Mesir Ajukan Rencana Komprehensif untuk Gaza, Bagaimana Skenarionya?
loading...

Mesir ajukan rencana komprehensif untuk Gaza. Foto/X/@QudsNen
A
A
A
GAZA - Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengonfirmasi bahwa negaranya tengah mempersiapkan rencana "komprehensif" untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa menggusur warga Palestina, demikian laporan Anadolu Agency.
Konfirmasi tersebut disampaikan selama pertemuan Sisi di Kairo dengan Ronald Lauder, kepala Kongres Yahudi Dunia.
Pembicaraan antara Sisi dan Lauder membahas cara-cara untuk memulihkan stabilitas regional dan upaya Mesir untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata di Gaza, termasuk pertukaran sandera dan tahanan, serta memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke daerah kantong tersebut, demikian pernyataan kepresidenan.
Presiden Mesir menekankan pentingnya "memulai rekonstruksi Gaza dan memastikan bahwa penduduknya tidak terusir dari tanah mereka," demikian pernyataan tersebut.
Ia juga menggarisbawahi perlunya semua pihak "untuk bertindak secara bertanggung jawab guna mempertahankan gencatan senjata," dengan memperingatkan bahwa perluasan konflik "akan merugikan semua pihak."
Baca Juga: Erdogan Galang Kekuatan Lawan Pencaplokan Gaza
"Pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya adalah satu-satunya jaminan untuk mencapai perdamaian abadi," kata Sisi, dilansir Middle East Monitor.
Setelah pertemuan tersebut, Lauder mengatakan bahwa ia ingin berkonsultasi dengan Mesir mengenai berbagai isu yang relevan mengingat peran utamanya dalam mencapai perdamaian di Timur Tengah.
Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyerukan untuk mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali penduduknya untuk mengembangkan apa yang disebutnya sebagai "Riviera Timur Tengah." Gagasan tersebut telah ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, yang mengatakan bahwa hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.
Usulan kontroversial tersebut muncul di tengah perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan perang genosida Israel, yang telah menewaskan hampir 48.300 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
Konfirmasi tersebut disampaikan selama pertemuan Sisi di Kairo dengan Ronald Lauder, kepala Kongres Yahudi Dunia.
Pembicaraan antara Sisi dan Lauder membahas cara-cara untuk memulihkan stabilitas regional dan upaya Mesir untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata di Gaza, termasuk pertukaran sandera dan tahanan, serta memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke daerah kantong tersebut, demikian pernyataan kepresidenan.
Presiden Mesir menekankan pentingnya "memulai rekonstruksi Gaza dan memastikan bahwa penduduknya tidak terusir dari tanah mereka," demikian pernyataan tersebut.
Ia juga menggarisbawahi perlunya semua pihak "untuk bertindak secara bertanggung jawab guna mempertahankan gencatan senjata," dengan memperingatkan bahwa perluasan konflik "akan merugikan semua pihak."
Baca Juga: Erdogan Galang Kekuatan Lawan Pencaplokan Gaza
"Pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya adalah satu-satunya jaminan untuk mencapai perdamaian abadi," kata Sisi, dilansir Middle East Monitor.
Setelah pertemuan tersebut, Lauder mengatakan bahwa ia ingin berkonsultasi dengan Mesir mengenai berbagai isu yang relevan mengingat peran utamanya dalam mencapai perdamaian di Timur Tengah.
Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyerukan untuk mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali penduduknya untuk mengembangkan apa yang disebutnya sebagai "Riviera Timur Tengah." Gagasan tersebut telah ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, yang mengatakan bahwa hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.
Usulan kontroversial tersebut muncul di tengah perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan perang genosida Israel, yang telah menewaskan hampir 48.300 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
(ahm)
Lihat Juga :