Korban Meninggal Akibat Covid-19 Lampaui 1 Juta

Rabu, 30 September 2020 - 11:15 WIB
loading...
Korban Meninggal Akibat...
Sejumlah penumpang berdiri di balkon kapal pesiar Mein Schiff 6 yang dikarantina akibat lebih dari seratus orang awak kapal terinfeksi virus Covid-19 di dermaga Piraeus, Yunani, kemarin. Foto/Reuters
A A A
NEW YORK - Jumlah kematian akibat wabah virus corona Covid-19 telah melampaui satu juta orang atau satu kematian per 16 detik. Kematian tertinggi terjadi di Amerika Serikat (AS), Brasil, dan India.

Jumlah korban tewas akibat Covid-19 kini dua kali lipat lebih banyak daripada korban tewas tahunan akibat malaria. Angka kematian meningkat dalam beberapa pekan terakhir menyusul tingginya angka penularan di berbagai negara. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Antonio Guterres, meminta agar dunia waspada. (Baca: Penyebab Rezeki Tidak Lancar dan Penawarnya)

“Dunia kita telah mencatat sejarah dan capaian yang kelam,” ujar Guterres dalam keterangan pers, dikutip Reuters. “Ini merupakan data yang memprihatinkan dan menyedihkan. Kita tidak boleh lengah dan harus menghargai nyawa setiap orang. Mereka adalah ayah dan ibu, suami dan istri, adik dan kakak, teman, dan kolega,” sambungnya.

Hanya berselang tiga bulan, jumlah kematian akibat Covid-19 meningkat tajam dari 500 ribu menjadi 1 juta orang. Lebih dari 5.400 orang tewas di seluruh dunia setiap 24 jam atau 226 orang per jam atau satu orang per 16 detik hingga terjadi krisis lahan pemakaman. Para ahli juga masih ragu data resmi yang dikeluarkan pemerintah tidak akurat.

Respon terhadap Covid-19 di berbagai negara berbeda-beda karena ditentukan berbagai faktor, mulai dari tingkat keterbukaan dengan dunia, luas negara, topografi wilayah, jumlah penduduk, sumber ekonomi, kualitas kesehatan, budaya, dan situasi politik. AS, Brasil, dan India juga dinilai kurang cepat memberlakukan lockdown. Kooperasi dari masyarakat juga rendah. (Baca juga: Kemendikbud: Aplikasi untuk Paket Kuota Belajar Akan Ditambah)

“Warga AS harus mengantisipasi peningkatan kasus pada hari-hari yang akan datang,” ujar Wakil Presiden AS, Mike Pence, setelah AS memperlonggar protokol kesehatan. Sementara itu, India yang mencatat angka penularan harian tertinggi di dunia (87.500 kasus) juga telah membuka lockdown dan mulai mengizinkan akses menuju tempat wisata.

Dengan tren saat ini, India kemungkinan besar dapat menyalip AS sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia pada akhir 2020. Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi juga tidak memiliki pilihan lain selain membuka lockdown menyusul melambatnya ekonomi nasional. Warga India juga mengalami banyak krisis keuangan.

Meski jumlah pasien meningkat, jumlah kematian akibat Covid-19 di India sekitar sekitar 95.500, jauh lebih rendah daripada di AS, Brasil, bahkan Inggris. Di Eropa yang terhitung menyumbangkan 25% dari total kematian di dunia juga diimbau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk waspada. Pasalnya, Eropa Barat sebentar lagi dilanda flu musim dingin. (Baca juga: Saatnya Menjadi Tuan rumah Industri Halal)

WHO menyatakan wabah Covid-19 menjadi pusat perhatian kesehatan dunia mengingat kasus di Amerika Latin masih tinggi. Sebagian negara di Amerika Latin kini mulai memperlonggar lockdown. WHO meminta Amerika Latin waspada. Sebab, negara di Asia, kawasan pertama yang terkena pandemi, juga mengalami gelombang kedua.

Jumlah kematian yang tinggi telah menjadi masalah baru di berbagai negara di dunia. Selain banyak tukang makam yang kewalahan, lahan pemakaman juga mengalami krisis dan keluarga korban biasanya dilarang menghadiri pemakaman. Di Israel, proses pemandian dan pengafanan jenazah muslim korban Covid-19 dilarang.

Tradisi umat Yahudi untuk menjenguk orang meninggal selama tujuh hari juga dilarang. Di Italia, umat Katolik juga langsung mengebumikan korban tanpa prosesi apapun, sedangkan di Irak para militan “menyimpan” senapan dan menggantinya dengan sekop untuk menggali kuburan, baik umat muslim ataupun kristen. (Lihat videonya: Habiskan 300M, Proyek Kota Baru Lampung Kini Jadi Kota Mati)

Di Indonesia, keluarga dan warga menjemput paksa korban Covid-19 dari rumah sakit karena khawatir tidak akan dikuburkan secara benar. Di Ekuador, masyarakat juga terpaksa menyandera aparat polisi dan pegawai pemerintah. Mereka menuntut pemimpin mereka yang menjadi korban Covid-19 agar diserahkan kepada keluarga. (Muh Shamil)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1702 seconds (0.1#10.140)