5 Fakta Penutupan Kedubes Israel di Irlandia, Termasuk Imbas Pengakuan Negara Palestina
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar baru-baru ini mengumumkan penutupan Kedutaan Besar (Kedubes) Israel di Irlandia pada Minggu (15/12/2024).
Alasannya, menurut Saar, pemerintah Dubin menerapkan kebijakan anti-Israel yang ekstrem.
Alasan itu merujuk pada langkah Irlandia yang mengakui Negara Palestina dan mendukung Mahkamah Internasional (ICJ) mengadili Israel atas tuduhan melakukan genosida di Jalur Gaza.
5 Fakta Penutupan Kedubes Israel di Irlandia
Keputusan untuk menutup Kedubes Israel muncul sebagai respons atas apa yang digambarkan oleh Menlu Saar sebagai "kebijakan anti-Israel yang ekstrem" di Irlandia.
Pada bulan Mei, Israel memanggil pulang duta besarnya di Dublin setelah Irlandia mengumumkan, bersama dengan Norwegia, Spanyol, dan Slovenia, bahwa mereka akan mengakui Negara Palestina.
Kabinet Irlandia pekan lalu memutuskan untuk secara resmi campur tangan dalam kasus yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), yang menuduh Israel melakukan genosida di Jalur Gaza, Palestina.
Irlandia secara de jure mengakui Negara Israel tahun 1963 dan resmi menjalin hubungan diplomatik tahun 1975.
Menurut situs resmi Kedutaan Besar Israel di Irlandia, kantor diplomatik Zionis itu dibuka di Dublin pada tahun 1994.
Seiring dengan perkembangan krisis Gaza, Irlandia bersimpati pada Palestina yang membuat rezim Zionis marah. Puncaknya, rezim Zionis menutup Kedubes Israel di Dublin pada 15 Desember 2024 atau setelah sekitar 30 tahun beroperasi.
Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Martin menilai penafsiran rezim Zionis terlalu sempit dalam menyikapi pembelaan Dublin tentang apa yang terjadi pada Palestina.
"Kami khawatir bahwa penafsiran yang sangat sempit tentang apa yang merupakan genosida mengarah pada budaya impunitas di mana perlindungan warga sipil diminimalkan," kata Martin.
Namun, Menlu Israel Gideon Saar bersikeras penutupan Kedubes tersebut karena Irlandia telah melewati setiap garis merah dalam hubungannya dengan Israel.
Perdana Menteri Irlandia Simon Harris menyebut keputusan rezim Zionis menutup Kedubes Israel di Dublin sangat disesalkan.
"Saya sepenuhnya menolak pernyataan bahwa Irlandia anti-Israel. Irlandia pro-perdamaian, pro-hak asasi manusia, dan pro-hukum internasional," katanya.
Menlu Zionis Gideon Saar menyebut Taoiseach (PM Irlandia) Simon Harris anti-semit setelah Israel menutup Kedubes-nya di Dublin.
Saar tidak senang ketika Irlandia mendukung proses hukum terhadap Israel di ICJ.
"Tadi malam Perdana Menteri Irlandia yang antisemit Simon Harris mengatakan dalam sebuah wawancara 'Irlandia tidak anti-Israel tetapi Irlandia benar-benar anti-kelaparan anak-anak'," kata Saar.
Saat lalu bertanya "apakah Israel membuat anak-anak kelaparan?" dan melanjutkan dengan mengatakan negaranya berupaya agar bantuan kemanusiaan dapat mencapai Gaza.
Seorang juru bicara PM Irlandia mengatakan Harris tidak akan menanggapi serangan yang bersifat pribadi dan palsu.
"Dia tetap fokus pada kejahatan perang mengerikan yang dilakukan [Israel] di Gaza, membela hak asasi manusia dan hukum internasional, serta mencerminkan pandangan banyak orang di seluruh Irlandia yang sangat prihatin dengan hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah," katanya.
Harris mengatakan bahwa dia tidak menyesali intervensi pemerintah Irlandia dalam kasus ICJ terkait Israel. "Saya sangat bangga dengan keputusan yang diambil Irlandia," katanya.
Presiden Partai Sinn FĂ©in (oposisi Irlandia) Mary Lou McDonald mendukung sikap tegas pemerintah Harris terhadap Israel.
