Virus Corona Terus Mengganas, UE Tutup Perbatasan Eksternal
A
A
A
BRUSSELS - Presiden Dewan Eropa Charles Michel telah mengumumkan bahwa perbatasan eksternal Uni Eropa (UE) akan ditutup selama 30 hari untuk memerangi penyebaran virus Corona. Terkait implementasi keputusan tersebut, UE memberikan kebebasan kepada negara anggotanya.
"Uni Eropa dan negara-negara anggotanya akan melakukan apa pun untuk mengatasi tantangan saat ini," Michel mengumumkan seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (18/3/2020).
Michel menerangkan bahwa perjalanan di dalam 27 negara UE masih akan diizinkan, sesuai dengan batasan baru. "Repatriasi akan diatur untuk warga negara anggota," kata Michel.
Sementara penduduk jangka panjang, anggota keluarga warga negara UE dan diplomat, serta staf penting - seperti ahli medis atau petugas kesehatan - akan dibebaskan dari larangan tersebut.
Selain itu juga diumumkan bahwa jalur cepat akan disiapkan untuk truk pengangkut yang membawa barang-barang seperti makanan atau pasokan medis. Hal ini untuk menghindari waktu tunggu yang panjang yang telah menjadi hal umum di perbatasan Polandia.
Tindakan pencegahan virus Corona di Polandia telah menciptakan hambatan tersendiri. Media lokal melaporkan antrian kendaraan di negara itu telah mencapai 50 km, dengan beberapa diantaranya harus menunggu selama berjam-jam untuk disetujui. Tadeusz Kucharski, kepala serikat pengemudi truk, menggambarkannya sebagai "sebuah kekacauan besar."
Sebelumnya Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen membuat rekomendasi untuk larangan tersebut pada hari Senin.
"Semakin sedikit perjalanan, semakin banyak kita dapat menangkal virus," katanya, seraya menambahkan bahwa gagasan tersebut menerima dukungan yang luar biasa dan negara-negara anggota akan bekerja tentang bagaimana menerapkan larangan tersebut secara individual.
Saat itu Von de Leyen mengatakan situasinya adalah "topik besar" ketika para pemimpin UE memutuskan untuk menutup perbatasan eksternal, tetapi tidak mengatakan apakah sebuah solusi ditemukan.
"Sangat penting bahwa kita membuka blokir situasi," katanya.
Meskipun virus itu diyakini berasal di Wuhan, China, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menganggap Eropa sebagai "pusat" penyakit pada saat ini, dengan negara-negara seperti Spanyol dan Italia sudah dikunci. (Baca: WHO: Eropa Sekarang Jadi Pusat Pandemi Virus Corona )
Langkah UE untuk menutup perbatasan eksternal kemungkinan merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah negara anggotanya yang bergerak sendiri-sendiri menanggapi penyebaran virus COVID-19 dengan membentengi perbatasan mereka sendiri, menciptakan tekanan internal.
Nathalie Tocci, penasihat Uni Eropa, baru-baru ini mengatakan kepada New York Times bahwa penutupan perbatasan internal oleh negara-negara yang tidak terkoordinasi tidak membantu upaya untuk memerangi penyebaran virus.
Austria menutup perbatasannya dengan Italia dan Luksemburg, dan Jerman memperkenalkan kembali kontrol perbatasan internal dengan Austria, Prancis, Luksemburg, dan Denmark. Hongaria dan Slovenia juga telah memperkenalkan pemeriksaan perbatasan internal yang memperlambat perjalanan, di mana sejumlah jalur cepat UE menerima akibat langsung dari kebijakan itu.
"Uni Eropa dan negara-negara anggotanya akan melakukan apa pun untuk mengatasi tantangan saat ini," Michel mengumumkan seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (18/3/2020).
Michel menerangkan bahwa perjalanan di dalam 27 negara UE masih akan diizinkan, sesuai dengan batasan baru. "Repatriasi akan diatur untuk warga negara anggota," kata Michel.
Sementara penduduk jangka panjang, anggota keluarga warga negara UE dan diplomat, serta staf penting - seperti ahli medis atau petugas kesehatan - akan dibebaskan dari larangan tersebut.
Selain itu juga diumumkan bahwa jalur cepat akan disiapkan untuk truk pengangkut yang membawa barang-barang seperti makanan atau pasokan medis. Hal ini untuk menghindari waktu tunggu yang panjang yang telah menjadi hal umum di perbatasan Polandia.
Tindakan pencegahan virus Corona di Polandia telah menciptakan hambatan tersendiri. Media lokal melaporkan antrian kendaraan di negara itu telah mencapai 50 km, dengan beberapa diantaranya harus menunggu selama berjam-jam untuk disetujui. Tadeusz Kucharski, kepala serikat pengemudi truk, menggambarkannya sebagai "sebuah kekacauan besar."
Sebelumnya Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen membuat rekomendasi untuk larangan tersebut pada hari Senin.
"Semakin sedikit perjalanan, semakin banyak kita dapat menangkal virus," katanya, seraya menambahkan bahwa gagasan tersebut menerima dukungan yang luar biasa dan negara-negara anggota akan bekerja tentang bagaimana menerapkan larangan tersebut secara individual.
Saat itu Von de Leyen mengatakan situasinya adalah "topik besar" ketika para pemimpin UE memutuskan untuk menutup perbatasan eksternal, tetapi tidak mengatakan apakah sebuah solusi ditemukan.
"Sangat penting bahwa kita membuka blokir situasi," katanya.
Meskipun virus itu diyakini berasal di Wuhan, China, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menganggap Eropa sebagai "pusat" penyakit pada saat ini, dengan negara-negara seperti Spanyol dan Italia sudah dikunci. (Baca: WHO: Eropa Sekarang Jadi Pusat Pandemi Virus Corona )
Langkah UE untuk menutup perbatasan eksternal kemungkinan merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah negara anggotanya yang bergerak sendiri-sendiri menanggapi penyebaran virus COVID-19 dengan membentengi perbatasan mereka sendiri, menciptakan tekanan internal.
Nathalie Tocci, penasihat Uni Eropa, baru-baru ini mengatakan kepada New York Times bahwa penutupan perbatasan internal oleh negara-negara yang tidak terkoordinasi tidak membantu upaya untuk memerangi penyebaran virus.
Austria menutup perbatasannya dengan Italia dan Luksemburg, dan Jerman memperkenalkan kembali kontrol perbatasan internal dengan Austria, Prancis, Luksemburg, dan Denmark. Hongaria dan Slovenia juga telah memperkenalkan pemeriksaan perbatasan internal yang memperlambat perjalanan, di mana sejumlah jalur cepat UE menerima akibat langsung dari kebijakan itu.
(ian)