DeepSeek China Hadapi Reaksi Keras, Banyak Negara Terapkan Larangan
loading...

DeepSeek buatan China menghadapi reaksi keras dengan banyak negara melarang penggunaannya. Foto/Matt Riley/University Communications
A
A
A
JAKARTA - Seiring semakin berkembangnya kecerdasan buatan atau AI, DeepSeek dari China muncul sebagai pemain signifikan.
Namun, platform AI tersebut kini menghadapi pengawasan global yang ketat, dengan banyak negara bergerak melarangnya karena kekhawatiran atas informasi palsu dan berbahaya.
Mengutip dari Daily Mirror Online, Kamis (20/2/2025), reaksi keras tersebut menggarisbawahi perdebatan yang berkembang mengenai regulasi AI, misinformasi, dan keamanan nasional, saat negara-negara bergulat dengan pengaruh kecerdasan buatan pada lanskap digital mereka.
DeepSeek, platform kecerdasan buatan berbasis China, dirancang untuk bersaing dengan raksasa AI global seperti ChatGPT milik OpenAI dan Bard milik Google.
Platform ini bertujuan mendorong batas-batas kemampuan AI dalam pemrosesan bahasa alami (NLP), pengambilan informasi, dan aplikasi pembelajaran mendalam.
DeepSeek memanfaatkan sejumlah besar data dan daya komputasi untuk melatih model AI canggih yang dapat memahami, menghasilkan, dan menganalisis bahasa manusia dengan akurasi tinggi.
Model-model ini digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk chatbot, pembuatan konten otomatis, penerjemahan mesin, dan penelitian yang dibantu AI.
Dipasarkan sebagai AI canggih yang mampu menyediakan informasi akurat dan real-time di berbagai domain, DeepSeek dengan cepat mendapatkan popularitas di China dan sejumlah negara lain.
Namun, ekspansi DeepSeek ke pasar internasional telah disambut dengan meningkatnya skeptisisme dan kritik atas keandalan kontennya.
Laporan dari berbagai organisasi pengawas independen dan lembaga pemerintah menunjukkan bahwa DeepSeek penuh dengan informasi yang salah dan menyesatkan. Beberapa tuduhan utama meliputi:
Distorsi historis: DeepSeek telah dituduh menulis ulang peristiwa sejarah agar selaras dengan narasi pemerintah China, khususnya mengenai topik-topik kontroversial seperti Taiwan, Tibet, dan Lapangan Tiananmen.
Penyebaran propaganda: Sejumlah analis telah mengidentifikasi kasus-kasus di mana konten yang dihasilkan DeepSeek secara halus mempromosikan propaganda yang didukung China, memengaruhi opini tentang masalah geopolitik.
Respons yang tidak aman dan berbahaya: Investigasi telah mengungkap kejadian di mana DeepSeek memberikan saran medis yang salah kepada pengguna, panduan hukum yang cacat, dan rekomendasi yang berbahaya terkait keselamatan dan kesejahteraan.
Kekhawatiran privasi data: Para pakar keamanan siber memperingatkan bahwa DeepSeek berpotensi mengumpulkan data pengguna untuk tujuan intelijen, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang privasi dan risiko keamanan nasional.
Beberapa negara telah mengambil langkah konkret untuk melarang atau membatasi penggunaan DeepSeek atas berbagai kekhawatiran.
China mengkritik pembatasan global yang semakin meningkat, menganggapnya sebagai langkah bermotif politik yang dirancang untuk mengekang kemajuan teknologi mereka.
Pemerintah China telah menuduh negara-negara Barat secara tidak adil menargetkan sektor AI-nya dan menghambat persaingan dalam industri tersebut.
Para pejabat China menyatakan bahwa DeepSeek beroperasi dalam pedoman etika dan mematuhi kebijakan moderasi konten yang ketat.
Kontroversi seputar DeepSeek telah menghidupkan kembali perdebatan global tentang tata kelola dan regulasi AI. Beberapa hal penting yang dapat diambil dari perselisihan yang sedang berlangsung ini meliputi:
Perlunya standar AI global: Meningkatnya model AI yang sarat misinformasi menyoroti perlunya menetapkan pedoman universal untuk mengatur konten yang dihasilkan AI.
Pertempuran teknologi geopolitik: Kontroversi DeepSeek merupakan bagian dari pertikaian yang lebih luas antara China dan negara-negara Barat atas supremasi teknologi.
Menyeimbangkan inovasi dan keamanan: Meski AI berpotensi merevolusi industri, negara-negara dunia harus mencapai keseimbangan antara mendorong inovasi serta mencegah penyebaran misinformasi yang berbahaya.
Seiring dengan semakin banyaknya negara yang melarang atau membatasi DeepSeek, lanskap AI global memasuki fase kritis, di mana regulasi dan pertimbangan etika menjadi hal terpenting.
Kasus DeepSeek menjadi preseden tentang bagaimana dunia menangani kecerdasan buatan, misinformasi, dan persaingan AI di kancah global.
Namun, platform AI tersebut kini menghadapi pengawasan global yang ketat, dengan banyak negara bergerak melarangnya karena kekhawatiran atas informasi palsu dan berbahaya.
Mengutip dari Daily Mirror Online, Kamis (20/2/2025), reaksi keras tersebut menggarisbawahi perdebatan yang berkembang mengenai regulasi AI, misinformasi, dan keamanan nasional, saat negara-negara bergulat dengan pengaruh kecerdasan buatan pada lanskap digital mereka.
Baca Juga :
Korea Selatan Haramkan DeepSeek, Ini Alasannya
Apa Itu DeepSeek?
DeepSeek, platform kecerdasan buatan berbasis China, dirancang untuk bersaing dengan raksasa AI global seperti ChatGPT milik OpenAI dan Bard milik Google.
