Pertarungan Retorika Penuh Intrik di Pilpres Amerika Serikat

Rabu, 09 September 2020 - 09:49 WIB
loading...
Pertarungan Retorika...
Joe Biden dan Donald Trump. Foto/Reuters
A A A
WASHINGTON - Memasuki tahap akhir kampanye pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020 , calon presiden Joe Biden dan Donald Trump kembali saling menjatuhkan. Retorika mereka bahkan diwarnai dengan beragam intrik.

Trump tak tanggung-tanggung menggambarkan Biden yang unggul dalam jajak pendapat sebagai orang bodoh dan ancaman terhadap ekonomi AS. Dia juga dengan gamblang menyebut wakil presiden Biden, Kamala Harris, sebagai politisi yang sangat liberal. Sayangnya, kritikan itu tidak dipaparkan Trump lebih rinci dan jelas.

“Saya kira Biden dan pendampingnya yang sangat liberal, Kamala Harris, yang juga merupakan orang paling liberal di Kongres – bukanlah orang kompeten. Mereka akan menghancurkan negeri ini (AS) dan meruntuhkan ekonomi,” ujar Trump selama konferensi pers di Gedung Putih, Washington, AS, seperti dikutip Reuters. “Dia merupakan orang bodoh.” (Baca: 9 Cara Menghindari Dosa Dusta dan Ghibah)

Trump juga kembali membahas laporan The Atlantic yang menuduh Trump berpandangan tentara AS yang mati meninggalkan medan perang sebagai orang yang bodoh dan pengecut. Dia membantah tuduhan itu dan balik menuduh The Atlantic menyebarkan hoax. Belakangan ini, berita itu menyebar luas di AS dan mengancam dukungan kelompok veteran kepada Trump.

“Saya tidak pernah berkata demikian. Saya tidak hanya menghormati tentara AS yang gugur di dalam dan di luar medan perang, tapi juga seluruh warga AS yang mengabdikan dirinya di kemiliteran,” ujar Trump. Tapi, kabar itu kadung menyebar dan sulit untuk dihentikan. Bahkan, tak sedikit orang yang tak kaget mendengar ucapan itu dari Trump yang sering nyeleneh.

Pertarungan Retorika Penuh Intrik di Pilpres Amerika Serikat


Biden yang melakukan kampanye di Pennsylvania juga mengaku sakit hati dan kecewa dengan ucapan Trump. Pasalnya, anak Biden, Beau Biden, yang ikut dalam operasi militer bersama Delaware National Guard di Irak juga gugur akibat kanker otak pada 2015. “Beau bukan orang bodoh atau pengecut. Dia mengabdi dengan gagah berani,” kata Biden. (Baca juga: Kemendikbud Khawatir Banyak Anak Putus Sekolah Akibat Covid-19)

Biden menambahkan ucapan Trump memuakkan, menjijikan, tercela, tidak Amerika, dan terkutuk. Sebagai sinkronisasi dari bantahannya, Trump mencerca Kepala Staf Gedung Putih John F. Kelly, pensiunan jenderal marinir bintang empat, karena dianggap tidak berhati-hati saat berbicara di hadapan media massa. Dia menilai Kelly tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam beberapa bulan terakhir.

Seperti dilansir New York Times, sejumlah anggota militer, baik yang masih aktif ataupun pensiun, tidak dapat mengonfirmasi laporan The Atlantic. Namun, mereka tak membantah Trump menolak mendukung pemakaman resmi dan penurunan bendera saat Senator John McCain, veteran Perang Vietnam, meninggal. Trump juga mengkritik warga AS yang masuk militer demi uang.

Dengan adanya isu tersebut, persaingan antara Trump dan Biden kian ketat pekan ini atau sekitar 60 hari sebelum Pilpres pada 3 November mendatang. Jajak pendapat terbaru yang dikeluarkan The Military Times menunjukkan Biden lebih unggul dari Trump dengan perolehan dukungan 41% berbanding 37% di antara anggota militer. Itu merupakan tanda yang buruk bagi Trump.

Isu lain seperti wabah virus korona Covid-19 dan kerusuhan akibat rasisme dan kebrutalan polisi juga banyak diangkat Biden. Dia berupaya mengungguli Trump dengan merangkul kelas buruh dan pemimpin yang tidak menyukai tindak kekerasan. Saat ini, Trump mulai mundur dan berupaya tampil lebih lembut dalam menyikap demonstrasi. (Baca juga: Mengenal Penyakit Batu Empedu Sejak Dini)

Biden telah bertemu dengan para pemimpin buruh di Harrisburg, Pennsylvania, dan berkomunikasi secara virtual dengan kepala federasi ikatan buruh terbesar di AS AFL-CIO, Richard Trumka. Sebelumnya, dia juga bertemu dan menerima banyak pertanyaan dari para buruh dan anggota AFL-CIO yang pernah mengabdi di kemiliteran. Dia mengaku akan melakukan yang terbaik.

“Saya berjanji akan menjadi presiden buruh terkuat di sepanjang sejarah AS. Rakyat tahu bukan konglomerat yang memajukan negeri ini, tapi para buruh,” ujar Biden. Mantan wakil presiden AS itu juga siap menindak tegas anggota eksekutif yang turut campur dalam organisasi ikatan buruh. Selain itu, upah minimun akan dinaikkan dan National Labor Relations Board akan semakin diperkuat.

Pertarungan Retorika Penuh Intrik di Pilpres Amerika Serikat


Namun, Trump menilai Biden sebagai seorang pembohong. Dia mengatakan jika Biden terpilih menjadi presiden, Demokrat kemungkinan besar akan menerapkan lockdown dan mematikan ekonomi nasional demi menanggulangi Covid-19. Puluhan juta buruh akan dipecat sehingga angka pengangguran dan kematian akibat bunuh diri, depresi, narkoba, dan penyakit mental lainnya tidak akan terbendung. (Lihat videonya: Kesultanan Buton yang Tidak Pernah Dijajah negara Eropa)

Trump berencana mengunjungi North Carolina, Florida, Michigan, dan Pennsylvania dalam beberapa pekan ke depan. Keempat wilayah itu dianggap penting dalam memperbesar peluang kemenangan bagi kedua calon presiden. Berdasarkan jajak pendapat di Pennsylvanua, Biden unggul tipis dari Trump. Di wilayah lain, Biden bahkan rata-rata hanya unggul 1 poin dibandingkan Trump.

Mantan pengacara Trump, Michael Cohen, melalui bukunya Disloyal: A Memoir mengatakan Trump bersikap seperti perusuh dan kurang menghormati orang kulit hitam. Dia juga menuduh Trump melontarkan perkataan rasis kepada Nelson Mandela dan orang Hispanik (Meksiko). Buku itu ditulis Cohen dari balik jeruji besi. Namun, Gedung Putih menepis semua tuduhan Cohen. (Muh Shamil)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1584 seconds (0.1#10.140)