Hamas Balas Pangeran Arab Saudi: Riyadh Hanya Melayani Israel, Memalukan
loading...
A
A
A
GAZA - Faksi Hamas menolak pernyataan pangeran Arab Saudi , Bandar bin Sultan , yang menggambarkan para pemimpin Palestina sebagai pihak yang tidak tahu berterima kasih. Faksi yang berkuasa di Gaza itu membalas dengan menyebut Riyadh hanya melayani pendudukan Israel.
Pernyataan Hamas disampaikan salah satu pemimpinnya, Hamas Sami Abu Zuhri di Twitter. "Pernyataan itu hanya melayani pendudukan Israel, memalukan," tulis dia, seperti dikutip Middle East Monitor, Jumat (9/10/2020).
Sebelumnya, Pangeran Bandar bin Sultan dalam wawancara dengan Al-Arabiya pada Rabu malam mengatakan bahwa Arab Saudi mendukung Palestina tapi tidak untuk para pemimpinnya. Mantan kepala intelijen Saudi itu kesal setelah para pemimpin Palestina mengecam dan menolak langkah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Pangeran Bandar mengatakan sikap para pemimpin Palestina yang "menyerang" negara-negara Teluk Arab tidak bisa diterima. (Baca: Pangeran Arab Saudi Kecam Pemimpin Palestina Penolak Normalisasi UEA-Israel )
"Sulit untuk mempercayai mereka (kepemimpinan Palestina) dan untuk melakukan sesuatu untuk kepentingan Palestina dengan mereka ada di sekitar," kata Bandar bin Sultan. "(Namun) ini tidak akan memengaruhi keterikatan kami pada perjuangan rakyat Palestina."
Dia menegaskan bahwa para pemimpin Palestina berpaling dari perjuangan Palestina, dan menyambut bantuan Turki dan Iran, lebih dari dukungan yang ditawarkan oleh negara-negara Teluk Arab dan Mesir.
Bandar bin Sultan mengklaim bahwa Gaza mengekspor terorisme dan kejahatan ke Mesir, pada saat pemerintah Mesir tidak menyisihkan upaya untuk menyelesaikan masalah dan menghentikan blokade di Jalur Gaza. (Baca juga: Pangeran Arab Saudi: Riyadh Dukung Palestina, tapi Bukan Para Pemimpinnya )
Dalam sebuah tweet, Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash menulis; "Sebagai catatan, bin Sultan memberikan pernyataan jujur tentang komitmen Arab Saudi dan negara-negara Teluk terhadap perjuangan Palestina."
Ketegangan antara kepemimpinan Palestina dan Uni Emirat Arab baru-baru ini meningkat setelah penandatanganan perjanjian normalisasi antara UEA dan Israel, yang melanggar Inisiatif Perdamaian Arab yang mengaitkan normalisasi dengan mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina.
Pernyataan Hamas disampaikan salah satu pemimpinnya, Hamas Sami Abu Zuhri di Twitter. "Pernyataan itu hanya melayani pendudukan Israel, memalukan," tulis dia, seperti dikutip Middle East Monitor, Jumat (9/10/2020).
Sebelumnya, Pangeran Bandar bin Sultan dalam wawancara dengan Al-Arabiya pada Rabu malam mengatakan bahwa Arab Saudi mendukung Palestina tapi tidak untuk para pemimpinnya. Mantan kepala intelijen Saudi itu kesal setelah para pemimpin Palestina mengecam dan menolak langkah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Pangeran Bandar mengatakan sikap para pemimpin Palestina yang "menyerang" negara-negara Teluk Arab tidak bisa diterima. (Baca: Pangeran Arab Saudi Kecam Pemimpin Palestina Penolak Normalisasi UEA-Israel )
"Sulit untuk mempercayai mereka (kepemimpinan Palestina) dan untuk melakukan sesuatu untuk kepentingan Palestina dengan mereka ada di sekitar," kata Bandar bin Sultan. "(Namun) ini tidak akan memengaruhi keterikatan kami pada perjuangan rakyat Palestina."
Dia menegaskan bahwa para pemimpin Palestina berpaling dari perjuangan Palestina, dan menyambut bantuan Turki dan Iran, lebih dari dukungan yang ditawarkan oleh negara-negara Teluk Arab dan Mesir.
Bandar bin Sultan mengklaim bahwa Gaza mengekspor terorisme dan kejahatan ke Mesir, pada saat pemerintah Mesir tidak menyisihkan upaya untuk menyelesaikan masalah dan menghentikan blokade di Jalur Gaza. (Baca juga: Pangeran Arab Saudi: Riyadh Dukung Palestina, tapi Bukan Para Pemimpinnya )
Dalam sebuah tweet, Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash menulis; "Sebagai catatan, bin Sultan memberikan pernyataan jujur tentang komitmen Arab Saudi dan negara-negara Teluk terhadap perjuangan Palestina."
Ketegangan antara kepemimpinan Palestina dan Uni Emirat Arab baru-baru ini meningkat setelah penandatanganan perjanjian normalisasi antara UEA dan Israel, yang melanggar Inisiatif Perdamaian Arab yang mengaitkan normalisasi dengan mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina.
(min)