Elon Musk Bilang Era Jet Tempur Tamat, F-35 Bakal Keok Lawan Drone
A
A
A
WASHINGTON - CEO Tesla Elon Musk berpendapat era pesawat jet tempur yang mendominasi langit sudah berakhir atau tamat dengan F-35 Lightning II Lockheed Martin berada di puncak. Namun dia memperingatkan bahwa jet tempur siluman generasi kelima Amerika Serikat (AS) itu tidak akan memiliki peluang jika diadu dengan drone tempur yang dikendalikan oleh manusia.
Musk menjadi bintang daya tarik di Simposium Air Warfare Association Air Force di Florida pekan ini. Dalam simposium tersebut, miliarder Amerika ini mengakui F-35 Joint Strike Fighter (JSF) menjadi puncak dari penerbangan militer Amerika.
Menurutnya, harus ada pesaing untuk program F-35. "Saya pikir kompetisi adalah hal yang baik. Mungkin kadang-kadang kita harus memfokuskan upaya kita pada satu sistem daripada membaginya dan memiliki dua sistem yang bersaing. Seperti, tidak menimbulkan kontroversi, misalnya, menurut pendapat saya, Joint Strike Fighter," kata Musk, seperti dikutip The Drive, Sabtu (29/2/2020).
"Harus ada pesaing untuk JSF...Saya tahu ini adalah subjek yang kontroversial, tetapi, Anda tahu, tidak baik memiliki satu penyedia. Ini bagus untuk memiliki kompetisi di mana kompetisi itu bermakna dan seseorang benar-benar dapat kehilangan...," paparnya.
Dalam balasan tweet untuk jurnalis Aviation Week; Lee Hudson, Musk mengklarifikasi apa yang ia pikir sebagai pesaing dari F-35 Joint Strike Fighter. "Pesaingnya harus pesawat tempur drone yang dikendalikan dari jarak jauh oleh manusia, tetapi dengan manuvernya ditambah dengan otonom, F-35 tidak akan memiliki peluang melawannya," tulis Musk.
F-35, dengan varian yang digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir AS, telah memiliki kritik sejak awal. Para pembuat undang-undang telah mencermati beberapa penundaan dalam produksi dan harganya—yang mencapai USD 406,5 miliar—menjadikannya sebagai program senjata paling mahal dalam sejarah AS.
Departemen Pertahanan Amerika pada Oktober lalu mengumumkan kontrak USD34 miliar yang mencakup pengiriman 478 unit F-35.
Masalah dengan F-35 muncul segera setelah bergabung dengan armada tempur Pentagon. Lebih dari 800 cacat memengaruhi perangkat lunak pada jet tempur tercanggih tersebut. Jumlah item cacat itu berdasarkan laporan yang baru-baru ini dirilis direktur uji dan evaluasi operasional Departemen Pertahanan. Laporan itu juga mengatakan meriam 25 mm pada F-35A Angkatan Udara menunjukkan tingkat akurasi yang "tidak dapat diterima" atau jauh dari akurat.
Dalam simposium itu Musk membuat komentarnya untuk pejabat militer senior dan pilot tempur Amerika. Berbicara dengan Komandan Pusat Sistem Dirgantara dan Rudal Letnan Jenderal John Thompson, Musk mengatakan peperangan drone otonom adalah tempat di mana masa depan akan berada.
"Bukannya saya ingin masa depan seperti itu. Itu hanya masa depan yang akan terjadi," kata Musk. "Era jet tempur telah berlalu. Ya, era jet tempur telah berlalu. Ini drone."
Musk menjadi bintang daya tarik di Simposium Air Warfare Association Air Force di Florida pekan ini. Dalam simposium tersebut, miliarder Amerika ini mengakui F-35 Joint Strike Fighter (JSF) menjadi puncak dari penerbangan militer Amerika.
Menurutnya, harus ada pesaing untuk program F-35. "Saya pikir kompetisi adalah hal yang baik. Mungkin kadang-kadang kita harus memfokuskan upaya kita pada satu sistem daripada membaginya dan memiliki dua sistem yang bersaing. Seperti, tidak menimbulkan kontroversi, misalnya, menurut pendapat saya, Joint Strike Fighter," kata Musk, seperti dikutip The Drive, Sabtu (29/2/2020).
"Harus ada pesaing untuk JSF...Saya tahu ini adalah subjek yang kontroversial, tetapi, Anda tahu, tidak baik memiliki satu penyedia. Ini bagus untuk memiliki kompetisi di mana kompetisi itu bermakna dan seseorang benar-benar dapat kehilangan...," paparnya.
Dalam balasan tweet untuk jurnalis Aviation Week; Lee Hudson, Musk mengklarifikasi apa yang ia pikir sebagai pesaing dari F-35 Joint Strike Fighter. "Pesaingnya harus pesawat tempur drone yang dikendalikan dari jarak jauh oleh manusia, tetapi dengan manuvernya ditambah dengan otonom, F-35 tidak akan memiliki peluang melawannya," tulis Musk.
F-35, dengan varian yang digunakan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir AS, telah memiliki kritik sejak awal. Para pembuat undang-undang telah mencermati beberapa penundaan dalam produksi dan harganya—yang mencapai USD 406,5 miliar—menjadikannya sebagai program senjata paling mahal dalam sejarah AS.
Departemen Pertahanan Amerika pada Oktober lalu mengumumkan kontrak USD34 miliar yang mencakup pengiriman 478 unit F-35.
Masalah dengan F-35 muncul segera setelah bergabung dengan armada tempur Pentagon. Lebih dari 800 cacat memengaruhi perangkat lunak pada jet tempur tercanggih tersebut. Jumlah item cacat itu berdasarkan laporan yang baru-baru ini dirilis direktur uji dan evaluasi operasional Departemen Pertahanan. Laporan itu juga mengatakan meriam 25 mm pada F-35A Angkatan Udara menunjukkan tingkat akurasi yang "tidak dapat diterima" atau jauh dari akurat.
Dalam simposium itu Musk membuat komentarnya untuk pejabat militer senior dan pilot tempur Amerika. Berbicara dengan Komandan Pusat Sistem Dirgantara dan Rudal Letnan Jenderal John Thompson, Musk mengatakan peperangan drone otonom adalah tempat di mana masa depan akan berada.
"Bukannya saya ingin masa depan seperti itu. Itu hanya masa depan yang akan terjadi," kata Musk. "Era jet tempur telah berlalu. Ya, era jet tempur telah berlalu. Ini drone."
(mas)