Beijing Simulasikan Duel Sistem Pertahanan China vs Rudal Siluman AS di Laut China Selatan
loading...
A
A
A
Namun, senjata laser masih dalam tahap pengembangan awal dan menghadapi kekurangan yang signifikan seperti kebutuhan ruang dan daya yang besar, efektivitas yang berkurang pada jarak yang lebih jauh, dan kepekaan terhadap kondisi atmosfer.
China juga dapat menggunakan teknologi deteksi canggih bersama pesawat generasi berikutnya untuk mengalahkan rudal jelajah siluman seperti LRASM, yang memungkinkan intersepsi rudal dan pesawat peluncurnya.
Asia Times menyebutkan pada bulan November 2024 bahwa simulasi PLA National Defense University dan State Key Laboratory of Intelligent Game di Beijing mengungkapkan bahwa radar anti-siluman baru China dapat mendeteksi pesawat tempur siluman F-22 dan F-35 dari jarak hingga 180 kilometer.
Simulasi yang memodelkan serangan AS ke Shanghai dari Jepang tersebut menyoroti kerentanan pada perisai siluman F-22 dan F-35, terutama saat F-35 beroperasi dalam "beast mode", yang membuatnya dapat dideteksi dari jarak 450 kilometer. Temuan ini muncul di tengah meningkatnya penempatan F-22 AS di Jepang, yang mengintensifkan fokus China dalam melawan ancaman siluman.
Investasi China dalam teknologi radar mencakup sistem hemat biaya yang menggunakan sinyal dari sistem satelit navigasi BeiDou untuk mendeteksi pesawat siluman. Radar ini menggunakan algoritma unik untuk mengidentifikasi target tanpa memancarkan sinyal yang dapat dideteksi, sehingga meningkatkan kemampuan anti-siluman China.
Lebih jauh, Asia Times melaporkan bulan ini bahwa pengungkapan pesawat siluman baru oleh China, J-36 dan J-50, menandai lompatan signifikan dalam kemampuan penerbangan militernya.
J-36, yang dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Corporation, memiliki desain sayap delta tanpa ekor untuk mengurangi tanda radar dan meningkatkan kemampuan siluman. Dilengkapi dengan tiga mesin, pesawat ini menekankan penerbangan berkecepatan tinggi dan operasi jarak jauh, sehingga cocok untuk misi superioritas udara dan serangan.
Desain J-36 mencakup ruang senjata besar yang mampu membawa muatan besar, yang menunjukkan perannya dalam pertempuran udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan.
Di sisi lain, J-50 buatan Shenyang Aircraft Corporation adalah pesawat tempur siluman bermesin ganda yang dirancang untuk keserbagunaan di lingkungan yang diperebutkan. Teknologi siluman dan avioniknya yang canggih menjadikannya lawan yang tangguh dalam peran superioritas udara dan serangan.
Lebih jauh, Asia Times menyebutkan pada Desember 2024 bahwa China dapat menggunakan senjata hipersonik dari udara, laut, dan darat untuk menyerang target AS. Rudal antikapal hipersonik YJ-21, yang ditembakkan dari kapal penjelajah Tipe 055, merupakan senjata yang tangguh terhadap kapal tempur permukaan AS seperti kapal penjelajah kelas Ticonderoga dan kapal perusak kelas Arleigh Burke.
China juga dapat menggunakan teknologi deteksi canggih bersama pesawat generasi berikutnya untuk mengalahkan rudal jelajah siluman seperti LRASM, yang memungkinkan intersepsi rudal dan pesawat peluncurnya.
Asia Times menyebutkan pada bulan November 2024 bahwa simulasi PLA National Defense University dan State Key Laboratory of Intelligent Game di Beijing mengungkapkan bahwa radar anti-siluman baru China dapat mendeteksi pesawat tempur siluman F-22 dan F-35 dari jarak hingga 180 kilometer.
Simulasi yang memodelkan serangan AS ke Shanghai dari Jepang tersebut menyoroti kerentanan pada perisai siluman F-22 dan F-35, terutama saat F-35 beroperasi dalam "beast mode", yang membuatnya dapat dideteksi dari jarak 450 kilometer. Temuan ini muncul di tengah meningkatnya penempatan F-22 AS di Jepang, yang mengintensifkan fokus China dalam melawan ancaman siluman.
Investasi China dalam teknologi radar mencakup sistem hemat biaya yang menggunakan sinyal dari sistem satelit navigasi BeiDou untuk mendeteksi pesawat siluman. Radar ini menggunakan algoritma unik untuk mengidentifikasi target tanpa memancarkan sinyal yang dapat dideteksi, sehingga meningkatkan kemampuan anti-siluman China.
Lebih jauh, Asia Times melaporkan bulan ini bahwa pengungkapan pesawat siluman baru oleh China, J-36 dan J-50, menandai lompatan signifikan dalam kemampuan penerbangan militernya.
J-36, yang dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Corporation, memiliki desain sayap delta tanpa ekor untuk mengurangi tanda radar dan meningkatkan kemampuan siluman. Dilengkapi dengan tiga mesin, pesawat ini menekankan penerbangan berkecepatan tinggi dan operasi jarak jauh, sehingga cocok untuk misi superioritas udara dan serangan.
Desain J-36 mencakup ruang senjata besar yang mampu membawa muatan besar, yang menunjukkan perannya dalam pertempuran udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan.
Di sisi lain, J-50 buatan Shenyang Aircraft Corporation adalah pesawat tempur siluman bermesin ganda yang dirancang untuk keserbagunaan di lingkungan yang diperebutkan. Teknologi siluman dan avioniknya yang canggih menjadikannya lawan yang tangguh dalam peran superioritas udara dan serangan.
Lebih jauh, Asia Times menyebutkan pada Desember 2024 bahwa China dapat menggunakan senjata hipersonik dari udara, laut, dan darat untuk menyerang target AS. Rudal antikapal hipersonik YJ-21, yang ditembakkan dari kapal penjelajah Tipe 055, merupakan senjata yang tangguh terhadap kapal tempur permukaan AS seperti kapal penjelajah kelas Ticonderoga dan kapal perusak kelas Arleigh Burke.