Bawa Sendok dan Wajan, Satu Juta Warga Chili Turun ke Jalan

Sabtu, 26 Oktober 2019 - 11:30 WIB
Bawa Sendok dan Wajan, Satu Juta Warga Chili Turun ke Jalan
Bawa Sendok dan Wajan, Satu Juta Warga Chili Turun ke Jalan
A A A
SANTIAGO - Sebanyak satu juga warga Chili melakukan aksi protes di Ibu Kota Santiago pada Jumat waktu setempat. Ini adalah demonstrasi terbesar sejak aksi kekerasan pecah minggu lalu karena ketimpangan yang mengakar di negara Amerika Selatan itu.

Demonstran melabai-lambaikan bendera nasional, meniup peluit dan terompet, membawa dupa serta poster yang mendesak perubahan politik dan sosial. Mereka mengalir melalui jalan-jalan, berjalan bermil-mil dari sekitar Santiago dan berkumpul di Plaza Italia.

Kerumunan demonstran yang berwarna warni membentang di sepanjang jalan setapak Santiago sejauh mata memanda. Kehadiran mereka diiringi dengan kebisingan luar biasa memekakan telinga yang berasal dari dentingan panci beradu dengan sendok yang telah menjadi semacam soundtrack untuk aksi tersebut.

"Orang-orang, bersatu, tidak akan pernah bisa dikalahkan," teriak kerumunan orang.

Pada Jumat pagi, truk, mobil, dan taksi melambat di jalan-jalan utama, membunyikan klakson dan mengibarkan bendera Chili.

“Tidak ada lagi tol! Cukup itu pelecehan!” bunyi tulisan di rambu kuning dan merah terpampang di depan kendaraan.

Adegan-adegan itu direplikasi di kota-kota di seluruh negeri. Lalu lintas yang sudah padat dengan truk dan taksi ditambah dengan aksi protes membuat jalan tol terhenti di Santiago karena jalan ditutup dan angkutan umum berhenti beroperasi jelang aksi demonstrasi yang berlangsung sepanjang sore.

Banyak pengemudi bus di Santiago melakukan walk-off pada hari Jumat setelah salah satu dari mereka ditembak.

Gubernur Santiago Karla Rubilar mengatakan hampir satu juta orang berbaris di ibu kota, lebih dari lima persen populasi negara itu.

"Hari ini adalah hari bersejarah," tulis Rubilar di Twitter.

"Wilayah Metropolitan adalah tuan rumah bagi pawai damai hampir satu juta orang yang mewakili mimpi untuk Chili baru," sambungnya.

Clotilde Soto, seorang pensiunan guru berusia 82 tahun, mengatakan bahwa dia turun aksi karena dia tidak ingin mati tanpa melihat perubahan.

"Yang terpenting, kami membutuhkan gaji dan pensiun yang lebih baik," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (26/10/2019).

Menjelang sore tidak ada tanda-tanda kekerasan atau bentrokan dengan pasukan keamanan, yang mempertahankan kehadirannya di dalam kendaraan lapis baja yang dipenuhi cat dan penyok akibat lemparan batu yang diparkir di sisi jalan.

Militer Chili telah mengambil alih keamanan di Santiago, sebuah kota berpenduduk 6 juta orang yang kini berada dalam keadaan darurat dengan jam malam.

Protes yang dipicu karena kenaikan tarif angkutan umum memanas menjadi kerusuhan, pembakaran dan penjarahan yang telah menewaskan sedikitnya 17 orang, melukai ratusan lainnya. Lebih dari 7.000 ditangkap dan menyebabkan kerugian bisnis lebih dari USD1,4 miliar.

Presiden dua periode Chili, Sebastian Pinera, mengalahkan oposisi dalam pemilihan umum terbaru 2017, memberikan koalisi yang berkuasa kekalahan terbesar sejak akhir kediktatoran Augusto Pinochet pada 1990.

Tetapi sekarang banyak protes dan coretan protes yang tergambar di gedung-gedung di sekitar kota menuntut dirinya lengser.

Pada Kamis lalu, Pinera mengatakan telah mendengar tuntutan warga Chili yang keras dan jelas. Ia pun telah mengirimkan rancangan undang-undang yang membatalkan kenaikan tarif listrik dan menyerukan reformasi untuk menjamin upah minimum USD480 sebulan dan memperkenalkan asuransi kesehatan negara untuk bencaran.

Pada Jumat, Pinera memberikan sentuhan akhir pada rancangan undang-undang untuk menaikkan pensiun minimum sebesar 20%.

“Kita harus menyetujui proyek-proyek ini dengan urgensi yang diminta warga Chili,” kata Pinera.

Kerusuhan Cile adalah yang terbaru dalam serangkaian protes di Amerika Selatan dan di seluruh dunia - dari Beirut ke Barcelona - masing-masing dengan pemicu lokal tetapi juga berbagi kemarahan yang mendasari perbedaan sosial dan elit penguasa.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4779 seconds (0.1#10.140)