Bela Yunani, Uni Eropa Siap Keroyok Turki dengan Sanksi

Jum'at, 11 September 2020 - 07:15 WIB
loading...
Bela Yunani, Uni Eropa...
Kapal pemboran Turki, Yavuz, terlihat dikawal oleh fregat Angkatan Laut Turki di Mediterania Timur lepas pantai Siprus, 6 Agustus 2019. Foto/REUTERS/Murad Sezer
A A A
AJACCIO - Uni Eropa (UE) siap mengeroyok Turki dengan menjatuhkan sederet sanksi baru. Blok Eropa itu mengatakan daftar sanksi anyar akan disusun pada akhir September ini kecuali Ankara datang ke meja perundingan untuk menyelesaikan sengketa teritorial dengan Yunani dan Siprus di Mediterania Timur .

Ancaman sanksi ramai-ramai itu dilontarkan tujuh negara Mediterania yang jadi bagian dari Uni Eropa pada Kamis. Meski demikian, sikap ketujuh negara itu tidak mencerminkan sikap resmi blok Eropa secara keseluruhan. (Baca: Erdogan Minta Uni Eropa Tak Memihak dalam Konflik Turki-Yunani )

Ketegangan berkobar antara Uni Eropa dan Turki setelah Ankara mengirim kapal survei untuk memetakan kemungkinan prospek pengeboran minyak dan gas di perairan teritorial yang diklaim oleh Yunani dan wilayah yang diklaim oleh Siprus.

Tujuh anggota Uni Eropa dengan garis pantai Mediterania telah berkumpul untuk pertemuan puncak di Corsica, Prancis, kemarin. Mereka menegaskan kembali dukungan penuh dan solidaritas dengan Siprus dan Yunani dalam menghadapi pelanggaran yang berulang atas kedaulatan mereka juga sebagai tindakan konfrontatif oleh Turki . (Baca: Turki Peringatkan Perang dengan Yunani Hanya Masalah Waktu )

“Kami mempertahankan bahwa dengan tidak adanya kemajuan dalam melibatkan Turki ke dalam dialog dan kecuali jika itu mengakhiri kegiatan sepihaknya, UE siap untuk mengembangkan daftar langkah-langkah pembatasan lebih lanjut yang dapat dibahas di Dewan Eropa pada 24-25 September," bunyi pernyataan tujuh negara UE tersebut, seperti dikutip Reuters, Jumat (11/9/2020).

Proposal Siprus pada bulan Juni untuk memberlakukan sanksi UE pada lebih banyak perusahaan dan individu Turki belum disetujui karena banyak negara UE, termasuk Jerman, ingin meredakan kebuntuan Turki melalui dialog.

Berbicara pada konferensi pers di akhir KTT Corsica, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan Ankara masih memiliki waktu untuk mengakhiri kegiatan eksplorasi di zona maritim tanpa batas sebelum KTT Uni Eropa berakhir bulan ini.

“Kami akan menghindari upaya Turki untuk memecah Eropa,” katanya, yang menambahkan bahwa Yunani telah memenuhi kewajibannya dalam melindungi perbatasan UE dan mengharapkan solidaritas sebagai balasannya. (Baca juga: Erdogan: Turki Siap Hadapi Berbagai Skenario di Mediterania Timur )

Sebelumnya pada hari Selasa, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan masalahnya bukan pada orang-orang Turki yang sangat dia hormati, tetapi dengan pemerintahan Presiden Tayyip Erdogan .

Sebagai tanggapan, juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di pemerintahan Erdogan , Omer Celik, menulis di Twitter bahwa Macron menyebarkan permainan "kolonialis" dengan mencoba membuat perpecahan antara Erdogan dan rakyat Turki.

“Negara tempat Anda menggunakan bahasa yang mengancam adalah Turki. Turki akan memberi Anda tanggapan yang paling tepat. Macron, jangan sampai kami bingung dengan keadaan kesukuan yang bisa Anda tipu dengan mudah. Tidak ada yang memiliki kekuatan untuk memisahkan presiden terpilih negara ini dan rakyatnya," tulis Celik.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
Siapkan Skenario Terburuk,...
Siapkan Skenario Terburuk, Uni Eropa Siapkan Peta Jalan Pertahanan sebagai Pengganti NATO
5 Alasan Turki bisa...
5 Alasan Turki bisa Jadi Pemimpin NATO jika AS Keluar
Turki Blokir Latihan...
Turki Blokir Latihan Militer Israel-NATO hingga Gencatan Senjata Permanen di Gaza
Komisi Eropa Dorong...
Komisi Eropa Dorong UE Memiliki Blok Pertahanan Baru, Berikut 3 Alasannya
5 Negara Calon Pemimpin...
5 Negara Calon Pemimpin Baru NATO Jika AS Keluar, Salah Satunya Berpenduduk Mayoritas Muslim
Perkiraan Kondisi NATO...
Perkiraan Kondisi NATO jika Amerika Serikat Hengkang, Akan Kehilangan Sumber Daya Militer Utama
Macron Sebut Rusia Ancaman...
Macron Sebut Rusia Ancaman bagi Prancis dan Uni Eropa
Keamanan Uni Eropa Bisa...
Keamanan Uni Eropa Bisa Hancur Tanpa Bekingan AS
Rekomendasi
Mobil Dinas Dipakai...
Mobil Dinas Dipakai Mudik Lebaran, Ini Sanksinya
Ketika Prabowo Cari...
Ketika Prabowo Cari Jaksa Agung: Nggak Hadir Ya, Lagi Ngejar-ngejar Orang
PSI Yakin Ada Alasan...
PSI Yakin Ada Alasan Kuat di Balik Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
23 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
2 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Antisipasi Perang Besar,...
Antisipasi Perang Besar, Uni Eropa Siapkan Rp13.730 Triliun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved