5 Negara BRICS yang Tidak Takut dengan Ancaman Donald Trump
loading...
A
A
A
BEIJING - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini mengancam akan memberlakukan tarif 100% pada negara-negara BRICS jika mereka mencoba menggantikan dolar AS dengan mata uang lain dalam perdagangan internasional.
Namun, beberapa negara BRICS tampaknya tidak gentar dengan ancaman ini. Berikut adalah penjelasan mengenai sikap beberapa negara BRICS terhadap ancaman tersebut:
China, sebagai salah satu anggota utama BRICS, telah lama berusaha mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Beijing telah memperkuat penggunaan yuan dalam perdagangan internasional dan telah menjalin kesepakatan dengan beberapa negara untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi bilateral.
Selain itu, China memiliki ekonomi yang kuat dan cadangan devisa yang besar, yang memberikan mereka kepercayaan diri dalam menghadapi ancaman tarif dari Trump.
Rusia juga tidak gentar dengan ancaman Trump. Rusia telah menghadapi sanksi ekonomi dari Barat sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014 dan telah berusaha mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan yang didominasi oleh AS.
Moskow telah meningkatkan penggunaan rubel dalam perdagangan internasional dan telah menjalin kerja sama dengan China untuk menggunakan yuan dan rubel dalam transaksi bilateral.
Presiden Vladimir Putin bahkan menyebut dolar sebagai "senjata" yang digunakan oleh Barat untuk menekan negara-negara lain.
India, meskipun memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan AS, juga telah menunjukkan minat untuk mengurangi ketergantungan pada dolar.
New Delhi telah menjalin kesepakatan dengan beberapa negara untuk menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral.
Namun, India juga berhati-hati dalam pendekatannya dan tidak secara eksplisit mendukung de-dolarisasi sebagai kebijakan resmi.
Meskipun demikian, ancaman tarif dari Trump dapat memaksa India untuk mempertimbangkan kembali posisinya.
Brasil, sebagai anggota BRICS lainnya, juga telah menunjukkan minat untuk mengurangi ketergantungan pada dolar.
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, telah mengusulkan penciptaan mata uang bersama di Amerika Selatan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dalam perdagangan internasional.
Meskipun ada perbedaan politik dan ekonomi di antara negara-negara BRICS, Brasil tetap berkomitmen mencari alternatif terhadap dominasi dolar.
Afrika Selatan, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan anggota BRICS lainnya, juga tidak gentar dengan ancaman Trump.
Pemerintah Afrika Selatan telah menegaskan BRICS tidak berencana menciptakan mata uang baru, tetapi lebih fokus pada perdagangan menggunakan mata uang nasional masing-masing.
Afrika Selatan juga menekankan pentingnya menjaga hubungan perdagangan yang kuat dengan AS, tetapi tidak akan tunduk pada ancaman tarif.
Secara keseluruhan, negara-negara BRICS menunjukkan sikap yang beragam terhadap ancaman tarif dari Donald Trump.
Meskipun ada perbedaan dalam pendekatan dan kebijakan masing-masing negara, mereka semua memiliki satu tujuan yang sama: mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.
Ancaman tarif dari Trump mungkin akan memicu diskusi lebih lanjut di antara negara-negara BRICS mengenai cara-cara untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan mencari alternatif terhadap dominasi dolar.
Namun, beberapa negara BRICS tampaknya tidak gentar dengan ancaman ini. Berikut adalah penjelasan mengenai sikap beberapa negara BRICS terhadap ancaman tersebut:
1. China
China, sebagai salah satu anggota utama BRICS, telah lama berusaha mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Beijing telah memperkuat penggunaan yuan dalam perdagangan internasional dan telah menjalin kesepakatan dengan beberapa negara untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi bilateral.
Selain itu, China memiliki ekonomi yang kuat dan cadangan devisa yang besar, yang memberikan mereka kepercayaan diri dalam menghadapi ancaman tarif dari Trump.
2. Rusia
Rusia juga tidak gentar dengan ancaman Trump. Rusia telah menghadapi sanksi ekonomi dari Barat sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014 dan telah berusaha mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan yang didominasi oleh AS.
Moskow telah meningkatkan penggunaan rubel dalam perdagangan internasional dan telah menjalin kerja sama dengan China untuk menggunakan yuan dan rubel dalam transaksi bilateral.
Presiden Vladimir Putin bahkan menyebut dolar sebagai "senjata" yang digunakan oleh Barat untuk menekan negara-negara lain.
3. India
India, meskipun memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan AS, juga telah menunjukkan minat untuk mengurangi ketergantungan pada dolar.
New Delhi telah menjalin kesepakatan dengan beberapa negara untuk menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral.
Namun, India juga berhati-hati dalam pendekatannya dan tidak secara eksplisit mendukung de-dolarisasi sebagai kebijakan resmi.
Meskipun demikian, ancaman tarif dari Trump dapat memaksa India untuk mempertimbangkan kembali posisinya.
4. Brasil
Brasil, sebagai anggota BRICS lainnya, juga telah menunjukkan minat untuk mengurangi ketergantungan pada dolar.
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, telah mengusulkan penciptaan mata uang bersama di Amerika Selatan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dalam perdagangan internasional.
Meskipun ada perbedaan politik dan ekonomi di antara negara-negara BRICS, Brasil tetap berkomitmen mencari alternatif terhadap dominasi dolar.
5. Afrika Selatan
Afrika Selatan, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan anggota BRICS lainnya, juga tidak gentar dengan ancaman Trump.
Pemerintah Afrika Selatan telah menegaskan BRICS tidak berencana menciptakan mata uang baru, tetapi lebih fokus pada perdagangan menggunakan mata uang nasional masing-masing.
Afrika Selatan juga menekankan pentingnya menjaga hubungan perdagangan yang kuat dengan AS, tetapi tidak akan tunduk pada ancaman tarif.
Secara keseluruhan, negara-negara BRICS menunjukkan sikap yang beragam terhadap ancaman tarif dari Donald Trump.
Meskipun ada perbedaan dalam pendekatan dan kebijakan masing-masing negara, mereka semua memiliki satu tujuan yang sama: mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.
Ancaman tarif dari Trump mungkin akan memicu diskusi lebih lanjut di antara negara-negara BRICS mengenai cara-cara untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan mencari alternatif terhadap dominasi dolar.
Baca Juga
(sya)