Putin Serukan Diakhirinya Perang Armenia vs Azerbaijan di Nagorno-Karabakh
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak pihak-pihak yang bertikai dalam sengketa wilayah Nagorno-Karabakh untuk segera menghentikan permusuhan. Dia juga menyerukan kedua pihak saling bertukar tahanan dan jenazah yang telah terbunuh dalam perang.
Seruan Putin disampaikan ketika melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Azerbaijan dan Armenia pada hari Kamis. (Baca: Jet F-16 Turki Ditempatkan di Azerbaijan untuk Gentarkan Armenia )
"Setelah serangkaian percakapan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, presiden Rusia menyerukan diakhirinya permusuhan di zona konflik Nagorno-Karabakh karena alasan kemanusiaan agar menukar tahanan dan mayat jenazah yang terbunuh," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (9/10/2020).
Rusia juga mengundang diplomat top kedua negara yang berperang tersebut untuk melakukan pembicaraan.
"Menteri luar negeri Azerbaijan dan Armenia diundang ke Moskow pada 9 Oktober untuk mengadakan konsultasi tentang masalah-masalah ini dengan mediasi Menteri Luar Negeri Rusia," lanjut pernyataan Kremlin.
Pernyataan itu muncul setelah beberapa seruan dari Rusia untuk gencatan senjata di wilayah tersebut dikeluarkan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menguraikan bahwa penyelesaian diplomatik di Nagorno-Karabakh harus dimulai dengan gencatan senjata tanpa prasyarat.
Seruan untuk mengakhiri permusuhan di Nagorno-Karabakh telah disuarakan oleh banyak anggota komunitas internasional, termasuk Rusia, Prancis, Jerman, Amerika Serikat dan PBB. (Baca: Pasukan Armenia Hujani Desa-desa Azerbaijan dengan Rudal dan Artileri )
Turki menyatakan dukungannya kepada Azerbaijan, sementara Armenia menuduh Ankara mengirim penasihat militer untuk konflik, tindakan yang dibantah oleh Turki.
Wilayah Nagorno-Karabakh menjadi medan konflik sejak 27 September, di mana Yerevan dan Baku saling menuduh memicu permusuhan militer. Menurut Sekretaris Ketiga Misi Azerbaijan untuk PBB, sedikitnya 30 warga sipil Azerbaijan telah tewas dan 144 luka-luka dalam konflik tersebut.
Ombudsman Nagorno-Karabakh Artak Beglaryan mengatakan bahwa setidaknya 18 warga sipil tewas di wilayah konflik tersebut setelah permusuhan pecah. (Baca juga: Rusia Tegaskan Perjanjian Militer dengan Armenia Tak Berlaku di Nagorno-Karabakh )
Di antara warga sipil yang terluka adalah beberapa jurnalis, termasuk seorang blogger Rusia; Yuri Kotenok, yang terluka parah dalam serangan di gereja Ghazanchetsots.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Armenia Anna Naghdalyan, tiga orang Rusia menderita luka-luka, di antaranya dua wartawan dan seorang pemandu.
Seruan Putin disampaikan ketika melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Azerbaijan dan Armenia pada hari Kamis. (Baca: Jet F-16 Turki Ditempatkan di Azerbaijan untuk Gentarkan Armenia )
"Setelah serangkaian percakapan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, presiden Rusia menyerukan diakhirinya permusuhan di zona konflik Nagorno-Karabakh karena alasan kemanusiaan agar menukar tahanan dan mayat jenazah yang terbunuh," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (9/10/2020).
Rusia juga mengundang diplomat top kedua negara yang berperang tersebut untuk melakukan pembicaraan.
"Menteri luar negeri Azerbaijan dan Armenia diundang ke Moskow pada 9 Oktober untuk mengadakan konsultasi tentang masalah-masalah ini dengan mediasi Menteri Luar Negeri Rusia," lanjut pernyataan Kremlin.
Pernyataan itu muncul setelah beberapa seruan dari Rusia untuk gencatan senjata di wilayah tersebut dikeluarkan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menguraikan bahwa penyelesaian diplomatik di Nagorno-Karabakh harus dimulai dengan gencatan senjata tanpa prasyarat.
Seruan untuk mengakhiri permusuhan di Nagorno-Karabakh telah disuarakan oleh banyak anggota komunitas internasional, termasuk Rusia, Prancis, Jerman, Amerika Serikat dan PBB. (Baca: Pasukan Armenia Hujani Desa-desa Azerbaijan dengan Rudal dan Artileri )
Turki menyatakan dukungannya kepada Azerbaijan, sementara Armenia menuduh Ankara mengirim penasihat militer untuk konflik, tindakan yang dibantah oleh Turki.
Wilayah Nagorno-Karabakh menjadi medan konflik sejak 27 September, di mana Yerevan dan Baku saling menuduh memicu permusuhan militer. Menurut Sekretaris Ketiga Misi Azerbaijan untuk PBB, sedikitnya 30 warga sipil Azerbaijan telah tewas dan 144 luka-luka dalam konflik tersebut.
Ombudsman Nagorno-Karabakh Artak Beglaryan mengatakan bahwa setidaknya 18 warga sipil tewas di wilayah konflik tersebut setelah permusuhan pecah. (Baca juga: Rusia Tegaskan Perjanjian Militer dengan Armenia Tak Berlaku di Nagorno-Karabakh )
Di antara warga sipil yang terluka adalah beberapa jurnalis, termasuk seorang blogger Rusia; Yuri Kotenok, yang terluka parah dalam serangan di gereja Ghazanchetsots.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Armenia Anna Naghdalyan, tiga orang Rusia menderita luka-luka, di antaranya dua wartawan dan seorang pemandu.
(min)