F-35 Supermahal Dipakai untuk Mengebom ISIS, Militer AS Dikritik

Jum'at, 13 September 2019 - 08:14 WIB
F-35 Supermahal Dipakai...
F-35 Supermahal Dipakai untuk Mengebom ISIS, Militer AS Dikritik
A A A
WASHINGTON - Anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat Amerika Serikat (AS) mengkritik penggunaan pesawat jet tempur siluman F-35 yang supermahal untuk mengebom basis ISIS di Pulau Qanus, Irak. Selain jet tempur siluman tersebut, militer Amerika juga menggunakan jet tempur F-15 untuk menjatuhkan bom seberat 80.000 pound.

Biaya operasional F-35 mencapai USD35.000 (Rp488,9 juta) per jam per unit. Para Senator ingin tahu mengapa pesawat tempur yang mahal itu digunakan untuk menyerang sekelompok teroris ISIS yang bersembunyi di semak-semak ketika opsi yang lebih murah masih tersedia.

Militer AS telah mengonfirmasi bahwa pasukan koalisi menyerang markas ISIS di Pulau Qanus, Irak, pada hari Selasa. Kelompok teroris itu dibom di lokasi persembunyiannya, di vegetasi yang lebat. (Baca: Dahsyatnya F-35 dan F-15 AS Jatuhkan Bom 80.000 Pound di Irak )

Senator meminta Barbara Barrett—calon Sekretaris Angkatan Udara yang diinginkan Presiden Donald Trump—ditanya pendapatnya pada hari Kamis apakah menggunakan pesawat mahal untuk misi semacam itu adalah keputusan keuangan yang bagus.

"Saya memiliki keprihatinan nyata tentang penggunaan pesawat terbang generasi kelima untuk menyerang sekelompok teroris yang bersembunyi di semak-semak," kata Senator Partai Republik, Tom Cotton, kepada Barrett.

"Rasanya bagi saya seakan-akan kita harus menggunakan pesawat yang cocok di lingkungan di mana kita memiliki dominasi udara total, dan F-35 serta pilot mereka harus dilatih untuk konflik tingkat tinggi melawan lawan seperti China," ujarnya, dikutip Washington Examiner, Jumat (13/9/2019).

Cotton sangat khawatir bahwa F-35 digunakan mengingat laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah yang mengatakan rantai pasokan F-35 tidak memiliki cukup suku cadang yang tersedia untuk menjaga agar pesawat beroperasi sesuai persyaratan militer.

Jack Reed, Senator Partai Demokrat sependapat dengan Cotton. Dia mengungkapkan keprihatinannya tentang keberlanjutan nasib jet tempur berteknologi tinggi, yang merupakan program senjata paling mahal dalam sejarah Amerika.

"Tapi itu berkaitan dengan masalah angka. Angkatan Udara ingin melihat 1.763 pesawat F-35, tetapi jika biayanya USD35.000 per jam, bagaimana kita bisa membayarnya?," kata Reed.

Barrett, seorang pilot perempuan pertama yang mendaratkan pesawat F-18 pada sebuah kapal induk, mengatakan menurunkan biaya penerbangan akan menjadi salah satu prioritasnya sebagai Sekretaris Angkatan Udara.

"F-35 adalah elemen penting dari arsenal, dan kami membutuhkan kemampuan, tetapi biaya untuk jam penerbangan tampak sangat tinggi," kata Barrett. "Saya akan menggunakan latar belakang di mana saya harus bernegosiasi dan membangun kemampuan sehingga pesawat dapat diterbangkan dengan biaya lebih sedikit," ujarnya.

Kongres telah berulang kali menyediakan uang bagi Pentagon untuk mengembangkan pesawat serang ringan yang dapat melakukan operasi terhadap musuh seperti ISIS dengan biaya lebih kecil dari pesawat lain.

Juru bicara Counter Terrorism Service (CTS) Irak, Sabah Al-Numaan, mengatakan serangan jet-jet tempur AS di Pulau Qanus menewaskan sekitar 25 petempur Islamic State atau ISIS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1403 seconds (0.1#10.140)