4 Tudingan Putra Lee Kuan Yew Sebut Singapura Bukan Surga, dari Pemerintahan Represif hingga Pencucian Uang Kotor
loading...
A
A
A
Pandangan itu dianut oleh putra bungsu pendiri negara tersebut. Setelah belajar di Cambridge, Lee Hsien Yang bertugas di militer, pensiun sebagai brigadir, kemudian mengambil posisi kepemimpinan di beberapa perusahaan swasta terbesar di Singapura.
Meninggalnya sang patriark pada tahun 2015 memicu keretakan keluarga mengenai apa yang harus dilakukan dengan rumahnya. Lee Kuan Yew, yang tidak menyukai monumen untuk para pemimpin yang telah meninggal, telah lama mengatakan bahwa ia ingin tempat itu dihancurkan begitu putrinya tidak lagi tinggal di sana. Putrinya menerima hal ini, begitu pula Lee Hsien Yang.
Namun Lee Hsien Loong, yang saat itu menjadi perdana menteri, mengklaim bahwa ayah mereka telah terbuka terhadap keputusan pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dengan rumah itu. Ia mengatakan bahwa ia telah menarik diri dari urusan yang berkaitan dengan rumah itu.
“Jelas bahwa generasi [para pemimpin] saat ini akan berusaha keras untuk menciptakan keterikatan dengan Lee Kuan Yew,” kata Sudhir Vadaketh, editor Jom, sebuah majalah mingguan tentang Singapura. “Lee Kuan Yew adalah angsa emas legitimasi.”
4. Citra Singapura Adalah Kebohongan
Berbicara kepada Guardian di Inggris, tempat ia sekarang resmi menjadi pengungsi, ia berkata: "Yang menyedihkan adalah Singapura menampilkan fasad yang sangat mengilap dan mengatakan bahwa kami sangat baik dalam hal supremasi hukum, kami telah mengembangkan masyarakat. Namun pada intinya kami mempertahankan tindakan represif ini. Dan banyak di antaranya memang berasal dari masa ayah saya menjadi perdana menteri dan sejak tempat itu menjadi koloni Inggris.”Meninggalnya sang patriark pada tahun 2015 memicu keretakan keluarga mengenai apa yang harus dilakukan dengan rumahnya. Lee Kuan Yew, yang tidak menyukai monumen untuk para pemimpin yang telah meninggal, telah lama mengatakan bahwa ia ingin tempat itu dihancurkan begitu putrinya tidak lagi tinggal di sana. Putrinya menerima hal ini, begitu pula Lee Hsien Yang.
Namun Lee Hsien Loong, yang saat itu menjadi perdana menteri, mengklaim bahwa ayah mereka telah terbuka terhadap keputusan pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dengan rumah itu. Ia mengatakan bahwa ia telah menarik diri dari urusan yang berkaitan dengan rumah itu.
“Jelas bahwa generasi [para pemimpin] saat ini akan berusaha keras untuk menciptakan keterikatan dengan Lee Kuan Yew,” kata Sudhir Vadaketh, editor Jom, sebuah majalah mingguan tentang Singapura. “Lee Kuan Yew adalah angsa emas legitimasi.”
(ahm)