Mempertanyakan Legasi Shinzo Abe
loading...
A
A
A
Para pendukung Abe mengatakan pergantian PM saat ini tidak diperlukan, kecuali sudah darurat. Menurut mereka, program yang dirumuskan Abe perlu dilanjutkan agar tidak terjadi kekacauan dan kebingungan di tengah masyarakat yang sedang menghadapi krisis ekonomi dan kesehatan. Kepemimpinan Abe diperlukan dalam situasi saat ini. (Baca juga: Begini Cara Mencegah Kanker Usus)
Jepang telah merawat sebanyak 63.822 pasien Covid-19 dengan korban tewas mencapai 1.209 orang. Angka itu masih relatif rendah di negara-negara maju lainnya. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Jepang terhambat, bahkan menurun sebesar 27,8% pada kuartal kedua (Q2). Penurunan sebesar itu tidak pernah terjadi sejak 1945.
Siapa Pengganti Abe?
Dalam skenario Abe resmi mengundurkan diri, Jepang sudah menyiapkan sejumlah kandidat pengganti. Satu di antaranya anggota termuda kabinet yang sangat dipercaya Abe, Toshimitsu Motegi. Motegi saat ini menjabat sebagai menteri luar negeri (menlu) Jepang dan menjadi kepala negosiasi kesepakatan perdagangan bebas antara Jepang dan Amerika Serikat (AS).
Selain Motegi, kandidat lain yang berpotensi menggantikan Abe ialah Menteri Kesehatan (Menkes) Jepang Katsunobu Kato, Menteri Lingkungan Shinjiro Koizumi, Menteri Pertahanan Taro Kono, dan mantan Menlu serta mantan Kepala Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jepang Yohei Kono. Tokoh-tokoh seperti mantan Menteri Ekonomi Perdagangan dan Industri Yuko Obuchi, anak mantan PM Keizo Obuchi, juga berpotensi dicalonkan.
Dua politisi senior Jepang, yakni Yoshihide Suga dan Shigeru Ishiba, juga banyak diperbincangkan publik sebagai figur yang sepadan menggantikan Abe. Suga saat ini menjabat sebagai kepala Kabinet Jepang, sedangkan Ishiba merupakan mantan sekretaris jenderal (sekjen) LDP dan lawan politik terkuat Abe selama pemilihan presiden (pilpres) sebelumnya. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tak Dikenal)
Dari sederetan nama itu, Motegi merupakan kandidat yang paling banyak diperbincangkan di media massa lokal. Satu di antara keunggulannya ialah Motegi tidak hanya sukses mempersatukan berbagai faksi yang dapat menyelamatkan Jepang di tengah pandemi, tapi juga mendapatkan dukungan dari tokoh terkemuka Jepang, Wakil PM dan Menteri Keuangan Taro Aso. (Muh Shamil)
Jepang telah merawat sebanyak 63.822 pasien Covid-19 dengan korban tewas mencapai 1.209 orang. Angka itu masih relatif rendah di negara-negara maju lainnya. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Jepang terhambat, bahkan menurun sebesar 27,8% pada kuartal kedua (Q2). Penurunan sebesar itu tidak pernah terjadi sejak 1945.
Siapa Pengganti Abe?
Dalam skenario Abe resmi mengundurkan diri, Jepang sudah menyiapkan sejumlah kandidat pengganti. Satu di antaranya anggota termuda kabinet yang sangat dipercaya Abe, Toshimitsu Motegi. Motegi saat ini menjabat sebagai menteri luar negeri (menlu) Jepang dan menjadi kepala negosiasi kesepakatan perdagangan bebas antara Jepang dan Amerika Serikat (AS).
Selain Motegi, kandidat lain yang berpotensi menggantikan Abe ialah Menteri Kesehatan (Menkes) Jepang Katsunobu Kato, Menteri Lingkungan Shinjiro Koizumi, Menteri Pertahanan Taro Kono, dan mantan Menlu serta mantan Kepala Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jepang Yohei Kono. Tokoh-tokoh seperti mantan Menteri Ekonomi Perdagangan dan Industri Yuko Obuchi, anak mantan PM Keizo Obuchi, juga berpotensi dicalonkan.
Dua politisi senior Jepang, yakni Yoshihide Suga dan Shigeru Ishiba, juga banyak diperbincangkan publik sebagai figur yang sepadan menggantikan Abe. Suga saat ini menjabat sebagai kepala Kabinet Jepang, sedangkan Ishiba merupakan mantan sekretaris jenderal (sekjen) LDP dan lawan politik terkuat Abe selama pemilihan presiden (pilpres) sebelumnya. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tak Dikenal)
Dari sederetan nama itu, Motegi merupakan kandidat yang paling banyak diperbincangkan di media massa lokal. Satu di antara keunggulannya ialah Motegi tidak hanya sukses mempersatukan berbagai faksi yang dapat menyelamatkan Jepang di tengah pandemi, tapi juga mendapatkan dukungan dari tokoh terkemuka Jepang, Wakil PM dan Menteri Keuangan Taro Aso. (Muh Shamil)
(ysw)