Gertak Israel, Panglima Militer Mesir Tinjau Perbatasan Gaza

Kamis, 05 September 2024 - 20:35 WIB
loading...
A A A
Kunjungan itu di tengah upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperbarui penolakannya untuk menarik diri dari Koridor Philadelphia di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. “Jika kami mundur, kami tidak akan [bisa] kembali ke sana — tidak selama 42 hari dan tidak selama 42 tahun,” katanya dalam rapat kabinet seperti dikutip oleh Saluran Israel 12.

Perdana menteri mengacu pada fase 42 hari pertama dari usulan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.

Netanyahu mengklaim bahwa Koridor Philadelphia, wilayah demiliterisasi di perbatasan antara Gaza dan Mesir, adalah “jalur hidup” bagi Hamas.

“Kami harus tetap berada di Koridor Philadelphia, itu penting untuk keamanan Israel,” katanya.

“Selain itu, jika kami pergi, akan sulit bagi kami untuk kembali. Ini adalah waktu yang kritis dalam perang untuk mempertahankan koridor, yang tanpanya kami tidak akan dapat memenuhi tujuan perang.”

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Senin pagi bahwa menurutnya Netanyahu tidak melakukan cukup banyak hal untuk mengamankan kesepakatan penyanderaan dengan Hamas.

Posisi garis keras Netanyahu di koridor tersebut dipandang oleh para pemimpin oposisi dan keluarga sandera Israel di Gaza sebagai penghambat upaya untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan dengan Hamas.

Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.

Perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah menewaskan hampir 40.800 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.200 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang sedang berlangsung di daerah kantong tersebut telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0915 seconds (0.1#10.140)