Melacak Jaringan Global Produk Palsu China
loading...
A
A
A
BEIJING - Dalam sebuah insiden aneh bulan lalu, seorang pengunjung Kebun Binatang Shanwei di provinsi Guangdong, China, membagikan sebuah video di TikTok yang menampilkan dua hewan yang terlihat seperti panda.
Namun, setelah dilihat lebih dekat, kedua hewan itu bukanlah panda, melainkan chow chow—salah satu spesies anjing yang disukai di China utara.
Awalnya, petugas kebun binatang mencoba memperkenalkan chow chow sebagai jenis baru yang dijuluki “anjing panda”. Ketika skeptisisme muncul di antara para pengunjung, pihak berwenang terpaksa mengakui bahwa tidak ada panda sungguhan yang tinggal di kebun binatang tersebut.
Dipandang sebagai tindakan yang kurang etis, Kebun Binatang Shanwei mengecat anjing-anjing tersebut dengan warna hitam dan putih agar menyerupai panda untuk diperlihatkan di depan umum.
Insiden ini bukanlah insiden terisolasi; kasus serupa terjadi Mei lalu, di Kebun Binatang Taizhou di Provinsi Jiangsu, meski tidak begitu menarik perhatian kala itu. Namun, episode terbaru di Shanwei telah menarik perhatian global.
Keanehan di Kebun Binatang Shanwei merupakan gambaran dari sebuah masalah mengkhawatirkan dari negara tersebut, yakni pemalsuan.
Selama ini, China melabeli dirinya sebagai kekuatan dominan di sektor manufaktur global, yang terkenal karena kemampuannya memproduksi barang dengan harga kompetitif. Namun, China juga terkenal karena perannya dalam pembuatan dan pendistribusian produk palsu.
Masalah yang meluas ini terkait erat dengan ekonomi global dan membawa konsekuensi signifikan bagi konsumen, bisnis, dan pemerintah.
Mengutip dari Mekong News, Rabu (6/11/2024), skala industri pemalsuan China sangat mengejutkan—dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa negara tersebut bertanggung jawab atas lebih dari 80 persen barang palsu di dunia.
Namun, setelah dilihat lebih dekat, kedua hewan itu bukanlah panda, melainkan chow chow—salah satu spesies anjing yang disukai di China utara.
Awalnya, petugas kebun binatang mencoba memperkenalkan chow chow sebagai jenis baru yang dijuluki “anjing panda”. Ketika skeptisisme muncul di antara para pengunjung, pihak berwenang terpaksa mengakui bahwa tidak ada panda sungguhan yang tinggal di kebun binatang tersebut.
Dipandang sebagai tindakan yang kurang etis, Kebun Binatang Shanwei mengecat anjing-anjing tersebut dengan warna hitam dan putih agar menyerupai panda untuk diperlihatkan di depan umum.
Insiden ini bukanlah insiden terisolasi; kasus serupa terjadi Mei lalu, di Kebun Binatang Taizhou di Provinsi Jiangsu, meski tidak begitu menarik perhatian kala itu. Namun, episode terbaru di Shanwei telah menarik perhatian global.
Keanehan di Kebun Binatang Shanwei merupakan gambaran dari sebuah masalah mengkhawatirkan dari negara tersebut, yakni pemalsuan.
Selama ini, China melabeli dirinya sebagai kekuatan dominan di sektor manufaktur global, yang terkenal karena kemampuannya memproduksi barang dengan harga kompetitif. Namun, China juga terkenal karena perannya dalam pembuatan dan pendistribusian produk palsu.
Masalah yang meluas ini terkait erat dengan ekonomi global dan membawa konsekuensi signifikan bagi konsumen, bisnis, dan pemerintah.
Mengutip dari Mekong News, Rabu (6/11/2024), skala industri pemalsuan China sangat mengejutkan—dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa negara tersebut bertanggung jawab atas lebih dari 80 persen barang palsu di dunia.