Perusahaan Warren Buffett Rugi Rp758 Triliun Akibat Virus Corona
loading...
A
A
A
NEW YORK - Perusahaan Warren Buffett, Berkshire Hathaway Inc, mendapat hantaman keras dari pandemi virus corona dengan mencatat kerugian bersih hampir USD50 miliar (Rp758 triliun) pada Sabtu (2/5).
Berkshire menyatakan kinerjanya menderita di beberapa operasi bisnis utama. “Sebagian besar dari lebih 90 bisnis menghadapi efek negatif relatif kecil hingga parah akibat Covid-19, dengan pendapatan turun pada April,” papar pernyataan Berkshire.
BNSF mengalami penurunan volume pengiriman, Geico menyisihkan uang untuk asuransi mobil premium yang tidak diperkirakan untuk dikumpulkan, dan beberapa bisnis memangkas gaji dan cuti pekerja.
Ritel seperti See’s Candies dan Nebraska Furniture Mart harus menutup toko-tokonya.
Buffett juga mengizinkan saham cash Berkshire naik mencapai rekor USD137,3 miliar dari USD128 miliar pada akhir 2019.
Itu mencerminkan kemampuan miliarder umur 89 tahun itu untuk melakukan akuisisi skala besar pada tahun kelima dan peringatan dalam pembelian kembali saham. Berkshire membeli lagi USD1,7 miliar sahamnya sendiri.
Total kerugian bersih kuartal I/2020 Berkshire mencapai USD49,75 miliar, atau USD30,653 per saham Klas A, mencerminkan USD54,52 miliar kerugian dari investasi, terutama saham umum.
Setahun sebelumnya, laba bersih total USD21,66 miliar, atau USD13,209 per saham.
Laba operasional per kuartal, naik 6% menjadi USD5,87 miliar, atau sekitar USD3.624 per saham Klas A, dari USD5,56 miliar, atau sekitar USD3.388 per saham.
Laba operasional unit bisnis Berkshire turun 3%, dengan laba lebih rendah dari BNSF, utilitas dan energy, dan manufaktur, jasa dan bisnis ritel.
Wakil Chairman Charlie Munger menjelaskan bahwa beberapa bisnis kecil Berkshire mungkin tutup bersama-sama.
Para investor kecewa dengan Berkshire, dengan harga saham tertinggal di Standard & Poor’s 500 hingga lebih dari 20% poin pada 2019, termasuk dividen. (Baca Juga: Akhirnya Bebas! Warga Spanyol Keluar Rumah Setelah 49 Hari Lockdown)
Berkshire menyatakan kinerjanya menderita di beberapa operasi bisnis utama. “Sebagian besar dari lebih 90 bisnis menghadapi efek negatif relatif kecil hingga parah akibat Covid-19, dengan pendapatan turun pada April,” papar pernyataan Berkshire.
BNSF mengalami penurunan volume pengiriman, Geico menyisihkan uang untuk asuransi mobil premium yang tidak diperkirakan untuk dikumpulkan, dan beberapa bisnis memangkas gaji dan cuti pekerja.
Ritel seperti See’s Candies dan Nebraska Furniture Mart harus menutup toko-tokonya.
Buffett juga mengizinkan saham cash Berkshire naik mencapai rekor USD137,3 miliar dari USD128 miliar pada akhir 2019.
Itu mencerminkan kemampuan miliarder umur 89 tahun itu untuk melakukan akuisisi skala besar pada tahun kelima dan peringatan dalam pembelian kembali saham. Berkshire membeli lagi USD1,7 miliar sahamnya sendiri.
Total kerugian bersih kuartal I/2020 Berkshire mencapai USD49,75 miliar, atau USD30,653 per saham Klas A, mencerminkan USD54,52 miliar kerugian dari investasi, terutama saham umum.
Setahun sebelumnya, laba bersih total USD21,66 miliar, atau USD13,209 per saham.
Laba operasional per kuartal, naik 6% menjadi USD5,87 miliar, atau sekitar USD3.624 per saham Klas A, dari USD5,56 miliar, atau sekitar USD3.388 per saham.
Laba operasional unit bisnis Berkshire turun 3%, dengan laba lebih rendah dari BNSF, utilitas dan energy, dan manufaktur, jasa dan bisnis ritel.
Wakil Chairman Charlie Munger menjelaskan bahwa beberapa bisnis kecil Berkshire mungkin tutup bersama-sama.
Para investor kecewa dengan Berkshire, dengan harga saham tertinggal di Standard & Poor’s 500 hingga lebih dari 20% poin pada 2019, termasuk dividen. (Baca Juga: Akhirnya Bebas! Warga Spanyol Keluar Rumah Setelah 49 Hari Lockdown)
(sya)