Pangeran Arab Saudi: Riyadh Dukung Palestina, tapi Bukan Para Pemimpinnya
loading...
A
A
A
Dalam dua bagian wawancara sebelumnya, Pangeran Bandar menguraikan peran kepala Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat dalam membuat frustrasi upaya Arab Saudi untuk mengamankan kesepakatan damai di Washington pada 1970-an dan 1980-an.
Di bagian tiga wawancara, Pangeran Bandar menjelaskan bagaimana Arafat telah menandatangani Perjanjian Oslo pada 1993, meskipun telah membatalkan kesepakatan sebelumnya yang berisi persyaratan yang sama. Dia juga menyuarakan kekesalannya pada Arafat yang diduga merusak Kesepakatan Camp David 2000, yang ditolak oleh pemimpin Palestina itu.
“Saya ingin menangis, hati saya terbakar melihat bagaimana kesempatan hilang lagi dan mungkin untuk yang terakhir kalinya, seolah-olah saya sedang melihat film diputar di depan mata saya,” katanya.
“Kesempatan datang, dan itu hilang. Setelah hilang, kami menyetujui apa yang kami tolak, dan kami menaruhnya di atas meja. Lalu orang berkata bahwa tidak ada apa-apa di atas meja, dan seterusnya, berulang kali. Seperti kata pepatah, dengan pengulangan Anda menjadi lebih pintar," ujarnya.
Menurutnya, ketika inisiatif yang dipimpin oleh Pangeran Abdullah dan Pangeran Bandar hampir membuahkan hasil di bawah pemerintahan Bush, serangan 11 September 2001 menggagalkannya pada menit terakhir.
Pangeran Bandar menjabat sebagai sekretaris jenderal Dewan Keamanan Nasional Saudi dari 2005 hingga 2015 dan kepala intelijen nasional Kerajaan dari 2014 hingga 2016.
Di bagian tiga wawancara, Pangeran Bandar menjelaskan bagaimana Arafat telah menandatangani Perjanjian Oslo pada 1993, meskipun telah membatalkan kesepakatan sebelumnya yang berisi persyaratan yang sama. Dia juga menyuarakan kekesalannya pada Arafat yang diduga merusak Kesepakatan Camp David 2000, yang ditolak oleh pemimpin Palestina itu.
“Saya ingin menangis, hati saya terbakar melihat bagaimana kesempatan hilang lagi dan mungkin untuk yang terakhir kalinya, seolah-olah saya sedang melihat film diputar di depan mata saya,” katanya.
“Kesempatan datang, dan itu hilang. Setelah hilang, kami menyetujui apa yang kami tolak, dan kami menaruhnya di atas meja. Lalu orang berkata bahwa tidak ada apa-apa di atas meja, dan seterusnya, berulang kali. Seperti kata pepatah, dengan pengulangan Anda menjadi lebih pintar," ujarnya.
Menurutnya, ketika inisiatif yang dipimpin oleh Pangeran Abdullah dan Pangeran Bandar hampir membuahkan hasil di bawah pemerintahan Bush, serangan 11 September 2001 menggagalkannya pada menit terakhir.
Pangeran Bandar menjabat sebagai sekretaris jenderal Dewan Keamanan Nasional Saudi dari 2005 hingga 2015 dan kepala intelijen nasional Kerajaan dari 2014 hingga 2016.
(min)