Hari Ini, Amerika Memilih Presiden Baru: Kamala Harris atau Donald Trump

Selasa, 05 November 2024 - 07:38 WIB
loading...
A A A
Dunia internasional dengan cemas menanti hasil pilpres AS yang akan berdampak besar pada konflik di Timur Tengah dan perang Rusia di Ukraina, serta penanganan perubahan iklim, yang oleh Trump disebut sebagai tipuan.

Demokrasi AS juga dapat diuji karena Trump diperkirakan akan menolak hasil pilpres jika dia kalah, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kekacauan politik, kerusuhan sipil, dan kekerasan.

"Donald Trump dan tim kampanyenya sudah mengisyaratkan bahwa mereka mungkin akan mengumumkan kemenangan sebelum waktunya. Kami sepenuhnya berekspektasi dia akan melakukannya," kata juru bicara Harris, Ian Sams, seperti dikutip AFP.

"Itu pertanda kelemahan dan kekhawatiran bahwa dia mungkin kalah, untuk menimbulkan keraguan pada pejabat pemilu yang nonpartisan."

Setelah banyak perubahan dramatis, termasuk dua upaya untuk mengalahkan Trump dan kedatangan Harris yang mengejutkan di menit-menit terakhir, persaingan akan beralih ke Pennsylvania, negara bagian medan pertempuran yang paling banyak diperebutkan.

Trump dan Harris akan mengadakan kampanye yang saling bertentangan di kota industri Pittsburgh, yang menyoroti bagaimana Pennsylvania merupakan negara bagian yang paling banyak menjadi penentu dalam sistem Electoral College AS, yang memberikan pengaruh sesuai dengan jumlah penduduk.

Harris akan menghabiskan sepanjang hari berkampanye di negara bagian tersebut, yang berpuncak pada rapat umum di Philadelphia yang menampilkan penyanyi Lady Gaga. Trump akan melakukan perjalanan dari North Carolina ke Pennsylvania dan kemudian Michigan.

Kedua belah pihak mengatakan mereka terdorong oleh partisipasi awal, dengan lebih dari 78 juta orang telah memberikan suara, sekitar setengah dari jumlah total surat suara yang diberikan pada tahun 2020.

Ketatnya persaingan untuk Gedung Putih tahun 2024 mencerminkan Amerika Serikat yang terpecah, karena negara itu memilih antara dua kandidat yang visinya sangat berbeda.

Trump, yang juga merupakan mantan presiden AS, telah menggandakan retorikanya yang gelap dan keras dalam upayanya untuk masa jabatan kedua yang akan menjadikannya penjahat pertama yang dihukum dan kandidat partai besar tertua yang pernah terpilih.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0940 seconds (0.1#10.140)