McDonald menggambarkan tindakan Israel menutup Kedubesnya di Dublin sebagai upaya untuk menguji pendirian pemerintah Irlandia.
Dia mengatakan meskipun dia menyesalkan tindakan pemerintah Israel terkait penutupan kedutaan, dia menekankan pentingnya hubungan diplomatik dan bahwa Irlandia akan terus terlibat dengan Israel.
"Saya sangat bangga dengan keputusan yang diambil Irlandia, kami mendukung hak asasi manusia dan hukum internasional," katanya.
"Kita perlu bekerja sama dengan pihak lain untuk memberikan tekanan sebanyak mungkin pada rezim [Benjamin] Netanyahu," katanya lagi.
Ketua Dewan Perwakilan Yahudi Irlandia mengatakan dia sangat prihatin dengan memburuknya hubungan antara Irlandia dan Israel.
Ketua Dewan Perwakilan Yahudi Maurice Cohen mengatakan bahwa penutupan Kedubes Israel telah menyebabkan penderitaan bagi orang Israel di Irlandia.
Dia mengatakan intervensi pemerintah Irlandia di ICJ berisiko "menyederhanakan konflik yang sangat kompleks dan tragis, mengisolasi Israel secara tidak adil, dan merusak integritas istilah 'genosida'."
Cohen mengatakan bahwa bagi orang Yahudi di Irlandia, "penutupan kedutaan tidak hanya merupakan pukulan simbolis tetapi juga kerugian praktis".
"Layanan konsuler yang disediakan oleh kedutaan sangat penting bagi mereka yang menjaga hubungan dengan keluarga, budaya, dan warisan di Israel," imbuh dia.
"Kehilangan sumber daya ini akan membuat banyak orang merasa tidak didukung dan dirugikan," paparnya.
"Penutupan kedutaan berisiko mengasingkan sebagian besar masyarakat Irlandia dan mengirimkan pesan bahwa dialog digantikan oleh pelepasan diri," imbuh dia.
Alasannya, menurut Saar, pemerintah Dubin menerapkan kebijakan anti-Israel yang ekstrem.
Alasan itu merujuk pada langkah Irlandia yang mengakui Negara Palestina dan mendukung Mahkamah Internasional (ICJ) mengadili Israel atas tuduhan melakukan genosida di Jalur Gaza.
5 Fakta Penutupan Kedubes Israel di Irlandia
1. Irlandia Dituduh Terapkan Kebijakan Anti-Israel yang Ekstrem
Keputusan untuk menutup Kedubes Israel muncul sebagai respons atas apa yang digambarkan oleh Menlu Saar sebagai "kebijakan anti-Israel yang ekstrem" di Irlandia.
Pada bulan Mei, Israel memanggil pulang duta besarnya di Dublin setelah Irlandia mengumumkan, bersama dengan Norwegia, Spanyol, dan Slovenia, bahwa mereka akan mengakui Negara Palestina.
Kabinet Irlandia pekan lalu memutuskan untuk secara resmi campur tangan dalam kasus yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), yang menuduh Israel melakukan genosida di Jalur Gaza, Palestina.
2. Kedubes Israel Ditutup setelah 30 Tahun Beroperasi
Irlandia secara de jure mengakui Negara Israel tahun 1963 dan resmi menjalin hubungan diplomatik tahun 1975.
Menurut situs resmi Kedutaan Besar Israel di Irlandia, kantor diplomatik Zionis itu dibuka di Dublin pada tahun 1994.
Seiring dengan perkembangan krisis Gaza, Irlandia bersimpati pada Palestina yang membuat rezim Zionis marah. Puncaknya, rezim Zionis menutup Kedubes Israel di Dublin pada 15 Desember 2024 atau setelah sekitar 30 tahun beroperasi.
3. Irlandia Tepis Anti-Israel, Klaim Pro-HAM
Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Martin menilai penafsiran rezim Zionis terlalu sempit dalam menyikapi pembelaan Dublin tentang apa yang terjadi pada Palestina.
"Kami khawatir bahwa penafsiran yang sangat sempit tentang apa yang merupakan genosida mengarah pada budaya impunitas di mana perlindungan warga sipil diminimalkan," kata Martin.
