Siapa Ezzedine al Qassam? Sosok yang Menginspirasi Perjuangan Bersenjata Melawan Israel
loading...
A
A
A
Al-Qassam juga diangkat sebagai imam Masjid al-Mansouri setempat. Sebagai seorang ulama muda, ia mengemban misi untuk mendidik masyarakat tentang agama dan hak-hak mereka.
Khotbah, ceramah, dan perilaku pribadinya membuatnya populer di kalangan penduduk setempat. Ia kemudian mendapatkan popularitas di daerah-daerah tetangga juga.
Ketika Angkatan Darat Italia menyerbu Libya pada tahun 1911, Al-Qassam naik ke mimbar Masjid al-Mansouri, menyerukan perjuangan suci (jihad).
Ia termasuk orang pertama yang bergabung dalam pemberontakan melawan pendudukan Prancis di pantai Suriah pada tahun 1919–20 dan bertempur dengan gagah berani melawan Prancis di pegunungan yang mengelilingi Benteng Salah al-Din (Qal‘at Salah al-Din) di utara Latakia.
Melihat semangatnya, Prancis menganggap Al-Qassam sebagai ancaman bagi kendali mereka, dan menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Beberapa bulan setelah mandat Prancis diberlakukan di Suriah, surat perintah penangkapan Al-Qassam dikeluarkan, yang memaksanya melarikan diri ke Haifa di Palestina pada bulan Desember 1920.
Melansir Press TV, kelompok tersebut terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan al-Banna di Mesir.
Karena Palestina berada di bawah mandat Inggris setelah Perang Dunia I, pemerintah Inggris mencoba menerapkan Deklarasi Balfour yang kontroversial tahun 1917 untuk mendirikan "tanah air nasional" bagi orang-orang Yahudi di tanah Palestina.
Al-Qassam mengikuti dengan saksama ancaman Zionisme yang berkembang sebagai akibat dari dukungan Inggris terhadap "Rumah Nasional Yahudi". Ia menjadi yakin bahwa Inggris adalah akar penyebab masalah tersebut dan bahwa hanya perjuangan bersenjata yang dapat menahan proyek Zionis.
Khotbah, ceramah, dan perilaku pribadinya membuatnya populer di kalangan penduduk setempat. Ia kemudian mendapatkan popularitas di daerah-daerah tetangga juga.
Ketika Angkatan Darat Italia menyerbu Libya pada tahun 1911, Al-Qassam naik ke mimbar Masjid al-Mansouri, menyerukan perjuangan suci (jihad).
Ia termasuk orang pertama yang bergabung dalam pemberontakan melawan pendudukan Prancis di pantai Suriah pada tahun 1919–20 dan bertempur dengan gagah berani melawan Prancis di pegunungan yang mengelilingi Benteng Salah al-Din (Qal‘at Salah al-Din) di utara Latakia.
Melihat semangatnya, Prancis menganggap Al-Qassam sebagai ancaman bagi kendali mereka, dan menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Beberapa bulan setelah mandat Prancis diberlakukan di Suriah, surat perintah penangkapan Al-Qassam dikeluarkan, yang memaksanya melarikan diri ke Haifa di Palestina pada bulan Desember 1920.
2. Sangat Anti-Zionis
Setelah tiba di Palestina, Al-Qassam mengajar di sekolah al-Burj dan Masjid Istiqlal di Haifa. Pada tahun 1928, ia bergabung dengan Pengadilan Syariah sambil mendirikan al-Shabab al-Muslimeen di Palestina.Melansir Press TV, kelompok tersebut terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan al-Banna di Mesir.
Karena Palestina berada di bawah mandat Inggris setelah Perang Dunia I, pemerintah Inggris mencoba menerapkan Deklarasi Balfour yang kontroversial tahun 1917 untuk mendirikan "tanah air nasional" bagi orang-orang Yahudi di tanah Palestina.
Al-Qassam mengikuti dengan saksama ancaman Zionisme yang berkembang sebagai akibat dari dukungan Inggris terhadap "Rumah Nasional Yahudi". Ia menjadi yakin bahwa Inggris adalah akar penyebab masalah tersebut dan bahwa hanya perjuangan bersenjata yang dapat menahan proyek Zionis.