Untuk Ke-5 Kalinya, AS Veto Resolusi DK PBB soal Gencatan Senjata Gaza
loading...
A
A
A
"Sangat disesalkan bahwa karena penggunaan hak veto, Dewan ini sekali lagi gagal menegakkan tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional," kata Duta Besar Malta untuk PBB Vanessa Frazier setelah pemungutan suara gagal, seraya menambahkan bahwa teks resolusi "sama sekali bukan resolusi maksimalis".
"Itu merupakan hal minimum yang diperlukan untuk mulai mengatasi situasi putus asa di lapangan," katanya.
Pakar keamanan pangan telah memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di antara 2,3 juta penduduk Gaza.
Presiden AS Joe Biden, yang akan mengakhiri jabatannya pada 20 Januari, telah menawarkan dukungan diplomatik yang kuat kepada Israel dan terus menyediakan senjata untuk perang, sambil mencoba, namun tidak berhasil, untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang akan membebaskan para sandera dengan imbalan warga Palestina yang ditahan oleh Israel.
Setelah memblokir resolusi sebelumnya tentang Gaza, Washington pada bulan Maret abstain dari pemungutan suara yang memungkinkan resolusi untuk disahkan yang menuntut gencatan senjata segera.
Seorang pejabat senior AS, yang memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim menjelang pemungutan suara hari Rabu, mengatakan Inggris telah mengajukan bahasa baru yang akan didukung AS sebagai kompromi, tetapi ditolak oleh anggota terpilih.
Pejabat itu mengatakan beberapa anggota lebih tertarik untuk mendapatkan veto AS daripada berkompromi pada resolusi tersebut, menuduh musuh AS; Rusia dan China, mendorong para anggota tersebut.
Duta Besar Prancis Nicolas de Riviere mengatakan resolusi yang ditolak AS "dengan sangat tegas" mengharuskan pembebasan sandera.
"Prancis masih memiliki dua sandera di Gaza, dan kami sangat menyesalkan bahwa Dewan Keamanan tidak dapat merumuskan tuntutan ini," katanya.
Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, mengatakan setiap kali Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk melindungi Israel, jumlah orang yang tewas di Gaza terus meningkat.
"Itu merupakan hal minimum yang diperlukan untuk mulai mengatasi situasi putus asa di lapangan," katanya.
Pakar keamanan pangan telah memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di antara 2,3 juta penduduk Gaza.
Presiden AS Joe Biden, yang akan mengakhiri jabatannya pada 20 Januari, telah menawarkan dukungan diplomatik yang kuat kepada Israel dan terus menyediakan senjata untuk perang, sambil mencoba, namun tidak berhasil, untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang akan membebaskan para sandera dengan imbalan warga Palestina yang ditahan oleh Israel.
Setelah memblokir resolusi sebelumnya tentang Gaza, Washington pada bulan Maret abstain dari pemungutan suara yang memungkinkan resolusi untuk disahkan yang menuntut gencatan senjata segera.
Seorang pejabat senior AS, yang memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim menjelang pemungutan suara hari Rabu, mengatakan Inggris telah mengajukan bahasa baru yang akan didukung AS sebagai kompromi, tetapi ditolak oleh anggota terpilih.
Pejabat itu mengatakan beberapa anggota lebih tertarik untuk mendapatkan veto AS daripada berkompromi pada resolusi tersebut, menuduh musuh AS; Rusia dan China, mendorong para anggota tersebut.
Duta Besar Prancis Nicolas de Riviere mengatakan resolusi yang ditolak AS "dengan sangat tegas" mengharuskan pembebasan sandera.
"Prancis masih memiliki dua sandera di Gaza, dan kami sangat menyesalkan bahwa Dewan Keamanan tidak dapat merumuskan tuntutan ini," katanya.
Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, mengatakan setiap kali Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk melindungi Israel, jumlah orang yang tewas di Gaza terus meningkat.