2020).
"Masalahnya adalah pendaratan amfibi sangat sulit," ujar O'Brien, merujuk pada jarak 160 km antara China dan Taiwan dan kurangnya area pendaratan pantai di pulau itu.
"Ini bukan tugas yang mudah, dan ada juga banyak ambiguitas tentang apa yang akan dilakukan Amerika Serikat sebagai respons atas serangan China terhadap Taiwan," lanjut O'Brien, ketika ditanya apa pilihan AS jika China bergerak untuk mencoba menginvasi Taiwan. (Baca: Taiwan Habiskan Rp13 Triliun untuk Usir Jet Tempur China Tahun Ini )
O'Brien mengacu pada kebijakan lama AS tentang "strategi ambigu" ketika menjawab pertanyaan apakah Amerika akan campur tangan untuk melindungi Taiwan, yang dianggap China sebagai provinsinya dan telah berjanji untuk menyatukannya kembali dengan China daratan, bahkan dengan kekerasan militer jika perlu.
Amerika Serikat diwajibkan oleh undang-undang untuk memberi Taiwan sarana untuk membela diri, tetapi belum dijelaskan apakah akan campur tangan secara militer jika terjadi serangan China, sesuatu yang kemungkinan besar akan mengarah pada konflik yang lebih luas dengan Beijing.
Komentar O'Brien datang pada saat China secara signifikan meningkatkan aktivitas militer di dekat Taiwan dan ketika hubungan AS-China telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa dekade.
O'Brien mengulangi seruan AS agar Taiwan membelanjakan lebih banyak uangnya untuk pertahanannya sendiri dan untuk melakukan reformasi militer untuk menjelaskan kepada China tentang risikonya jika mencoba menyerang. (Baca juga: Indonesia Lontarkan Peringatan Keras kepada China soal Laut China Selatan )
"Anda tidak bisa hanya menghabiskan 1 persen dari PDB Anda, yang telah dilakukan Taiwan—1,2 persen—untuk pertahanan, dan berharap untuk menghalangi China yang terlibat dalam pembangunan militer terbesar dalam 70 tahun," ujarnya.
"Taiwan perlu mengubah diri mereka menjadi landak secara militer. Singa umumnya tidak suka makan landak," katanya.
Pada hari Selasa, seorang pejabat senior pertahanan AS untuk Asia Timur menyebut rencana Taiwan untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan sebesar USD1,4 miliar tahun depan tidak cukup. Menurutnya, pulau itu perlu berinvestasi dalam kemampuan termasuk memperbanyak rudal jelajah, ranjau laut, kapal serang cepat, artileri mobile, dan aset pengawasan canggih.
Ancaman Washington itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien. Dalam sebuah acara di University of Nevada di Las Vegas, O'Brien mengatakan China terlibat dalam penumpukan Angkatan Laut besar-besaran yang mungkin tidak terlihat sejak upaya Jerman untuk bersaing dengan Angkatan Laut Kerajaan Inggris sebelum Perang Dunia Pertama. (Baca: China Latihan Perang Lagi di Laut China Selatan, Taiwan Khawatir Perang Pecah )
"Bagian dari itu adalah memberi mereka kemampuan untuk mendorong kami keluar dari Pasifik Barat, dan memungkinkannya melakukan pendaratan (kapal-kapal) amfibi di Taiwan," katanya, seperti dikutip Reuters, Kamis (8/10/2020).
"Masalahnya adalah pendaratan amfibi sangat sulit," ujar O'Brien, merujuk pada jarak 160 km antara China dan Taiwan dan kurangnya area pendaratan pantai di pulau itu.
"Ini bukan tugas yang mudah, dan ada juga banyak ambiguitas tentang apa yang akan dilakukan Amerika Serikat sebagai respons atas serangan China terhadap Taiwan," lanjut O'Brien, ketika ditanya apa pilihan AS jika China bergerak untuk mencoba menginvasi Taiwan. (Baca: Taiwan Habiskan Rp13 Triliun untuk Usir Jet Tempur China Tahun Ini )
O'Brien mengacu pada kebijakan lama AS tentang "strategi ambigu" ketika menjawab pertanyaan apakah Amerika akan campur tangan untuk melindungi Taiwan, yang dianggap China sebagai provinsinya dan telah berjanji untuk menyatukannya kembali dengan China daratan, bahkan dengan kekerasan militer jika perlu.
Amerika Serikat diwajibkan oleh undang-undang untuk memberi Taiwan sarana untuk membela diri, tetapi belum dijelaskan apakah akan campur tangan secara militer jika terjadi serangan China, sesuatu yang kemungkinan besar akan mengarah pada konflik yang lebih luas dengan Beijing.
Komentar O'Brien datang pada saat China secara signifikan meningkatkan aktivitas militer di dekat Taiwan dan ketika hubungan AS-China telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa dekade.
O'Brien mengulangi seruan AS agar Taiwan membelanjakan lebih banyak uangnya untuk pertahanannya sendiri dan untuk melakukan reformasi militer untuk menjelaskan kepada China tentang risikonya jika mencoba menyerang. (Baca juga: Indonesia Lontarkan Peringatan Keras kepada China soal Laut China Selatan )
"Anda tidak bisa hanya menghabiskan 1 persen dari PDB Anda, yang telah dilakukan Taiwan—1,2 persen—untuk pertahanan, dan berharap untuk menghalangi China yang terlibat dalam pembangunan militer terbesar dalam 70 tahun," ujarnya.
"Taiwan perlu mengubah diri mereka menjadi landak secara militer. Singa umumnya tidak suka makan landak," katanya.
Pada hari Selasa, seorang pejabat senior pertahanan AS untuk Asia Timur menyebut rencana Taiwan untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan sebesar USD1,4 miliar tahun depan tidak cukup. Menurutnya, pulau itu perlu berinvestasi dalam kemampuan termasuk memperbanyak rudal jelajah, ranjau laut, kapal serang cepat, artileri mobile, dan aset pengawasan canggih.
(min)