Jenderal Top Ukraina Akui Kegagalan Utama di Kursk Rusia
loading...
A
A
A
Menurut angka terbaru dari Kementerian Pertahanan Rusia, serangan itu telah menyebabkan Ukraina kehilangan lebih dari 6.600 personel, 73 tank, dan lebih dari 500 kendaraan lapis baja.
Pimpinan Ukraina tidak konsisten dalam menjelaskan tujuannya untuk operasi Kursk. Awalnya, kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan perebutan wilayah Rusia diperlukan untuk mengintimidasi publik Rusia dan memperoleh posisi yang lebih kuat selama perundingan damai dengan Moskow.
Pesan tersebut kemudian berubah, dengan Zelensky mengklaim dia bertujuan menciptakan zona penyangga di dalam wilayah Rusia dan mencegah Moskow memerintahkan serangan ke Wilayah Sumy Ukraina, yang berbatasan dengan Kursk.
Namun, sumber anonim telah memberi tahu The Economist bahwa Syrsky hampir dipecat pada awal Agustus, dan memerintahkan operasi Kursk karena "putus asa."
Menghadapi kerugian yang meningkat di Donbass, tujuan utama Syrsky "adalah untuk menarik pasukan (Rusia) menjauh dari cengkeraman Donbass, dan untuk menciptakan alat tawar-menawar untuk setiap negosiasi di masa mendatang," majalah Inggris itu melaporkan pekan lalu.
Pimpinan Ukraina tidak konsisten dalam menjelaskan tujuannya untuk operasi Kursk. Awalnya, kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan perebutan wilayah Rusia diperlukan untuk mengintimidasi publik Rusia dan memperoleh posisi yang lebih kuat selama perundingan damai dengan Moskow.
Pesan tersebut kemudian berubah, dengan Zelensky mengklaim dia bertujuan menciptakan zona penyangga di dalam wilayah Rusia dan mencegah Moskow memerintahkan serangan ke Wilayah Sumy Ukraina, yang berbatasan dengan Kursk.
Namun, sumber anonim telah memberi tahu The Economist bahwa Syrsky hampir dipecat pada awal Agustus, dan memerintahkan operasi Kursk karena "putus asa."
Menghadapi kerugian yang meningkat di Donbass, tujuan utama Syrsky "adalah untuk menarik pasukan (Rusia) menjauh dari cengkeraman Donbass, dan untuk menciptakan alat tawar-menawar untuk setiap negosiasi di masa mendatang," majalah Inggris itu melaporkan pekan lalu.
(sya)