UPDATE-Virus Corona China: 80 Orang Tewas, 2.700 Terinfeksi

Senin, 27 Januari 2020 - 07:20 WIB
UPDATE-Virus Corona China: 80 Orang Tewas, 2.700 Terinfeksi
UPDATE-Virus Corona China: 80 Orang Tewas, 2.700 Terinfeksi
A A A
BEIJING - Hingga hari ini (27/1/2020), virus Corona jenis baru, 2019-nCoV , sudah menewaskan 80 orang di China. Secara global, sekitar 2.700 orang telah terifeksi.

Mengutip Global Times, Provinsi Hubei melaporkan 371 kasus dan 24 kematian terbaru pada 26 Januari waktu setempat, sehingga total kasus infeksi di provinsi itu naik menjadi 1.423, dengan 76 kematian dan 44 orang pulih.

Sedangkan South China Morning Post melaporkan jumlah orang yang telah meninggal akibat Coronavirus atau virus Corona di China dari 31 Desember 2019 hingga saat ini mencapai 80. Sebanyak 2.454 kasus telah terdaftar di China, dan secara keseluruhan, sekitar 2.700 kasus telah terkonfirmasi di seluruh dunia. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )

Sebelumnya, Direktur Komisi Kesehatan Nasional China, Ma Xiaowei mengatakan kepada wartawan bahwa penyebaran virus sudah semakin cepat meskipun ada upaya mitigasi.

Thailand, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Singapura, Nepal, Prancis, Amerika Serikat (AS), Malaysia, Australia, dan Kanada telah mengonfirmasi kasus infeksi dalam beberapa hari terakhir. Kasus kelima Coronavirus di AS dikonfirmasi di Maricopa County, Arizona pada hari Minggu.

Virus ini pertama kali muncul dan mewabah di Kota Wuhan , Provinsi Hubei. Setelah virus menyebar di berbagai negara, China resmi melarang perdagangan satwa liar. Larangan dikeluarkan hari Minggu. Konsumsi satwa liar diduga beperan penting dalam penyebaran virus 2019-nCoV dari hewan ke manusia.

Larangan berlaku sampai "epidemi nasional” berakhir. Selain itu, pusat penangkaran satwa liar akan dikarantina, peraturan ketat ditegakkan, dan publik memperingatkan untuk tidak makan produk-produk hewan liar. (Baca juga: Horor Virus Corona: "Seperti Kiamat, Orang-orang Terus Sekarat...." )

"Konsumen harus sepenuhnya memahami risiko kesehatan dari memakan hewan liar, menghindari 'daging buruan', dan makan dengan sehat," bunyi pernyataan bersama Administrasi Negara untuk Pengaturan Pasar, Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan, dan Administrasi Kehutanan Nasional dan Padang Rumput China.

Langkah ini mengikuti saran dari 19 ilmuwan terkemuka untuk penghapusan konsumsi dan perdagangan hewan liar yang diterbitkan di platform Weibo pada hari Jumat.

Kelompok ilmuwan itu mengatakan berbagai penyakit menular yang muncul telah dikaitkan dengan hewan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk SARS, flu burung H7N9, dan MERS.

"Mengontrol atau bahkan menghilangkan makanan hewan liar dan perdagangan terkait tidak hanya diperlukan untuk perlindungan ekologis, tetapi juga sangat penting dalam mengendalikan risiko terhadap kesehatan masyarakat," kata kelompok ilmuwan tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4034 seconds (0.1#10.140)