Rusia: Kyrgyzstan dalam Kekacauan dan Perlu Distabilkan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia menyatakan Kyrgyzstan terjatuh dalam kekacauan dan Moskow diwajibkan oleh traktat keamanan untuk mencegah kehancuran total negara itu.
Saat ini berbagai kelompok mengklaim kekuasaan dalam kerusuhan pascapemilu di negara itu. Kyrgyzstan yang menjadi lokasi pangkalan udara Rusia itu mengalami kekacauan sejak pemilu parlemen Minggu lalu.
Para pengkritik pemerintah dan pemantau dari Barat menyebut pemilu itu dipenuhi kecurangan berupa pembelian suara. Demonstran menyerang gedung-gedung pemerintah pada Selasa dan berbagai kelompok mengklaim mereka telah memegang kekuasaan.
Parlemen gagal mencapai kuorum dalam sidang tadi malam untuk menyepakati siapa yang harus mengambil alih posisi para menteri yang keluar. Situasi ini pun semakin memperpanjang kekosongan kekuasaan.
“Situasi terlihat seperti berantakan dan kacau,” ungkap juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut kewajiban Rusia sesuai traktat keamanan antara dua negara untuk menghindari keruntuhan total pemerintahan.
Dia tidak mengatakan apa aksi Rusia yang akan diambil tapi mengonfirmasi bahwa Kepala Badan Rahasia Rusia, FSB, Alexander Bortnikov telah berbicara dengan Kepala Pelaksana Keamanan Kyrgysztan , Omurbek Suvanaliyev pada Rabu (7/10).
Suvanaliyev merupakan mantan deputi kepala dewan keamanan yang mengambil alih saat para pemimpin pemerintahan tergeser dari kekuasaan.
Komite yang dia pimpin sekarang mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan keamanan Kyrgysztan tidak akan digunakan sebagai alat oleh pihak manapun dan meminta semua kekuatan politik bernegosiasi dan memulihkan penegakan hukum. (Baca Juga: RI pada Vanuatu: Berhenti Sebar Tuduhan Tanpa Fakta Soal Papua!)
Meski demikian, faksi-faksi yang berbeda mengumumkan tak ada rencana semacam itu dan para pendukungnya terus menggelar unjuk rasa. (Baca Infografis: Azerbaijan Akui Gunakan Drone Turki di Konflik Nagorno-Karabakh)
Suvanaliyev menyatakan negara itu memperketat kontrol perbatasan untuk memastikan keamanan dan penjaga perbatasan diberi daftar orang yang dilarang meninggalkan negara itu. (Lihat Video: Paket Sabu dalam Tahu Goreng Ditangkap dari Seorang Wanita)
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Saat ini berbagai kelompok mengklaim kekuasaan dalam kerusuhan pascapemilu di negara itu. Kyrgyzstan yang menjadi lokasi pangkalan udara Rusia itu mengalami kekacauan sejak pemilu parlemen Minggu lalu.
Para pengkritik pemerintah dan pemantau dari Barat menyebut pemilu itu dipenuhi kecurangan berupa pembelian suara. Demonstran menyerang gedung-gedung pemerintah pada Selasa dan berbagai kelompok mengklaim mereka telah memegang kekuasaan.
Parlemen gagal mencapai kuorum dalam sidang tadi malam untuk menyepakati siapa yang harus mengambil alih posisi para menteri yang keluar. Situasi ini pun semakin memperpanjang kekosongan kekuasaan.
“Situasi terlihat seperti berantakan dan kacau,” ungkap juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut kewajiban Rusia sesuai traktat keamanan antara dua negara untuk menghindari keruntuhan total pemerintahan.
Dia tidak mengatakan apa aksi Rusia yang akan diambil tapi mengonfirmasi bahwa Kepala Badan Rahasia Rusia, FSB, Alexander Bortnikov telah berbicara dengan Kepala Pelaksana Keamanan Kyrgysztan , Omurbek Suvanaliyev pada Rabu (7/10).
Suvanaliyev merupakan mantan deputi kepala dewan keamanan yang mengambil alih saat para pemimpin pemerintahan tergeser dari kekuasaan.
Komite yang dia pimpin sekarang mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan keamanan Kyrgysztan tidak akan digunakan sebagai alat oleh pihak manapun dan meminta semua kekuatan politik bernegosiasi dan memulihkan penegakan hukum. (Baca Juga: RI pada Vanuatu: Berhenti Sebar Tuduhan Tanpa Fakta Soal Papua!)
Meski demikian, faksi-faksi yang berbeda mengumumkan tak ada rencana semacam itu dan para pendukungnya terus menggelar unjuk rasa. (Baca Infografis: Azerbaijan Akui Gunakan Drone Turki di Konflik Nagorno-Karabakh)
Suvanaliyev menyatakan negara itu memperketat kontrol perbatasan untuk memastikan keamanan dan penjaga perbatasan diberi daftar orang yang dilarang meninggalkan negara itu. (Lihat Video: Paket Sabu dalam Tahu Goreng Ditangkap dari Seorang Wanita)
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(sya)