Siapa Ezzedine al Qassam? Sosok yang Menginspirasi Perjuangan Bersenjata Melawan Israel
loading...
A
A
A
Al-Qassam menganggap pendudukan Inggris sebagai musuh pertama Palestina dan menyerukan perlawanan terhadap pengaruh Zionis yang meningkat secara signifikan.
Upayanya dipuji dan ia dianggap sebagai pahlawan Muslim karena memerangi pengaruh Eropa.
Pada tahun 1930, Al-Qassam memperoleh fatwa agama dari Sheikh Badr al-Din Al-Hasani, seorang pemimpin ulama Islam di Damaskus, untuk jihad suci melawan Inggris dan Zionis.
Setelah dekrit tersebut, kelompok-kelompok ini secara diam-diam melakukan operasi melawan pendudukan Inggris, dan serangan-serangan ini terus berlanjut selama bertahun-tahun tanpa disadari oleh otoritas pendudukan dan intelijen.
Ulama terkemuka mengumumkan keberadaan kelompok-kelompok ini pada tahun 1935. Setelah pengumuman tersebut, Al-Qassam terus diawasi oleh otoritas Inggris.
Awalnya ia enggan menyatakan jihad melawan kolonialisme Inggris karena kelompok tersebut tidak memiliki sarana untuk melawan Inggris. Namun, membanjirnya imigrasi massal orang-orang Yahudi pada awal tahun 1930-an, meningkatnya pengawasan terhadap aktivitasnya oleh otoritas, dan kekhawatirannya akan adanya tindakan pencegahan terhadap dirinya membuatnya menyatakan jihad pada malam tanggal 12 November 1935, di Haifa.
Al-Qassam pergi ke hutan desa Ya'bad di distrik Jenin, bersama sebelas orang rekannya. Kelompok tersebut bertempur tanpa henti selama enam jam dengan pasukan Inggris pada tanggal 20 November.
Melansir Press TV, pada usia 53 tahun, Al-Qassam menjadi martir oleh pasukan penjajah. Ia dimakamkan di pemakaman Balad al-Shaykh di distrik Haifa.
Kemartirannya menjadi sumber inspirasi bagi generasi baru pejuang kemerdekaan Palestina. Pembunuhannya dianggap berperan penting dalam mengilhami Pemberontakan Besar Palestina (1936–39).
Puluhan tahun kemudian, perjuangan Al-Qassam melawan penjajah Barat terus menginspirasi para pejuang perlawanan muda untuk bangkit melawan pendudukan brutal rezim Israel.
Upayanya dipuji dan ia dianggap sebagai pahlawan Muslim karena memerangi pengaruh Eropa.
3. Mendirikan Brigade Al-Qassam
Ulama Suriah itu membentuk kelompok perlawanan rahasia untuk melawan pendudukan Inggris di Palestina. Ia ingin agar kelompok itu tetap tersembunyi dari badan intelijen Inggris dan Zionis.Pada tahun 1930, Al-Qassam memperoleh fatwa agama dari Sheikh Badr al-Din Al-Hasani, seorang pemimpin ulama Islam di Damaskus, untuk jihad suci melawan Inggris dan Zionis.
Setelah dekrit tersebut, kelompok-kelompok ini secara diam-diam melakukan operasi melawan pendudukan Inggris, dan serangan-serangan ini terus berlanjut selama bertahun-tahun tanpa disadari oleh otoritas pendudukan dan intelijen.
Ulama terkemuka mengumumkan keberadaan kelompok-kelompok ini pada tahun 1935. Setelah pengumuman tersebut, Al-Qassam terus diawasi oleh otoritas Inggris.
Awalnya ia enggan menyatakan jihad melawan kolonialisme Inggris karena kelompok tersebut tidak memiliki sarana untuk melawan Inggris. Namun, membanjirnya imigrasi massal orang-orang Yahudi pada awal tahun 1930-an, meningkatnya pengawasan terhadap aktivitasnya oleh otoritas, dan kekhawatirannya akan adanya tindakan pencegahan terhadap dirinya membuatnya menyatakan jihad pada malam tanggal 12 November 1935, di Haifa.
Al-Qassam pergi ke hutan desa Ya'bad di distrik Jenin, bersama sebelas orang rekannya. Kelompok tersebut bertempur tanpa henti selama enam jam dengan pasukan Inggris pada tanggal 20 November.
Melansir Press TV, pada usia 53 tahun, Al-Qassam menjadi martir oleh pasukan penjajah. Ia dimakamkan di pemakaman Balad al-Shaykh di distrik Haifa.
Kemartirannya menjadi sumber inspirasi bagi generasi baru pejuang kemerdekaan Palestina. Pembunuhannya dianggap berperan penting dalam mengilhami Pemberontakan Besar Palestina (1936–39).
Puluhan tahun kemudian, perjuangan Al-Qassam melawan penjajah Barat terus menginspirasi para pejuang perlawanan muda untuk bangkit melawan pendudukan brutal rezim Israel.