Benarkah Al Qaeda Didanai Israel? Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Mendengar nama Al Qaeda, orang telah mengenalinya sebagai kelompok teror yang dulu sering muncul dalam pemberitaan global.
Salah satu aksi paling menggemparkan dari kelompok pimpinan Osama bin Laden ini adalah serangannya pada 11 September 2001 silam di Amerika Serikat (AS).
Meski kelompok utamanya sudah dianggap lenyap dan terpecah menjadi kubu-kubu kecil, masih banyak pertanyaan seputar mengenai Al Qaeda. Di antaranya adalah sosok di balik pendanaan kelompok tersebut dalam beragam operasinya selama ini.
Melihat sekian teori yang bermunculan, salah satunya menyebut potensi Israel yang menjadi salah satu penyedia dananya. Lantas, apakah hal ini mungkin terjadi?
Dugaan keterlibatan Israel di balik Al Qaeda didasarkan pada beberapa hal. Di antaranya mengacu pada penyataan eks Kepala Mossad Efraim Halevy pada 2016 lalu.
Mengutip Middle East Monitor, Efraim Halevy dalam wawancara bersama jurnalis Al Jazeera mengonfirmasi banyak hal terkait hubungan Israel dan Al Qaeda.
Pertama-tama, ia mengungkap Tel Aviv memang sempat menjalin aliansi taktis dengan Al Qaeda di Suriah.
Selama beberapa tahun perang Suriah, Israel telah bekerja sama dengan kelompok pemberontak yang dipimpin Al Qaeda di dekat Dataran Tinggi Golan.
Bantuan tersebut terutama berupa perawatan bagi pejuang Al Qaeda yang terluka dan kemudian membebaskan mereka kembali ke Suriah untuk melanjutkan pertempuran.
Halevy kemudian mengaitkan fakta Al Qaeda sebelumnya memang belum pernah menyerang Israel.
Maka dari itu, Tel Aviv berani mengambil risiko dengan membantu gerilyawan di Suriah tanpa khawatir tentang kemungkinan serangan dari Al Qaeda sewaktu-waktu.
Meski begitu, Halevy mengklaim ada faktor lain seperti motivasi kemanusiaan di balik perawatan Israel terhadap para pemberontak yang terluka di rumah sakit.
Pada akhirnya, ia terpaksa mengakui terdapat beberapa pertimbangan taktis juga yang dilakukan waktu itu.
Meski seharusnya perawatan medis bagi tawanan perang adalah hak dasar, Halevy memperjelas Israel melangkah lebih jauh. Ia membandingkan jika tawanan di sana adalah pejuang Hizbullah, mereka tidak akan rela membebaskannya.
Perbedaannya jelas. Memerangi Hizbullah adalah prioritas utama Israel mengingat ancaman yang mereka berikan.
Sementara Al Qaeda berbeda karena seperti yang dijelaskan, kelompok ekstremis itu tidak pernah berperang melawan Israel dengan cara apa pun.
Saat dicecar mengenai tanggapan Amerika Serikat, Halevy menyebut tidak terlalu khawatir. Meski mereka bersikap terus terang tentang aliansi Israel dengan Al Qaeda, Amerika Serikat sebenarnya juga melakukannya.
Terlepas dari insiden di masa lalu, AS selama periode 2016 ke belakang telah bergerak menuju dukungan terbuka untuk Al Qaeda di Suriah.
Mantan Kepala CIA, David Petraeus, berpendapat afiliasi resmi Al-Qaeda di Suriah dapat digunakan untuk memajukan tujuan perang AS di negara tersebut, yakni memerangi ISIS.
Berselang beberapa tahun berlalu, Suriah kembali memanas setelah kemunculan kelompok pecahan afiliasi Al Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menyerang Aleppo pada awal Desember 2024 ini. Lagi, Israel disebut-sebut berperan dalam aksi itu.
Meski belum ada konfirmasi, beberapa pihak menganggap Israel bertujuan memakai HTS untuk melemahkan posisi Suriah.
Dengan itu, mereka nantinya bisa mengambil keuntungan untuk menumpas pejuang Hizbullah yang berada di negara tersebut.
Selain hal-hal di atas, tidak ada kejelasan mengenai Israel yang diduga ikut mendanai Al Qaeda. Mereka mungkin pernah bekerja sama, tetapi tidak diketahui lebih jauh mengenai hubungan keduanya secara rinci, termasuk dugaan pendanaan.
