Italia Ikuti Jejak Negara-negara Lain Longgarkan Lockdown

Senin, 04 Mei 2020 - 23:01 WIB
loading...
Italia Ikuti Jejak Negara-negara...
Para pemilik toko berdiri di jembatan Rialto untuk mengenang para petugas medis yang meninggal akibat virus corona di Venesia, Italia. Foto/REUTERS/Manuel Silvestri
A A A
ROMA - Italia mengikuti jejak negara-negara lain untuk melonggarkan lockdown pada Senin (4/5) demi menghidupkan kembali perekonomian.

Namun para pejabat memperingatkan agar tidak terlalu cepat melonggarkan lockdown karena virus corona telah mencapai 3,5 juta kasus secara global dan korban meninggal mencapai seperempat juta jiwa.

Italia menjadi salah satu negara yang mengalami dampak terburuk corona. Kini Italia mulai melonggarkan lockdown terlama di Eropa dengan mengizinkan 4,5 juta orang kembali bekerja setelah hampir dua bulan di rumah.

Pekerjaan konstruksi dapat kembali dilakukan dan keluarga dapat kembali berkumpul.

“Saya bangun pukul 5.30 pagi. Saya sangat senang,” tutur Maria Antonietta Galluzzo, nenek yang membawa cucunya umur tiga tahun berjalan-jalan di taman Villa Borghese, Roma.

Ini pertama kalinya mereka bertemu dalam delapan pekan terakhir. “Dia sudah tumbuh setinggi ini,” ujar Galluzzo sambil mengangkat tiga jarinya.

Spanyol, Nigeria, Azerbaijan, Malaysia, Israel, Tunisia dan Lebanon menjadi negara-negara yang sudah melonggarkan pembatasan. Beberapa negara telah membuka lagi pabrik, lokasi konstruksi, taman, salon dan perpustakaan.

Di Amerika Serikat (AS), sekitar setengah negara bagian sudah membuka kembali sebagian perekonomiannya selama akhir pekan ini.

Pelonggaran ini dilakukan saat tingkat harian kasus corona di penjuru dunia berada pada kisaran 2%-3% selama pekan lalu, turun dari puncaknya sekitar 13% pada pertengahan Maret.

Kasus global bertambah menjadi sekitar 3,52 juta, menurut data Reuters dari sejumlah negara. Meski demikian, kemungkinan hanya gejala ringan dan tidak semua orang dengan gejala corona telah dites. Sebagian besar negara juga hanya mencatat kematian di rumah sakit.

“Kita masih harus skeptis tentang jumlah yang kita punya. Kita bisa dengan mudah mengalami gelombang kedua atau ketiga karena banyak teman tidak imun,” ujar Peter Collignon, pakar penyakit infeksi dan mikrobiologis di Canberra Hospital. (Baca Juga: Wabah Corona, Warga Belgia Disuruh Makan Kentang Goreng Lebih Banyak)
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1789 seconds (0.1#10.140)