Selama Iran Masih Bercokol, Israel Akan Terus Bombardir Suriah
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Israel akan melanjutkan operasinya di Suriah sampai musuh bebuyutannya, Iran, pergi. Demikian yang dikatakan oleh Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett setelah serangan Israel ke Suriah menewaskan 14 milisi pendukung Iran.
Berbicara kepada saluran berita televisi milik negara, Kan 11, Bennett tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan terakhir di Suriah.
Namun dia mengatakan: "Iran tidak ada hubungannya di Suriah ...(dan) kami tidak akan berhenti sebelum mereka meninggalkan Suriah," seperti dikutip dari AFP, Rabu (6/5/2020).
Bennett mengatakan Iran berusaha membangun dirinya di perbatasan dengan Israel untuk mengancam Tel Aviv, Yerusalem dan Haifa. Ini bukanlah tuduhan baru dan telah sering dibuat oleh para pejabat Israel.
"Mereka harus meninggalkan Suriah," tegas Bennett.
"Inilah kehidupan yang sedang kita bicarakan, kehidupan anak-anak kita, dan jika kita membiarkan mereka menetap di Suriah ... dalam setahun kita akan bangun dengan 10.000 rudal, 20.000 rudal, yang akan menempatkan kita dalam bahaya," imbuhnya.
"Bagi mereka ini adalah petualangan, mereka berjarak 1.000 kilometer ... ini adalah Vietnam mereka," ucap Bennett.
Bennett mengatakan Iran telah menjadi "beban" bagi rezim Assad.
"(Negara) itu dulunya merupakan aset bagi Suriah, (negara) itu membantu Assad menangani Daesh, tapi sekarang ini menjadi beban," ujarnya, merujuk pada ISIS.
Menteri pertahanan Israel itu lantas mengatakan Iran harus lebih peduli dengan warga negaranya sendiri dan meningkatkan masalah domestik.
"Mereka memiliki cukup banyak masalah di rumah dengan virus Corona (dan) ekonomi yang runtuh," ujarnya.
Israel telah meluncurkan ratusan serangan di Suriah sejak pecahnya perang saudara di negara pada tahun 2011. Negara Zionis itu menargetkan pasukan pemerintah, pasukan sekutu Iran dan pejuang dari kelompok militan Lebanon, Hizbullah.
Negara Yahudi itu jarang mengkonfirmasi operasinya di Suriah secara rinci, tetapi mengatakan kehadiran Iran dalam mendukung Presiden Bashar al-Assad adalah ancaman dan bahwa mereka akan melanjutkan serangannya.
Berbicara kepada saluran berita televisi milik negara, Kan 11, Bennett tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan terakhir di Suriah.
Namun dia mengatakan: "Iran tidak ada hubungannya di Suriah ...(dan) kami tidak akan berhenti sebelum mereka meninggalkan Suriah," seperti dikutip dari AFP, Rabu (6/5/2020).
Bennett mengatakan Iran berusaha membangun dirinya di perbatasan dengan Israel untuk mengancam Tel Aviv, Yerusalem dan Haifa. Ini bukanlah tuduhan baru dan telah sering dibuat oleh para pejabat Israel.
"Mereka harus meninggalkan Suriah," tegas Bennett.
"Inilah kehidupan yang sedang kita bicarakan, kehidupan anak-anak kita, dan jika kita membiarkan mereka menetap di Suriah ... dalam setahun kita akan bangun dengan 10.000 rudal, 20.000 rudal, yang akan menempatkan kita dalam bahaya," imbuhnya.
"Bagi mereka ini adalah petualangan, mereka berjarak 1.000 kilometer ... ini adalah Vietnam mereka," ucap Bennett.
Bennett mengatakan Iran telah menjadi "beban" bagi rezim Assad.
"(Negara) itu dulunya merupakan aset bagi Suriah, (negara) itu membantu Assad menangani Daesh, tapi sekarang ini menjadi beban," ujarnya, merujuk pada ISIS.
Menteri pertahanan Israel itu lantas mengatakan Iran harus lebih peduli dengan warga negaranya sendiri dan meningkatkan masalah domestik.
"Mereka memiliki cukup banyak masalah di rumah dengan virus Corona (dan) ekonomi yang runtuh," ujarnya.
Israel telah meluncurkan ratusan serangan di Suriah sejak pecahnya perang saudara di negara pada tahun 2011. Negara Zionis itu menargetkan pasukan pemerintah, pasukan sekutu Iran dan pejuang dari kelompok militan Lebanon, Hizbullah.
Negara Yahudi itu jarang mengkonfirmasi operasinya di Suriah secara rinci, tetapi mengatakan kehadiran Iran dalam mendukung Presiden Bashar al-Assad adalah ancaman dan bahwa mereka akan melanjutkan serangannya.
(ber)