Turki: Serangan Pemberontak Guncang Suriah, Jangan Menuduh Campur Tangan Asing

Selasa, 03 Desember 2024 - 08:59 WIB
loading...
Turki: Serangan Pemberontak...
Turki menolak anggapan campur tangan asing di balik serangan pemberontak yang mengguncang wilayah utara Suriah. Foto/Screengrab video Sky News
A A A
ANKARA - Turki, yang mendukung faksi-faksi oposisi atau pemberontak di Suriah, menolak anggapan bahwa campur tangan asing berada di balik serangan kelompok pemberontak yang mengguncang wilayah utara negara tersebut.

"Akan menjadi kesalahan saat ini untuk mencoba menjelaskan peristiwa-peristiwa di Suriah dengan campur tangan asing," kata Menteri Luar Negeri Hakan Fidan dalam konferensi pers bersama di Ankara dengan koleganya dari Iran; Abbas Araghchi.

Menurutnya, perang baru-baru ini yang menyebabkan rezim Damaskus kehilangan sebagian besar wilayah di Suriah barat laut, termasuk Aleppo—selama serangan kilat oleh kelompok pemberontak—, disebabkan oleh kegagalan pemerintah Suriah untuk terlibat dalam dialog dengan kelompok-kelompok oposisi.



"Kurangnya pembicaraan antara rezim dan oposisi telah membawa masalah ke titik ini," katanya.

"Kesalahan karena mengabaikan tuntutan sah dari oposisi," ujar Fidan.

"Damaskus harus berdamai dengan rakyatnya sendiri dan oposisi yang sah," imbuh dia, seperti dikutip dari Al Arabiya English, Selasa (3/12/2024)

"Turki tidak menginginkan eskalasi perang saudara," kata Fidan, yang memberi tahu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melalui panggilan telepon hari Minggu bahwa Ankara akan mendukung langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan di Suriah.

Lindungi Proses Perdamaian Astana


Araghchi mengatakan sangat penting untuk melindungi pencapaian "proses Astana" guna mengakhiri perang saudara Suriah, yang melibatkan Ankara, Moskow, dan Teheran, dan berjanji untuk mengadakan pembicaraan tingkat menteri baru di ibu kota Kazakhstan segera.

Pertemuan terakhir semacam itu berlangsung pada pertengahan November.

"Suriah tidak boleh menjadi pusat kelompok teroris," kata Araghchi mengacu pada faksi oposisi yang melancarkan serangan pekan lalu.

Fidan juga mengatakan, "penting bagi organisasi teror untuk tidak memanfaatkan ketidakstabilan" meskipun dia merujuk pada milisi yang dipimpin Kurdi yang dianggap Ankara sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang.

PKK telah memimpin pemberontakan selama puluhan tahun terhadap Turki.

Pasukan Turki dan faksi oposisi yang didukung Turki menguasai sebagian besar wilayah utara Suriah, dan Ankara khawatir bahwa pecahnya pertempuran baru-baru ini dapat meningkatkan arus orang yang melarikan diri melintasi perbatasan.

“Kami tidak ingin warga sipil terbunuh atau kota-kota dibombardir atau orang-orang mengungsi. Kami ingin orang-orang yang mengungsi ini dapat kembali. Arus pengungsi harus dibalikkan,” katanya.

Turki telah menampung sekitar 3,2 juta pengungsi Suriah, menurut data PBB.

Presiden Suriah Bashar al-Assad pada hari Senin mencap serangan oposisi sebagai upaya untuk menggambar ulang peta wilayah tersebut agar sejalan dengan kepentingan AS. Itu disampaikan dalam panggilan telepon dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

Baik Iran maupun Rusia, yang telah mendukung Assad sejak perang saudara Suriah pecah pada tahun 2011, telah mengatakan bahwa mereka akan membantu Damaskus melawan setelah kehilangan Aleppo, di mana Teheran mengonfirmasi bahwa mereka akan mempertahankan penasihat militernya di Suriah.

Iran telah mengirim ribuan milisi ke Suriah sejak konflik tersebut pecah.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1131 seconds (0.1#10.140)