Namun, Menlu Israel Gideon Saar bersikeras penutupan Kedubes tersebut karena Irlandia telah melewati setiap garis merah dalam hubungannya dengan Israel.
Perdana Menteri Irlandia Simon Harris menyebut keputusan rezim Zionis menutup Kedubes Israel di Dublin sangat disesalkan.
"Saya sepenuhnya menolak pernyataan bahwa Irlandia anti-Israel. Irlandia pro-perdamaian, pro-hak asasi manusia, dan pro-hukum internasional," katanya.
4. Irlandia Nilai Israel Lakukan Kejahatan Perang
Menlu Zionis Gideon Saar menyebut Taoiseach (PM Irlandia) Simon Harris anti-semit setelah Israel menutup Kedubes-nya di Dublin.
Saar tidak senang ketika Irlandia mendukung proses hukum terhadap Israel di ICJ.
"Tadi malam Perdana Menteri Irlandia yang antisemit Simon Harris mengatakan dalam sebuah wawancara 'Irlandia tidak anti-Israel tetapi Irlandia benar-benar anti-kelaparan anak-anak'," kata Saar.
Saat lalu bertanya "apakah Israel membuat anak-anak kelaparan?" dan melanjutkan dengan mengatakan negaranya berupaya agar bantuan kemanusiaan dapat mencapai Gaza.
Seorang juru bicara PM Irlandia mengatakan Harris tidak akan menanggapi serangan yang bersifat pribadi dan palsu.
"Dia tetap fokus pada kejahatan perang mengerikan yang dilakukan [Israel] di Gaza, membela hak asasi manusia dan hukum internasional, serta mencerminkan pandangan banyak orang di seluruh Irlandia yang sangat prihatin dengan hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah," katanya.
Harris mengatakan bahwa dia tidak menyesali intervensi pemerintah Irlandia dalam kasus ICJ terkait Israel. "Saya sangat bangga dengan keputusan yang diambil Irlandia," katanya.
5. Penutupan Kedubes Israel Pukulan bagi Yahudi Irlandia
Presiden Partai Sinn FĂ©in (oposisi Irlandia) Mary Lou McDonald mendukung sikap tegas pemerintah Harris terhadap Israel.
McDonald menggambarkan tindakan Israel menutup Kedubesnya di Dublin sebagai upaya untuk menguji pendirian pemerintah Irlandia.
Dia mengatakan meskipun dia menyesalkan tindakan pemerintah Israel terkait penutupan kedutaan, dia menekankan pentingnya hubungan diplomatik dan bahwa Irlandia akan terus terlibat dengan Israel.
"Saya sangat bangga dengan keputusan yang diambil Irlandia, kami mendukung hak asasi manusia dan hukum internasional," katanya.
"Kita perlu bekerja sama dengan pihak lain untuk memberikan tekanan sebanyak mungkin pada rezim [Benjamin] Netanyahu," katanya lagi.
Ketua Dewan Perwakilan Yahudi Irlandia mengatakan dia sangat prihatin dengan memburuknya hubungan antara Irlandia dan Israel.
Ketua Dewan Perwakilan Yahudi Maurice Cohen mengatakan bahwa penutupan Kedubes Israel telah menyebabkan penderitaan bagi orang Israel di Irlandia.
Dia mengatakan intervensi pemerintah Irlandia di ICJ berisiko "menyederhanakan konflik yang sangat kompleks dan tragis, mengisolasi Israel secara tidak adil, dan merusak integritas istilah 'genosida'."
Cohen mengatakan bahwa bagi orang Yahudi di Irlandia, "penutupan kedutaan tidak hanya merupakan pukulan simbolis tetapi juga kerugian praktis".
"Layanan konsuler yang disediakan oleh kedutaan sangat penting bagi mereka yang menjaga hubungan dengan keluarga, budaya, dan warisan di Israel," imbuh dia.
"Kehilangan sumber daya ini akan membuat banyak orang merasa tidak didukung dan dirugikan," paparnya.
"Penutupan kedutaan berisiko mengasingkan sebagian besar masyarakat Irlandia dan mengirimkan pesan bahwa dialog digantikan oleh pelepasan diri," imbuh dia.
(mas)