Platform ini bertujuan mendorong batas-batas kemampuan AI dalam pemrosesan bahasa alami (NLP), pengambilan informasi, dan aplikasi pembelajaran mendalam.
DeepSeek memanfaatkan sejumlah besar data dan daya komputasi untuk melatih model AI canggih yang dapat memahami, menghasilkan, dan menganalisis bahasa manusia dengan akurasi tinggi.
Model-model ini digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk chatbot, pembuatan konten otomatis, penerjemahan mesin, dan penelitian yang dibantu AI.
Dipasarkan sebagai AI canggih yang mampu menyediakan informasi akurat dan real-time di berbagai domain, DeepSeek dengan cepat mendapatkan popularitas di China dan sejumlah negara lain.
Namun, ekspansi DeepSeek ke pasar internasional telah disambut dengan meningkatnya skeptisisme dan kritik atas keandalan kontennya.
Dugaan Misinformasi
Laporan dari berbagai organisasi pengawas independen dan lembaga pemerintah menunjukkan bahwa DeepSeek penuh dengan informasi yang salah dan menyesatkan. Beberapa tuduhan utama meliputi:
Distorsi historis: DeepSeek telah dituduh menulis ulang peristiwa sejarah agar selaras dengan narasi pemerintah China, khususnya mengenai topik-topik kontroversial seperti Taiwan, Tibet, dan Lapangan Tiananmen.
Penyebaran propaganda: Sejumlah analis telah mengidentifikasi kasus-kasus di mana konten yang dihasilkan DeepSeek secara halus mempromosikan propaganda yang didukung China, memengaruhi opini tentang masalah geopolitik.
Respons yang tidak aman dan berbahaya: Investigasi telah mengungkap kejadian di mana DeepSeek memberikan saran medis yang salah kepada pengguna, panduan hukum yang cacat, dan rekomendasi yang berbahaya terkait keselamatan dan kesejahteraan.
Kekhawatiran privasi data: Para pakar keamanan siber memperingatkan bahwa DeepSeek berpotensi mengumpulkan data pengguna untuk tujuan intelijen, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang privasi dan risiko keamanan nasional.
Negara-negara Melarang DeepSeek
Beberapa negara telah mengambil langkah konkret untuk melarang atau membatasi penggunaan DeepSeek atas berbagai kekhawatiran.
1. Amerika Serikat (AS)
Pemerintah AS telah mengeluarkan peringatan tentang DeepSeek, dengan alasan risiko misinformasi dan potensi spionase, dengan Texas menjadi negara bagian pertama yang melarang aplikasi AI asal China tersebut. Ada dukungan bipartisan di Kongres AS untuk menerapkan larangan nasional terhadap DeepSeek.2. Uni Eropa (UE)
Beberapa negara anggota UE, termasuk Italia, Jerman, dan Prancis, telah membatasi operasi DeepSeek karena kekhawatiran tentang pelanggaran privasi data dan disinformasi.3. India
Pemerintah India telah melarang akses ke DeepSeek, dengan alasan masalah keamanan nasional dan penyebaran informasi yang menyesatkan.4. Australia
Pihak berwenang telah menandai DeepSeek sebagai risiko terhadap wacana publik dan sedang mempertimbangkan peraturan yang lebih ketat pada sistem AI asing.5. Jepang dan Korea Selatan
Negara-negara yang digerakkan oleh teknologi ini telah menyatakan skeptisisme terhadap DeepSeek, dan memantau kontennya sebelum membuat keputusan regulasi.6. Taiwan
Pada awal Februari, Taiwan secara resmi melarang semua departemen pemerintah menggunakan layanan kecerdasan buatan DeepSeek karena masalah keamanan. Keputusan tersebut mengikuti panduan sebelumnya dari kementerian digital Taiwan, yang telah menyarankan agar tidak menggunakan DeepSeek tanpa secara tegas melarangnya. Pihak berwenang khawatir tentang potensi penyensoran dan risiko data ditransfer ke China.Tanggapan China
China mengkritik pembatasan global yang semakin meningkat, menganggapnya sebagai langkah bermotif politik yang dirancang untuk mengekang kemajuan teknologi mereka.
Pemerintah China telah menuduh negara-negara Barat secara tidak adil menargetkan sektor AI-nya dan menghambat persaingan dalam industri tersebut.
Para pejabat China menyatakan bahwa DeepSeek beroperasi dalam pedoman etika dan mematuhi kebijakan moderasi konten yang ketat.
Regulasi AI
Kontroversi seputar DeepSeek telah menghidupkan kembali perdebatan global tentang tata kelola dan regulasi AI. Beberapa hal penting yang dapat diambil dari perselisihan yang sedang berlangsung ini meliputi:
Perlunya standar AI global: Meningkatnya model AI yang sarat misinformasi menyoroti perlunya menetapkan pedoman universal untuk mengatur konten yang dihasilkan AI.
Pertempuran teknologi geopolitik: Kontroversi DeepSeek merupakan bagian dari pertikaian yang lebih luas antara China dan negara-negara Barat atas supremasi teknologi.
Menyeimbangkan inovasi dan keamanan: Meski AI berpotensi merevolusi industri, negara-negara dunia harus mencapai keseimbangan antara mendorong inovasi serta mencegah penyebaran misinformasi yang berbahaya.
Seiring dengan semakin banyaknya negara yang melarang atau membatasi DeepSeek, lanskap AI global memasuki fase kritis, di mana regulasi dan pertimbangan etika menjadi hal terpenting.
Kasus DeepSeek menjadi preseden tentang bagaimana dunia menangani kecerdasan buatan, misinformasi, dan persaingan AI di kancah global.
(mas)
Lihat Juga :