Duterte Melarang Dua Senator AS Berkunjung ke Filipina

Jum'at, 27 Desember 2019 - 16:07 WIB
Duterte Melarang Dua...
Duterte Melarang Dua Senator AS Berkunjung ke Filipina
A A A
MANILA - Presiden Rodrigo Duterte melarang dua senator Amerika Serikat (AS) berkunjung ke Filipina. Manila juga akan memperkenalkan pembatasan masuk yang lebih ketat bagi warga Amerika jika Washington memberlakukan sanksi atas penahanan terhadap seorang pengkritik pemerintah.

Larangan kunjungan dua anggota parlemen Amerika itu disampaikan juru bicara Presiden Duterte, Salvador Panelo dalam konferensi pers reguler, Jumat (27/12/2019).

Panelo mengatakan Presiden Duterte akan memberlakukan persyaratan pada warga negara AS untuk mendapatkan visa seandainya pejabat Filipina yang terlibat dalam penahanan Senator Leila de Lima ditolak masuk ke Amerika Serikat (AS). Dua senator Amerika yang dilarang masuk ke Filipina adalah Richard Durbin dan Patrick Leahy.

Langkah Duterte diambil setelah Kongres AS menyetujui anggaran tahun 2020 yang berisi ketentuan yang diperkenalkan oleh para senator terhadap siapa pun yang terlibat dalam penahanan de Lima. Senator Filipina Leila de Lima ditahan dan didakwa atas pelanggaran narkoba pada awal 2017 setelah dia memimpin penyelidikan pembunuhan massal selama perang anti-narkoba yang dikobarkan Duterte.

"Kami tidak akan duduk diam jika mereka terus mengganggu proses kami sebagai negara berdaulat," kata Panelo, seperti dikutip Reuters.

Kedutaan Besar AS di Manila belum bersedia menanggapi permintaan komentar yang diajukan wartawan.

Panelo mengatakan pembatasan perjalanan ke AS bagi pejabat Filipina atas penahanan de Lima adalah omong kosong karena dia tidak dipenjara secara salah, melainkan ditahan sambil menunggu persidangan atas kejahatan.

"Kasus Senator de Lima bukan tentang penganiayaan tetapi penuntutan," katanya.

Duterte tidak merahasiakan penghinaannya terhadap Amerika Serikat dan apa yang dia anggap kemunafikan dan campur tangan Washington. Kendati demikian, dia mengakui bahwa kebanyakan orang Filipina dan militernya sangat menghormati mantan penguasa kolonial negara mereka.

Amerika Serikat adalah sekutu pertahanan terbesar Filipina. Jutaan orang Filipina memiliki kerabat yang merupakan warga negara AS.

De Lima, seorang mantan menteri kehakiman, pada hari Rabu lalu menyatakan apa yang dia sebut sebagai ucapan terima kasih yang luar biasa kepada Kongres AS atas bantuannya.

Dia telah memenangkan banyak penghargaan dari kelompok hak asasi manusia, yang menganggapnya sebagai tahanan hati nurani.

Dia terus-menerus berbicara menentang Duterte dan menyerukan penyelidikan internasional terhadap perang anti-narkoba, di mana ribuan orang telah terbunuh di Filipina.

Polisi mengatakan mereka yang tewas adalah pengedar narkoba yang menentang penangkapan, namun para aktivis percaya banyak dari korban adalah pembunuhan di luar hukum.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1314 seconds (0.1#10.140)