Perang Nagorno-Karabakh: Azerbaijan Menyerang dengan F-16 Turki, Puluhan Tewas

Senin, 28 September 2020 - 08:20 WIB
loading...
Perang Nagorno-Karabakh: Azerbaijan Menyerang dengan F-16 Turki, Puluhan Tewas
Ilustrasi pesawat jet tempur F-16 Turki. Foto/REUTERS
A A A
YEREVAN - Presiden Arayik Harutyunyan dari Republik de facto Artsakh (Republik Nagorno-Karabakh ) mengatakan puluhan tentara telah tewas setelah diserang pasukan Azerbaijan dengan jet tempur F-16 canggih Turki.

Konflik yang kembali pecah di Nagorno-Karbakh pada hari Minggu juga memakan korban di kalangan warga sipil.

(Baca juga : Perang Armenia dengan Azerbaijan, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya )
(Baca: Pertempuran Kembali Meletus di Nagarno-Karabakh )

"Puluhan (tentara) tewas, puluhan lainnya luka-luka. Puluhan warga sipil terluka dan ada korban jiwa di antara penduduk sipil," kata Harutyunyan dalam briefing online, yang disiarkan di Facebook, seperti dikutip Sputniknews, Senin (28/9/2020).

Nagorno-Karabakh adalah wilayah otonomi dengan mayoritas etnis Armenia yang memproklamasikan kemerdekaan dari Republik Azerbaijan pada tahun 1991. Armenia membela Nagorno-Karabakh, sedangkan Azerbaijan dibela Turki. (Baca: PM Armenia Peringatkan Turki Tidak Terlibat Konflik Nagorno-Karabakh )

Harutyunyan mengatakan angkatan bersenjata Azerbaijan menggunakan jet F-16 Turki, yang ditempatkan di Azerbaijan selama sekitar satu bulan sebelumnya. "Dengan dalih latihan militer," katanya.

"Angkatan bersenjata Azerbaijan dilengkapi dengan persenjataan paling canggih milik tentara Turki," paparnya. Pihak Nagorno-Karabakh juga menuduh pasukan Azerbaijan melepaskan tembakan ke arah warga sipil dan infrastruktur sipil di ibu kotanya; Stepanakert. (Baca juga : Masker Ber-SNI Tak Urgen, Malah Persulit Kampanye Protokol Covid-19 )

Angkatan bersenjata Nagorno-Karabakh menyita tank BMP-3 dan 10 kendaraan lapis baja lainnya dengan perangkat keras militer milik Azerbaijan. Penyitaan kendaraan perang ini dikonfirmasi juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanyan pada Minggu. (Baca: Turki Sebut Armenia Biang Kerok Pertempuran Baru di Nagarno-Karabakh )

"Sebagai hasil dari serangan balik unit Angkatan Darat Pertahanan (Nagorno-Karabakh), 11 buah kendaraan lapis baja musuh dengan peralatan tempur mereka disita, termasuk BMP-3," kata Stepanyan di Facebook.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pihaknya melancarkan serangan balasan untuk menekan aktivitas tempur Armenia dan menjamin keselamatan penduduknya.

Sebaliknya, pihak Armenia juga mengklaim melakukan apa yang mereka sebut tindakan membela diri. "Mari kita berdiri teguh di belakang negara kita, pasukan kita dan kita akan menang. Hidup tentara Armenia yang agung!" tulis Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di akun Facebook-nya.

Azerbaijan dan Armenia telah bentrok untuk memperebutkan kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh sejak awal 1990-an. Sejak berakhirnya Perang Nagorno-Karabakh pada tahun 1994, perwakilan dari pemerintah Armenia dan Azerbaijan telah mengadakan pembicaraan damai yang dimediasi oleh OSCE Minsk Group tentang status sengketa kawasan itu. (Baca juga: Rusia Desak Gencatan Senjata di Nagarno-Karabakh )

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian segera permusuhan bersenjata di Nagorno-Karabakh, dengan mengatakan dia akan segera menghubungi para pemimpin Armenia dan Azerbaijan mengenai masalah tersebut.

"Sekretaris Jenderal dengan keras menyerukan kepada pihak-pihak untuk segera menghentikan pertempuran, mengurangi ketegangan dan kembali ke perundingan yang berarti tanpa penundaan. Dia akan berbicara dengan Presiden Azerbaijan dan Perdana Menteri Armenia," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.

(Baca juga : Trump Dituding Tak Bayar Pajak 10 Tahun )

Sekjen PBB mengatakan dia sangat prihatin tentang dimulainya kembali permusuhan bersenjata, mengutuk penggunaan kekuatan dan menyesali jatuhnya korban jiwa, termasuk di antara penduduk sipil.

Guterres lebih lanjut mengakui peran penting dari pemimpin bersama OSCE Minsk Group— Prancis, Rusia dan Amerika Serikat—dan meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk bekerja sama dengan menuju dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1527 seconds (0.1#10.140)