Salah satu aksi paling menggemparkan dari kelompok pimpinan Osama bin Laden ini adalah serangannya pada 11 September 2001 silam di Amerika Serikat (AS).
Meski kelompok utamanya sudah dianggap lenyap dan terpecah menjadi kubu-kubu kecil, masih banyak pertanyaan seputar mengenai Al Qaeda. Di antaranya adalah sosok di balik pendanaan kelompok tersebut dalam beragam operasinya selama ini.
Melihat sekian teori yang bermunculan, salah satunya menyebut potensi Israel yang menjadi salah satu penyedia dananya. Lantas, apakah hal ini mungkin terjadi?
Benarkah Al Qaeda Didanai Israel?
Dugaan keterlibatan Israel di balik Al Qaeda didasarkan pada beberapa hal. Di antaranya mengacu pada penyataan eks Kepala Mossad Efraim Halevy pada 2016 lalu.
Mengutip Middle East Monitor, Efraim Halevy dalam wawancara bersama jurnalis Al Jazeera mengonfirmasi banyak hal terkait hubungan Israel dan Al Qaeda.
Pertama-tama, ia mengungkap Tel Aviv memang sempat menjalin aliansi taktis dengan Al Qaeda di Suriah.
Selama beberapa tahun perang Suriah, Israel telah bekerja sama dengan kelompok pemberontak yang dipimpin Al Qaeda di dekat Dataran Tinggi Golan.
Bantuan tersebut terutama berupa perawatan bagi pejuang Al Qaeda yang terluka dan kemudian membebaskan mereka kembali ke Suriah untuk melanjutkan pertempuran.
Halevy kemudian mengaitkan fakta Al Qaeda sebelumnya memang belum pernah menyerang Israel.
Maka dari itu, Tel Aviv berani mengambil risiko dengan membantu gerilyawan di Suriah tanpa khawatir tentang kemungkinan serangan dari Al Qaeda sewaktu-waktu.
Meski begitu, Halevy mengklaim ada faktor lain seperti motivasi kemanusiaan di balik perawatan Israel terhadap para pemberontak yang terluka di rumah sakit.
Pada akhirnya, ia terpaksa mengakui terdapat beberapa pertimbangan taktis juga yang dilakukan waktu itu.
Meski seharusnya perawatan medis bagi tawanan perang adalah hak dasar, Halevy memperjelas Israel melangkah lebih jauh. Ia membandingkan jika tawanan di sana adalah pejuang Hizbullah, mereka tidak akan rela membebaskannya.
Perbedaannya jelas. Memerangi Hizbullah adalah prioritas utama Israel mengingat ancaman yang mereka berikan.
Sementara Al Qaeda berbeda karena seperti yang dijelaskan, kelompok ekstremis itu tidak pernah berperang melawan Israel dengan cara apa pun.
Saat dicecar mengenai tanggapan Amerika Serikat, Halevy menyebut tidak terlalu khawatir. Meski mereka bersikap terus terang tentang aliansi Israel dengan Al Qaeda, Amerika Serikat sebenarnya juga melakukannya.
Terlepas dari insiden di masa lalu, AS selama periode 2016 ke belakang telah bergerak menuju dukungan terbuka untuk Al Qaeda di Suriah.
Mantan Kepala CIA, David Petraeus, berpendapat afiliasi resmi Al-Qaeda di Suriah dapat digunakan untuk memajukan tujuan perang AS di negara tersebut, yakni memerangi ISIS.
Berselang beberapa tahun berlalu, Suriah kembali memanas setelah kemunculan kelompok pecahan afiliasi Al Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menyerang Aleppo pada awal Desember 2024 ini. Lagi, Israel disebut-sebut berperan dalam aksi itu.
Meski belum ada konfirmasi, beberapa pihak menganggap Israel bertujuan memakai HTS untuk melemahkan posisi Suriah.
Dengan itu, mereka nantinya bisa mengambil keuntungan untuk menumpas pejuang Hizbullah yang berada di negara tersebut.
Selain hal-hal di atas, tidak ada kejelasan mengenai Israel yang diduga ikut mendanai Al Qaeda. Mereka mungkin pernah bekerja sama, tetapi tidak diketahui lebih jauh mengenai hubungan keduanya secara rinci, termasuk dugaan pendanaan.
(sya)