Jumlah Tentara AS Cedera Otak akibat Rudal Iran Jadi 109 Orang
A
A
A
WASHINGTON - Jumlah tentara Amerika Serikat (AS) yang mengalami cedera otak traumatis ringan akibat serangan rudal Iran bertambah 45 orang lagi menjadi 109 personel. Serangan Iran itu terjadi 8 Januari lalu di dua pangkalan militer Irak yang dioperasikan Amerika.
"Sampai hari ini, 109 anggota layanan AS telah didiagnosis dengan cedera otak traumatis ringan, atau mTBI, ada peningkatan 45 sejak laporan sebelumnya," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Menurut Pentagon, dari jumlah itu, sekitar 76 tentara telah kembali bertugas. Sedangkan sebagian besar sisanya masih menjalani evaluasi dan perawatan.
Presiden AS Donald Trump pada awalnya mengatakan bahwa tidak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan di pangkalan Ain al-Asad dan Erbil di Irak pada 8 Januari malam. Namun, militer Amerika kemudian melaporkan bahwa 11 tentara AS terluka. Dalam hitungan hari, jumlah korban cedera terus bertambah. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Iran menembakkan beberapa rudal balistik di dua pangkalan itu sebagai awal dari balas dendam atas pembunuhan komandan Pasukan Quds, Jenderal Qassem Soleimani, oleh serangan drone AS di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari.
Trump telah meremehkan cedera otak yang dialami ratusan tentara Amerika dengan menganggapnya sebagai sakit kepala yang tak terlalu serius.
"Kami berterima kasih atas upaya para profesional medis kami yang telah bekerja dengan rajin untuk memastikan tingkat perawatan yang sesuai untuk anggota layanan kami, yang telah memungkinkan hampir 70 persen dari mereka yang didiagnosis untuk kembali bertugas," kata juru bicara Pentagon Alyssa Farah dalam sebuah pernyataan hari Senin, seperti dikutip AFP, Selasa (11/2/2020).
"Kita harus terus membahas kesehatan fisik dan mental bersama," ujarnya.
"Sampai hari ini, 109 anggota layanan AS telah didiagnosis dengan cedera otak traumatis ringan, atau mTBI, ada peningkatan 45 sejak laporan sebelumnya," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Menurut Pentagon, dari jumlah itu, sekitar 76 tentara telah kembali bertugas. Sedangkan sebagian besar sisanya masih menjalani evaluasi dan perawatan.
Presiden AS Donald Trump pada awalnya mengatakan bahwa tidak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan di pangkalan Ain al-Asad dan Erbil di Irak pada 8 Januari malam. Namun, militer Amerika kemudian melaporkan bahwa 11 tentara AS terluka. Dalam hitungan hari, jumlah korban cedera terus bertambah. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Iran menembakkan beberapa rudal balistik di dua pangkalan itu sebagai awal dari balas dendam atas pembunuhan komandan Pasukan Quds, Jenderal Qassem Soleimani, oleh serangan drone AS di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari.
Trump telah meremehkan cedera otak yang dialami ratusan tentara Amerika dengan menganggapnya sebagai sakit kepala yang tak terlalu serius.
"Kami berterima kasih atas upaya para profesional medis kami yang telah bekerja dengan rajin untuk memastikan tingkat perawatan yang sesuai untuk anggota layanan kami, yang telah memungkinkan hampir 70 persen dari mereka yang didiagnosis untuk kembali bertugas," kata juru bicara Pentagon Alyssa Farah dalam sebuah pernyataan hari Senin, seperti dikutip AFP, Selasa (11/2/2020).
"Kita harus terus membahas kesehatan fisik dan mental bersama," ujarnya.
(mas)