Update COVID-19 Dunia 24 Maret: 16.491 Orang Meninggal, 6.077 di Italia
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus corona jenis baru, COVID-19, sudah membunuh 16.491 orang secara global hingga pagi ini (24/3/2020). Jumlah kematian terbanyak di dunia berada di Italia yakni 6.077 jiwa, jauh melebihi jumlah kematian di China 3.270 jiwa.
Mengutip data pelaporan online worldometers.info, virus ini sudah menyebar ke 195 negara dengan jumlah kasus atau orang yang terinfeksi mencapai 378.394 dan pasien yang berhasil disembuhkan sebanyak 101.584 jiwa.
Berikut data 10 negara dengan jumlah korban meninggal terbanyak di dunia dari awal wabah hingga hari ini;
Italia: 6.077 orang
China: 3.270 orang
Spanyol: 2.311 orang
Iran: 1.812 orang
Prancis: 860 orang
Amerika Serikat: 545 orang
Inggris: 335 orang
Belanda: 213 orang
Swiss: 120 orang
Korea Selatan: 111 orang
Sedangkan data 10 negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia sebagai berikut;
China: 81.093 kasus dengan 72.703 pasien sembuh
Italia: 63.927 kasus dengan 7.432 pasien sembuh
Amerika Serikat: 43.449 kasus dengan 295 pasien sembuh
Spanyol: 35.136 kasus dengan 3.355 pasien sembuh
Jerman: 29.056 kasus dengan 453 pasien sembuh
Iran: 23.049 kasus dengan 8.376 pasien sembuh
Prancis: 19.856 kasus dengan 2.200 pasien sembuh
Korea Selatan: 8.795 kasus dengan 3.166 pasien sembuh
Swiss: 8.795 kasus dengan 131 pasien sembuh
Inggris: 6.650 kasus dengan 135 pasien sembuh
Di Indonesia sendiri ada 579 kasus infeksi COVID-19 dengan 49 orang meninggal dan 30 pasien sembuh.
Italia masih menjadi negara dengan jumlah kematian terbanyak di dunia. Namun, ada penurunan jumlah kematian harian selama dua hari berturut-turut.
Negara Mediterania ini pernah mencapai rekor kematian harian tertinggi, yakni 793 orang dalam 24 jam pada Sabtu pekan lalu. Kemudian 651 orang pada hari Minggu dan 601 orang pada hari Senin.
Jumlah kasus infeksi baru juga dinyatakan turun dari 6.557 pada hari Sabtu menjadi 4.789 pada hari Senin.
Petugas medis top untuk wilayah Lombardy, wilayah paling sengsara di Milan, muncul di televisi sambil tersenyum untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu.
"Kami belum bisa mengumumkan kemenangan," kata Giulio Gallera. "Tapi ada cahaya di ujung terowongan," ujarnya, seperti dikutip AFP.
Kepala Institut Kesehatan Nasional Italia (ISS) Silvio Brusaferro memilih lebih berhati-hati. "Ini adalah angka positif tetapi saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan dengan tegas bahwa ada tren menurun," kata pakar medis itu kepada wartawan.
Mengutip data pelaporan online worldometers.info, virus ini sudah menyebar ke 195 negara dengan jumlah kasus atau orang yang terinfeksi mencapai 378.394 dan pasien yang berhasil disembuhkan sebanyak 101.584 jiwa.
Berikut data 10 negara dengan jumlah korban meninggal terbanyak di dunia dari awal wabah hingga hari ini;
Italia: 6.077 orang
China: 3.270 orang
Spanyol: 2.311 orang
Iran: 1.812 orang
Prancis: 860 orang
Amerika Serikat: 545 orang
Inggris: 335 orang
Belanda: 213 orang
Swiss: 120 orang
Korea Selatan: 111 orang
Sedangkan data 10 negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia sebagai berikut;
China: 81.093 kasus dengan 72.703 pasien sembuh
Italia: 63.927 kasus dengan 7.432 pasien sembuh
Amerika Serikat: 43.449 kasus dengan 295 pasien sembuh
Spanyol: 35.136 kasus dengan 3.355 pasien sembuh
Jerman: 29.056 kasus dengan 453 pasien sembuh
Iran: 23.049 kasus dengan 8.376 pasien sembuh
Prancis: 19.856 kasus dengan 2.200 pasien sembuh
Korea Selatan: 8.795 kasus dengan 3.166 pasien sembuh
Swiss: 8.795 kasus dengan 131 pasien sembuh
Inggris: 6.650 kasus dengan 135 pasien sembuh
Di Indonesia sendiri ada 579 kasus infeksi COVID-19 dengan 49 orang meninggal dan 30 pasien sembuh.
Italia masih menjadi negara dengan jumlah kematian terbanyak di dunia. Namun, ada penurunan jumlah kematian harian selama dua hari berturut-turut.
Negara Mediterania ini pernah mencapai rekor kematian harian tertinggi, yakni 793 orang dalam 24 jam pada Sabtu pekan lalu. Kemudian 651 orang pada hari Minggu dan 601 orang pada hari Senin.
Jumlah kasus infeksi baru juga dinyatakan turun dari 6.557 pada hari Sabtu menjadi 4.789 pada hari Senin.
Petugas medis top untuk wilayah Lombardy, wilayah paling sengsara di Milan, muncul di televisi sambil tersenyum untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu.
"Kami belum bisa mengumumkan kemenangan," kata Giulio Gallera. "Tapi ada cahaya di ujung terowongan," ujarnya, seperti dikutip AFP.
Kepala Institut Kesehatan Nasional Italia (ISS) Silvio Brusaferro memilih lebih berhati-hati. "Ini adalah angka positif tetapi saya tidak memiliki keberanian untuk menyatakan dengan tegas bahwa ada tren menurun," kata pakar medis itu kepada wartawan.
(mas)