Mengejutkan, Israel Sukses Habisi Nasrallah karena Bantuan Mata-mata Iran
loading...
A
A
A
Pada tahun 2020, Qassem Suleimani, yang memimpin Pasukan Quds Iran, terbang ke Damaskus Suriah dan berkendara dalam konvoi ke Beirut untuk bertemu Nasrallah. Israel tidak mencoba membunuh Nasrallah saat itu karena takut memulai perang.
Israel meneruskan informasi tersebut ke AS dan Suleimani tewas dalam serangan pesawat nirawak di bandara Baghdad.
Serangan Hamas pada 7 Oktober di kota-kota Israel memicu konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Ketika serangan balik Israel memicu perang di Gaza, Hizbullah mulai menargetkan Israel.
Selama beberapa bulan terakhir, Tel Aviv habis-habisan melawan Hizbullah.
Serangan pada 30 Juli menewaskan Fuad Shukr, salah satu komandan militer tertinggi kelompok itu.
Sekitar tiga minggu kemudian, serangan menewaskan Ibrahim Aqil, kepala Pasukan Radwan—unit elite Hizbullah, dan 15 komandan lainnya.
Beberapa hari kemudian, serangan lain menewaskan Ibrahim Mohammed Kobeissi, yang memimpin beberapa unit Hizbullah, termasuk unit rudal berpemandu. Keesokan harinya, Mohammed Srur, kepala unit pesawat nirawak Hizbullah, tewas dalam serangan itu.
Chip Usher, mantan analis CIA yang pernah bekerja dengan intelijen Israel, mengatakan kepada New York Times: "Rahasia kesuksesan mereka bergantung pada beberapa faktor. Mereka memiliki target yang cukup jelas. Itu memudahkan mereka untuk memberikan fokus yang luar biasa pada apa yang mereka lakukan. Mereka berada dalam bayang-bayang perang dengan Hizbullah dan Iran. Dan mereka sangat sabar."
Israel meneruskan informasi tersebut ke AS dan Suleimani tewas dalam serangan pesawat nirawak di bandara Baghdad.
Serangan Hamas pada 7 Oktober di kota-kota Israel memicu konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Ketika serangan balik Israel memicu perang di Gaza, Hizbullah mulai menargetkan Israel.
Selama beberapa bulan terakhir, Tel Aviv habis-habisan melawan Hizbullah.
Serangan pada 30 Juli menewaskan Fuad Shukr, salah satu komandan militer tertinggi kelompok itu.
Sekitar tiga minggu kemudian, serangan menewaskan Ibrahim Aqil, kepala Pasukan Radwan—unit elite Hizbullah, dan 15 komandan lainnya.
Beberapa hari kemudian, serangan lain menewaskan Ibrahim Mohammed Kobeissi, yang memimpin beberapa unit Hizbullah, termasuk unit rudal berpemandu. Keesokan harinya, Mohammed Srur, kepala unit pesawat nirawak Hizbullah, tewas dalam serangan itu.
Chip Usher, mantan analis CIA yang pernah bekerja dengan intelijen Israel, mengatakan kepada New York Times: "Rahasia kesuksesan mereka bergantung pada beberapa faktor. Mereka memiliki target yang cukup jelas. Itu memudahkan mereka untuk memberikan fokus yang luar biasa pada apa yang mereka lakukan. Mereka berada dalam bayang-bayang perang dengan Hizbullah dan Iran. Dan mereka sangat sabar."
(mas)