Virus Corona Kacaukan Proyek Kapal Induk dan Jet Tempur China

Sabtu, 08 Februari 2020 - 09:06 WIB
Virus Corona Kacaukan Proyek Kapal Induk dan Jet Tempur China
Virus Corona Kacaukan Proyek Kapal Induk dan Jet Tempur China
A A A
BEIJING - Epidemi virus Corona jenis baru, 2019-nCoV, yang menyebar dengan cepat telah mengacaukan proyek senjata utama di China, khususnya kapal induk ketiga dan pesawat jet tempur. Gara-gara wabah penyakit tersebut, proses pembangunan kapal dan produksi pesawat tempur menjadi tertunda.

Penundaan ini menjadi pukulan bagi China, negara yang dalam beberapa dekade terakhir telah memperluas pengembangan dan akuisisi persenjataan modernnya.

Menurut GlobalData, sebuah perusahaan analisis data di London, virus Corona baru mulai berdampak pada perusahaan pertahanan dan pembuat kapal China di Wuhan, kota yang jadi pusat wabah penyakit tersebut.

Data terbaru pada Sabtu (8/2/2020), wabah virus ini telah menginfeksi 34.878 orang secara global dan telah membunuh 724 orang yang sebagian besar di China.

"Virus Corona berpotensi memperlambat pengiriman proyek-proyek utama seperti kapal induk ketiga China dan jet tempur baru," kata William Davies, seorang analis GlobalData, dalam rilisnya.

Menurut GlobalData, Jiangnan Shipyard Shanghai—basis pembuatan kapal modern terbesar di China—telah memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek bagi para pekerja dan menyarankan setiap pekerja yang bepergian selama liburan untuk tinggal di rumah selama dua minggu.

Jiangnan Shipyard Shanghai sedang membangun kapal induk ketiga China dengan desain sepenuhnya murni domestik. Dua kapal induk China sebelumnya berdesain Soviet dan tidak memiliki sistem pelontar penting seperti sistem ketapel.

Upaya pencegahan penyebaran virus Corona baru juga memperlambat proyek kapal selam. "Perusahaan yang terkena dampak di Wuhan termasuk Wuchang Shipbuilding Industry Group yang memproduksi kapal selam untuk Angkatan Laut China dan Universitas Teknik Angkatan Laut yang memproduksi berbagai teknologi bawah laut untuk Angkatan Laut China," kata GlobalData, yang dilansir National Interest, Sabtu (8/2/2020).

Masih menurut GlobalData, Shenyang Aircraft Corporation yang membangun pesawat tempur untuk Angkatan Laut dan Angkatan Udara Tiongkok juga telah memerintahkan staf untuk tinggal di rumah.

"Sementara penundaan ini hanya akan berdampak kecil dalam jangka pendek, jika krisis berlanjut dan perusahaan terpaksa menghentikan produksi untuk jangka waktu yang lebih lama maka ini dapat memiliki dampak jangka panjang pada jadwal waktu pembuatan kapal China," kata Davies.

"Seiring perkembangan virus, itu hampir pasti akan memengaruhi hampir setiap industri," paparnya.

Penangguhan pekerjaan di Jiangnan Shpyard Shanghai menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi China dalam memproduksi armada besar kapal induk. Alih-alih melaju cepat dengan pengembangan armada enam kapal induk—masing-masing dua untuk armada utara, timur, dan selatan—Angkatan Laut China bisa berhenti setelah mendapatkan kapal induk nomor empat, akuisisi yang dapat ditunda akibat epidemi virus Corona baru saat ini.

“Rencana untuk (kapal induk) kelima telah ditunda untuk saat ini, menurut orang dalam militer,” tulis South China Morning Post pada November 2019 lalu. “Mereka mengatakan bahwa tantangan teknis dan biaya tinggi telah mengerem program."

Song Zhongping, seorang pakar militer dan komentator televisi, pada akhir 2018 mengatakan kepada Global Times bahwa China membutuhkan setidaknya lima kapal induk untuk menjalankan strategi militernya. Wang Yunfei, seorang pensiunan perwira Angkatan Laut China, mengatakan Beijing membutuhkan enam kapal induk.

Kementerian Pertahanan China menolak selama konferensi pers pada November 2018 untuk menentukan berapa banyak kapal induk yang pada akhirnya direncanakan untuk diakuisisi.

Tapi selain biaya tinggi, enam kapal induk akan masuk akal untuk dimiliki China. Jumlah itu akan melengkapi masing-masing dari tiga armada regional dengan dua kapal induk akan memungkinkan satu kapal induk dari masing-masing armada untuk dikerahkan sementara yang lain menjalani pemeliharaan.

Pada tahun 2019, setiap armada memiliki antara 20 dan 30 kapal perang permukaan utama, setidaknya selusin kapal selam dan beberapa kapal amfibi. Pada tahun itu, Teater Utara Angkatan Laut China yang berkantor pusat di Qingdao, hanya mengoperasikan satu kapal induk—Liaoning, kapal induk yang dibeli dari Ukraina dan ditugaskan mulai 2012.

Kapal induk kedua, Shandong, sedang menyelesaikan uji coba laut. Sedangkan kapal induk ketiga yang sedang dibangun di Shanghai adalah kapal yang lebih besar daripada Liaoning dan Shandong. Kapal induk keempat yang direncanakan merupakan salinan dari kapal induk ketiga.

Sebagai perbandingan, Angkatan Laut Amerika Serikat saat ini memiliki 11 kapal induk bertenaga nuklir plus sembilan kapal serbu yang dapat melontarkan jet tempur siluman F-35B. Perjuangan China melawan wabah virus Corona baru dapat membantu Amerika Serikat untuk mempertahankan keunggulan ini.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4202 seconds (0.1#10.140)