Dihadapan Jokowi, Raja Belanda Minta Maaf Atas Pembantaian di Indonesia

Selasa, 10 Maret 2020 - 17:25 WIB
Dihadapan Jokowi, Raja Belanda Minta Maaf Atas Pembantaian di Indonesia
Dihadapan Jokowi, Raja Belanda Minta Maaf Atas Pembantaian di Indonesia
A A A
BOGOR - Raja Belanda, Willem Alexander, meminta maaf agresi negaranya selama pemerintahan kolonialnya di Indonesia. Ia juga secara resmi mengakui tanggal kemerdekaan Indonesia.

Permintaan maaf itu disampaikan setelah ia dan Ratu Maxima dijamu Presiden Indonesia Joko Widodo dan istri, Iriana, pada upacara resmi di Istana Bogor, Selasa (10/3/2020).

Belanda pada awalnya tidak meminta maaf atas 350 tahun pemerintahan kolonial dan agresinya sampai 2013, ketika duta besar Belanda menyatakan penyesalan atas serangkaian pembantaian yang dilakukan oleh militer Belanda untuk menghancurkan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial di Jawa dan pulau-pulau Sulawesi setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia 1945. Permintaan maaf itu datang setelah para janda korban keganasan tentara Belanda menyeret pemerintah Belanda ke pengadilan internasional.

"Sejalan dengan pernyataan sebelumnya oleh pemerintah saya, saya ingin menyampaikan penyesalan saya dan meminta maaf di sini atas kekerasan berlebihan dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu," kata Raja Belanda pada konferensi pers bersama dengan Presiden Jokowi.

"Saya melakukannya dengan kesadaran penuh bahwa rasa sakit dan kesedihan dari keluarga yang terkena dampak akan dirasakan selama beberapa generasi," imbuhnya seperti dilansir dari AP.

Indonesia mendeklarasikan kemerdekaanpada 17 Agustus 1945, tetapi Belanda menolak untuk mengakuinya dan berjuang untuk mempertahankan kontrol atas pos Asia yang menguntungkan namun tidak berhasil. Ia akhirnya mengakui negara itu sebagai negara merdeka pada Desember 1949.

"Pada 17 Agustus, itu akan menjadi 75 tahun sejak Indonesia mengumumkan proklamasinya, mengklaim tempatnya di antara negara-negara bebas dan merdeka," kata Raja Belanda.

"Hari ini, pemerintah Belanda secara eksplisit mengakui secara politis dan moral," imbuhnya.

Sementara itu Presiden Jokowi mengatakan tidak mungkin untuk menghapus sejarah, tetapi kita bisa belajar dari masa lalu.

"Kami mencoba belajar dari sejarah untuk memperkuat komitmen kami untuk membangun hubungan yang setara yang saling menghormati dan saling menguntungkan," ucap Jokowi.

Kunjungan kenegaraan selama empat hari oleh pasangan kerajaan, yang tiba di Jakarta pada hari Senin, bertujuan untuk memperdalam hubungan ekonomi dengan Indonesia. Ini adalah kunjungan pertama ke Indonesia untuk raja sejak ia naik tahta pada 2013, dan yang keempat untuk ratu, yang perjalanan sebelumnya adalah bagian dari perannya sebagai Pengacara Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Keuangan Inklusif untuk Pembangunan.

Raja dan ratu memulai kunjungan mereka pada hari ini dengan meletakkan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, untuk menghormati para pahlawan yang tewas dalam perang, terutama mereka yang tewas selama Perang Kemerdekaan. Pada sore hari, pasangan kerajaan itu meletakkan karangan bunga di Pemakaman Menteng Pulo, tempat peristirahatan hampir 4.300 tentara Belanda yang tewas selama Perang Dunia II dan perang kemerdekaan.

Pihak berwenang Indonesia mengklaim sekitar 40.000 orang tewas selama pertempuran, sementara sebagian besar sejarawan Belanda memperkirakan sekitar 1.500 orang tewas.

Sebuah laporan Belanda tahun 1968 mengakui "ekses kekerasan" di Indonesia tetapi berpendapat bahwa pasukan Belanda sedang melakukan "aksi polisi" yang sering dihasut oleh perang gerilya dan serangan teror. Pemerintah Belanda tidak pernah menuntut para prajurit atas pembunuhan tersebut meskipun sebuah laporan PBB mengecam serangan-serangan itu sebagai tindakan yang "disengaja dan kejam" pada awal tahun 1948.

Permintaan maaf pada 2013 dibuat oleh Duta Besar Belanda membuka jalan bagi misi dagang Belanda terbesar yang pernah ada ke Indonesia pada November 2013, dipimpin oleh Perdana Menteri Mark Rutte.

Permintaan maaf berikutnya dibuat oleh Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders pada tahun 2016 dan Rutte akhir tahun lalu selama kunjungan di Indonesia. Tetapi tuntutan yang belum terselesaikan dari mereka yang terkena dampak kejahatan perang masa lalu masih tampak besar atas kunjungan Raja saat ini.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3375 seconds (0.1#10.140)