Upaya Sinifikasi China Berlanjut, Agama dan Identitas Tibet Terancam Hilang
loading...
A
A
A
Peminjaman gigi sebagai tanda persahabatan telah menjadi bentuk diplomasi lunak yang efektif oleh China, meski klaim yang saling bertentangan dari berbagai negara tentang kepemilikan gigi Buddha menimbulkan pertanyaan tentang asal usulnya.
Komunitas Tibet dan pendukung warisan budaya telah menuduh bahwa beberapa artefak yang dipamerkan sebagai "relik budaya" itu tidak asli dan telah direkonstruksi atau dikomersialkan, sehingga merusak warisan sejati Tibet.
Ada kekhawatiran internasional atas laporan tentang Panchen Lama ke-11 yang ditunjuk China, Gyaincain Norbu, yang berupaya mengunjungi Lumbini, Nepal, pada 16 Mei 2022 untuk bertepatan dengan perayaan Buddha Purnima di tempat kelahiran Buddha Gautama. Panchen Lama merujuk pada otoritas tertinggi kedua setelah Dalai Lama dalam agama Buddha Tibet.
Kunjungan Gyaincain Norbu dipandang oleh banyak orang sebagai upaya mendapatkan legitimasi dan pengakuan di antara para pengikut Buddha, terutama selama perayaan Buddha Purnima. Yang lebih penting, orang Tibet dan pendukung Dalai Lama tidak mengakui Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama yang sah.
Situasi tersebut menarik perhatian dari berbagai pengamat internasional dan telah dipandang sebagai langkah politik China untuk menegaskan pengaruhnya atas agama Buddha Tibet.
China menunjuk Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama ke-11 pada 1995 setelah kematian Panchen Lama ke-10. Langkah ini sangat kontroversial dan didorong motif politik.
Proses tradisional untuk mengidentifikasi Panchen Lama melibatkan Dalai Lama dan para pemimpin spiritual Tibet, tetapi China ingin menegaskan otoritas dan kendalinya atas proses seleksi tersebut.
Pemerintah China diduga telah menculik anak laki-laki yang diakui oleh Dalai Lama, Gedhun Choekyi Nyima, dan keluarganya, dan sejak itu dia tidak pernah terlihat lagi. Dengan menunjuk Gyaincain Norbu, China bertujuan untuk melegitimasi kekuasaannya atas Tibet dan melemahkan pengaruh Dalai Lama.
Sejak Istana Potala yang ikonik dan bangunan-bangunan penting lainnya diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 1994, 2000, dan 2001, yang disebut oleh UNESCO sebagai “Ansambel Bersejarah Istana Potala”, puluhan bangunan bersejarah telah dihancurkan di ibu kota kuno Tibet dan lanskap kota diubah oleh urbanisasi yang cepat dan pembangunan infrastruktur sesuai dengan tujuan strategis dan ekonomi China.
Komunitas Tibet dan pendukung warisan budaya telah menuduh bahwa beberapa artefak yang dipamerkan sebagai "relik budaya" itu tidak asli dan telah direkonstruksi atau dikomersialkan, sehingga merusak warisan sejati Tibet.
Panchen Lama
Ada kekhawatiran internasional atas laporan tentang Panchen Lama ke-11 yang ditunjuk China, Gyaincain Norbu, yang berupaya mengunjungi Lumbini, Nepal, pada 16 Mei 2022 untuk bertepatan dengan perayaan Buddha Purnima di tempat kelahiran Buddha Gautama. Panchen Lama merujuk pada otoritas tertinggi kedua setelah Dalai Lama dalam agama Buddha Tibet.
Kunjungan Gyaincain Norbu dipandang oleh banyak orang sebagai upaya mendapatkan legitimasi dan pengakuan di antara para pengikut Buddha, terutama selama perayaan Buddha Purnima. Yang lebih penting, orang Tibet dan pendukung Dalai Lama tidak mengakui Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama yang sah.
Situasi tersebut menarik perhatian dari berbagai pengamat internasional dan telah dipandang sebagai langkah politik China untuk menegaskan pengaruhnya atas agama Buddha Tibet.
China menunjuk Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama ke-11 pada 1995 setelah kematian Panchen Lama ke-10. Langkah ini sangat kontroversial dan didorong motif politik.
Proses tradisional untuk mengidentifikasi Panchen Lama melibatkan Dalai Lama dan para pemimpin spiritual Tibet, tetapi China ingin menegaskan otoritas dan kendalinya atas proses seleksi tersebut.
Pemerintah China diduga telah menculik anak laki-laki yang diakui oleh Dalai Lama, Gedhun Choekyi Nyima, dan keluarganya, dan sejak itu dia tidak pernah terlihat lagi. Dengan menunjuk Gyaincain Norbu, China bertujuan untuk melegitimasi kekuasaannya atas Tibet dan melemahkan pengaruh Dalai Lama.
Karya Seni Palsu
Sejak Istana Potala yang ikonik dan bangunan-bangunan penting lainnya diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 1994, 2000, dan 2001, yang disebut oleh UNESCO sebagai “Ansambel Bersejarah Istana Potala”, puluhan bangunan bersejarah telah dihancurkan di ibu kota kuno Tibet dan lanskap kota diubah oleh urbanisasi yang cepat dan pembangunan infrastruktur sesuai dengan tujuan strategis dan ekonomi China.