Batalkan Hukuman Mati 5 Pembunuh Khashoggi, Saudi Diolok-olok
loading...
A
A
A
Sebelum dibunuh, Khashoggi, 59, kerap menulis secara kritis tentang pemerintah Saudi.
Dia telah tinggal di pengasingan di Amerika Serikat selama sekitar satu tahun, meninggalkan Arab Saudi tepat ketika Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) mulai melancarkan tindakan keras terhadap aktivis hak asasi manusia, penulis dan kritikus perang kerajaan yang menghancurkan di Yaman. (Baca juga: MBS Sakit Hati Dituding Jadi Dalang Pembunuhan Khashoggi )
Pangeran MBS pernah mengatakan dia tidak ada hubungannya dengan pembunuhan itu, tetapi mengatakan; "Itu terjadi di bawah pengawasan saya".
Pemerintah Saudi menyebut pembunuhan itu sebagai "operasi nakal" setelah berulang kali menyangkal keterlibatan apa pun selama berminggu-minggu.
Agnes Callamard—pelapor khusus PBB tentang eksekusi di luar hukum atau tindakan sewenang-wenang—mengaku menemukan "bukti yang dapat dipercaya" bahwa Pangeran MBS pejabat senior Saudi lainnya bertanggung jawab atas pembunuhan itu dalam laporan investigasi yang diterbitkan pada Juni 2019.
Callamard mengolok-olok persidangan Saudi tersebut sebagai "parodi keadilan". Menurutnya, persidangan itu tidak adil atau transparan."Tanggung jawab Putra Mahkota Mohammad bin Salman bahkan belum ditangani".
Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, juga mengecam putusan tersebut di media sosial.
"Putusan yang dijatuhkan hari ini di Arab Saudi sekali lagi membuat ejekan terhadap keadilan," kata Cengiz di Twitter.
"Pihak berwenang Saudi menutup kasus ini tanpa dunia mengetahui kebenaran siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal. Siapa yang merencanakannya, siapa yang memerintahkannya, di mana jenazahnya? Ini adalah pertanyaan paling penting yang masih belum terjawab,"
Rami Khouri, dari American University of Beirut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa persidangan Saudi dikritik secara luas di seluruh dunia karena bertentangan dengan standar keadilan yang dapat diterima secara internasional.
Dia telah tinggal di pengasingan di Amerika Serikat selama sekitar satu tahun, meninggalkan Arab Saudi tepat ketika Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) mulai melancarkan tindakan keras terhadap aktivis hak asasi manusia, penulis dan kritikus perang kerajaan yang menghancurkan di Yaman. (Baca juga: MBS Sakit Hati Dituding Jadi Dalang Pembunuhan Khashoggi )
Pangeran MBS pernah mengatakan dia tidak ada hubungannya dengan pembunuhan itu, tetapi mengatakan; "Itu terjadi di bawah pengawasan saya".
Pemerintah Saudi menyebut pembunuhan itu sebagai "operasi nakal" setelah berulang kali menyangkal keterlibatan apa pun selama berminggu-minggu.
Agnes Callamard—pelapor khusus PBB tentang eksekusi di luar hukum atau tindakan sewenang-wenang—mengaku menemukan "bukti yang dapat dipercaya" bahwa Pangeran MBS pejabat senior Saudi lainnya bertanggung jawab atas pembunuhan itu dalam laporan investigasi yang diterbitkan pada Juni 2019.
Callamard mengolok-olok persidangan Saudi tersebut sebagai "parodi keadilan". Menurutnya, persidangan itu tidak adil atau transparan."Tanggung jawab Putra Mahkota Mohammad bin Salman bahkan belum ditangani".
Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, juga mengecam putusan tersebut di media sosial.
"Putusan yang dijatuhkan hari ini di Arab Saudi sekali lagi membuat ejekan terhadap keadilan," kata Cengiz di Twitter.
"Pihak berwenang Saudi menutup kasus ini tanpa dunia mengetahui kebenaran siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal. Siapa yang merencanakannya, siapa yang memerintahkannya, di mana jenazahnya? Ini adalah pertanyaan paling penting yang masih belum terjawab,"
Rami Khouri, dari American University of Beirut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa persidangan Saudi dikritik secara luas di seluruh dunia karena bertentangan dengan standar keadilan yang dapat diterima secara internasional.