AS Sanksi Jaksa ICC karena Selidiki Kejahatan Perangnya di Afghanistan

Kamis, 03 September 2020 - 09:37 WIB
loading...
AS Sanksi Jaksa ICC...
Para tentara Amerika Serikat yang ditugaskan tempur di Afghanistan. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo mengumumkan sanksi baru yang dijatuhkan pada jaksa Mahkamah Kriminal Internasional ( ICC ) Fatou Bensouda pada hari Rabu. Sanksi itu sebagai respons Amerika atas penyelidikan Bensouda terhadap potensi kejahatan perang Amerika yang dilakukan di Afghanistan .

Pompeo juga menyinggung Phakiso Mochochoko, Kepala Divisi Yurisdiksi, Pelengkap dan Kerjasama ICC, yang dia sebut membantu Bensouda dalam penyelidikannya.

ICC adalah pengadilan internasional yang menyelidiki dan mengadili genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. (Baca: ICC Setuju Dilakukannya Penyelidikan Kejahatan Perang di Afghanistan )

Lahir dari genosida yang pecah di Rwanda dan di bekas Yugoslavia, ICC berupaya meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan internasional. Sebanyak 123 negara mengakui pengadilan internasional yang dibentuk oleh Statuta Roma pada tahun 1998 tersebut, tetapi AS bukanlah salah satu penandatangan statuta.

"ICC institusi yang benar-benar rusak dan korup," ucap Pompeo selama konferensi pers hari Rabu waktu Washington, seperti dikutip Fox News, Kamis (3/9/2020).

"Amerika Serikat tidak pernah meratifikasi Statuta Roma yang membuat pengadilan tersebut, dan kami tidak akan mentoleransi upaya tidak sahnya untuk menundukkan orang Amerika ke yurisdiksinya," ujar bekas direktur CIA tersebut. (Baca: ICC Siap Selidiki Kejahatan Perang Israel, Netanyahu Kesal )

Pada bulan Juni, pemerintahan Trump mengumumkan bahwa sanksi ekonomi akan dijatuhkan pada orang-orang yang berafiliasi dengan ICC dan anggotanya yang menargetkan orang Amerika dalam penyelidikan mereka.

Pompeo mengatakan bahwa siapa pun yang ditemukan membantu Bensouda atau Mochochoko berisiko dikenakan sanksi.

ICC memberi Bensouda wewenang untuk menyelidiki dugaan kejahatan yang dilakukan di Afghanistan oleh Taliban, pasukan Afghanistan, dan pasukan AS pada bulan Maret.

Pada November 2027, Bensouda memulai permintaannya untuk menyelidiki tindakan kejahatan perang sejak 2003 di Afghanistan. Dia akan menyelidiki kejahatan yang dilakukan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang oleh Taliban dan Jaringan Haqqani yang berafiliasi dengan mereka.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Trump Puji Presiden...
Trump Puji Presiden Suriah: Pria yang Menarik dan Tangguh
Iran Terbuka untuk Pembatasan...
Iran Terbuka untuk Pembatasan Pengayaan Uranium Sementara
Bertemu Putra Mahkota...
Bertemu Putra Mahkota Arab Saudi, Trump akan Cabut Semua Sanksi AS pada Suriah
Arab Saudi Teken Kesepakatan...
Arab Saudi Teken Kesepakatan Lebih dari Rp4.982 Triliun dengan AS
Di Arab Saudi, Trump...
Di Arab Saudi, Trump Tegaskan Warga Gaza Berhak Dapat Masa Depan yang Jauh Lebih Baik
Lebih dari 550 Eks Pejabat...
Lebih dari 550 Eks Pejabat Israel Desak Trump Akhiri Perang Gaza
Bawa Permen Ganja dari...
Bawa Permen Ganja dari Thailand, Pebasket AS Ditangkap Polisi
Pertempuran Sengit Pecah...
Pertempuran Sengit Pecah di Ibu Kota Libya Tripoli, WNI Diminta Waspada
Artis Hollywood dan...
Artis Hollywood dan Tokoh Film Dunia Ramai-Ramai Kecam Genosida Israel di Gaza
Rekomendasi
Ekonomi Sulit, 73.992...
Ekonomi Sulit, 73.992 Pekerja Tersapu Badai PHK Hanya dalam 3 Bulan
Megawati Berseloroh...
Megawati Berseloroh ke Sri Mulyani Tak Terima Tunjangan Pensiun Wakil Presiden
Jokowi Merespons Meme...
Jokowi Merespons Meme Mahasiswi ITB tentangnya: Sudah Kebangetan
Berita Terkini
Ini Cara Unik Pangeran...
Ini Cara Unik Pangeran MBS Menyenangkan Donald Trump
Trump Puji Presiden...
Trump Puji Presiden Suriah: Pria yang Menarik dan Tangguh
Agama Penduduk Kashmir...
Agama Penduduk Kashmir dan Persentasenya
Pakistan dan India Bertukar...
Pakistan dan India Bertukar Tahanan di Perbatasan, Siapa yang Dibebaskan?
Tahun Lalu Kepalanya...
Tahun Lalu Kepalanya Dihargai Rp165 Miliar oleh AS, Kini Justru Berjabat Tangan dengan Trump
Masa Depan Jet Rafale...
Masa Depan Jet Rafale Makin Suram setelah Ditembak Jatuh Pakistan
Infografis
Sejumlah Pabrik di China...
Sejumlah Pabrik di China Mulai Stop Produksi Akibat Tarif AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved