Sekjen PBB Antonio Guterres: Neraka Sedang Terjadi di Lebanon
loading...
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bekerja sama guna mengakhiri kekerasan yang meningkat antara militer Israel dan Hizbullah di sepanjang Garis Biru di Lebanon selatan.
“Neraka sedang terjadi di Lebanon,” kata Guterres saat memperingatkan situasi di negara tersebut.
Menurutnya, baku tembak di sepanjang garis pemisah yang dipatroli PBB di Lebanon selatan telah meluas dalam cakupan, kedalaman, dan intensitas.
Senin menyaksikan hari paling berdarah di Lebanon dalam satu generasi, karena Israel terus membombardir wilayah yang sebagian besar dikuasai Hizbullah, menggandakan serangan perangkat elektronik yang menghancurkan yang menewaskan ratusan orang minggu lalu.
Dengan seruan bagi kedua belah pihak untuk menghormati kedaulatan Lebanon, Guterres mengatakan: "Negara harus memiliki kendali penuh atas persenjataannya di seluruh negeri."
“Kami mendukung semua upaya untuk memperkuat Angkatan Bersenjata Lebanon," imbuh dia, seperti dikutip dari situs resmi PBB, Kamis (26/9/2024).
Pemimpin PBB itu mengatakan pelanggaran harian di Garis Biru merupakan pelanggaran resolusi utama Dewan Keamanan PBB 1559 (2004) dan 1701 (2006).
Guterres menambahkan, dengan hampir 200.000 warga Lebanon sekarang mengungsi secara internal, bersama dengan lebih dari 60.000 warga Israel utara, banyak nyawa telah hilang sejak Hizbullah pertama kali mulai menembakkan roket melewati garis pemisah untuk mendukung Hamas di Gaza.
"Komunitas di kedua belah pihak harus dapat kembali ke rumah mereka dan hidup dengan aman dan terlindungi, tanpa rasa takut," kata Sekjen Guterres.
Dia memuji semua upaya diplomatik yang telah dilakukan sejauh ini untuk de-eskalasi dan menjanjikan dukungan PBB yang berkelanjutan untuk gencatan senjata dan peningkatan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Lebanon yang tertimpa konflik.
“Meskipun dalam kondisi yang berbahaya, pasukan penjaga perdamaian kami tetap berada di posisi," katanya, mengacu pada Pasukan Sementara PBB (UNIFIL), meskipun sebagian besar personel sipil telah direlokasi sementara.
“Saya mohon Dewan [Keamanan PBB] untuk bekerja sama secara erat guna membantu memadamkan api ini," paparnya kepada para duta besar.
“Warga sipil harus dilindungi. Infrastruktur sipil tidak boleh menjadi sasaran. Kepada semua pihak, mari kita katakan dengan satu suara yang jelas: hentikan pembunuhan dan penghancuran. Kurangi retorika dan ancaman. Mundurlah dari ambang kehancuran," paparnya.
Dia mengatakan perang habis-habisan harus dihindari dengan segala cara. “Itu pasti akan menjadi bencana besar," imbuh dia.
“Neraka sedang terjadi di Lebanon,” kata Guterres saat memperingatkan situasi di negara tersebut.
Menurutnya, baku tembak di sepanjang garis pemisah yang dipatroli PBB di Lebanon selatan telah meluas dalam cakupan, kedalaman, dan intensitas.
Senin menyaksikan hari paling berdarah di Lebanon dalam satu generasi, karena Israel terus membombardir wilayah yang sebagian besar dikuasai Hizbullah, menggandakan serangan perangkat elektronik yang menghancurkan yang menewaskan ratusan orang minggu lalu.
Dengan seruan bagi kedua belah pihak untuk menghormati kedaulatan Lebanon, Guterres mengatakan: "Negara harus memiliki kendali penuh atas persenjataannya di seluruh negeri."
“Kami mendukung semua upaya untuk memperkuat Angkatan Bersenjata Lebanon," imbuh dia, seperti dikutip dari situs resmi PBB, Kamis (26/9/2024).
Pemimpin PBB itu mengatakan pelanggaran harian di Garis Biru merupakan pelanggaran resolusi utama Dewan Keamanan PBB 1559 (2004) dan 1701 (2006).
Guterres menambahkan, dengan hampir 200.000 warga Lebanon sekarang mengungsi secara internal, bersama dengan lebih dari 60.000 warga Israel utara, banyak nyawa telah hilang sejak Hizbullah pertama kali mulai menembakkan roket melewati garis pemisah untuk mendukung Hamas di Gaza.
"Komunitas di kedua belah pihak harus dapat kembali ke rumah mereka dan hidup dengan aman dan terlindungi, tanpa rasa takut," kata Sekjen Guterres.
Dia memuji semua upaya diplomatik yang telah dilakukan sejauh ini untuk de-eskalasi dan menjanjikan dukungan PBB yang berkelanjutan untuk gencatan senjata dan peningkatan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Lebanon yang tertimpa konflik.
“Meskipun dalam kondisi yang berbahaya, pasukan penjaga perdamaian kami tetap berada di posisi," katanya, mengacu pada Pasukan Sementara PBB (UNIFIL), meskipun sebagian besar personel sipil telah direlokasi sementara.
“Saya mohon Dewan [Keamanan PBB] untuk bekerja sama secara erat guna membantu memadamkan api ini," paparnya kepada para duta besar.
“Warga sipil harus dilindungi. Infrastruktur sipil tidak boleh menjadi sasaran. Kepada semua pihak, mari kita katakan dengan satu suara yang jelas: hentikan pembunuhan dan penghancuran. Kurangi retorika dan ancaman. Mundurlah dari ambang kehancuran," paparnya.
Dia mengatakan perang habis-habisan harus dihindari dengan segala cara. “Itu pasti akan menjadi bencana besar," imbuh dia.
(mas)