Teringat Anwar Sadat, Mohammed bin Salman Takut Dibunuh Jika Berteman dengan Israel
loading...
A
A
A
Menulis kolom di Politico yang mengungkap percakapan tersebut, koresponden senior urusan luar negeri media berita tersebut; Nahal Toosi, menyatakan bahwa sang putra mahkota mengatakan hidupnya dalam bahaya. "Sehingga mendorong pejabat AS agar meningkatkan tekanan pada Israel agar tunduk pada kesepakatan yang disukainya," tulis Toosi, yang dikutip Times of Israel, Kamis (15/8/2024).
"Bahkan sebelum perang Gaza, MBS sudah bertaruh dengan mempertimbangkan gagasan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel," lanjut Toosi.
Kini, tulisnya, normalisasi hubungan dapat membuat sang putra mahkota kehilangan dukungan dari pemuda Saudi, yang telah didorong oleh konflik besar pertama antara Israel dan Palestina yang telah banyak mereka saksikan dalam hidup mereka.
Normalisasi hubungan Israel-Saudi merupakan tujuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang telah lama didambakan. Akan tetapi, perdana menteri tersebut telah berulang kali menolak Negara Palestina di masa mendatang, sehingga membuat kesepakatan semacam itu menjadi usaha yang rumit dan sulit.
Presiden AS Joe Biden mengatakan Arab Saudi ingin mengakui Israel sepenuhnya dengan imbalan jaminan keamanan dari Washington dan pembangunan fasilitas nuklir sipil.
Pada hari Senin, Gedung Putih mengonfirmasi telah melanjutkan penjualan senjata ofensif ke Arab Saudi, mencabut larangan yang diberlakukan pada tahun 2021 atas masalah hak asasi manusia.
Dimulainya kembali hubungan tersebut dipandang sebagai bagian dari upaya Washington untuk meminta bantuan Riyadh dalam mengamankan gencatan senjata di Gaza dan melawan kemungkinan serangan Iran terhadap Israel.
Sebelum perang di Gaza, normalisasi hubungan tampaknya sudah di depan mata.
Dua menteri Israel melakukan kunjungan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya ke kerajaan gurun itu beberapa hari sebelum perang dimulai pada 7 Oktober, ketika ribuan milisi yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan untuk membunuh sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
"Bahkan sebelum perang Gaza, MBS sudah bertaruh dengan mempertimbangkan gagasan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel," lanjut Toosi.
Kini, tulisnya, normalisasi hubungan dapat membuat sang putra mahkota kehilangan dukungan dari pemuda Saudi, yang telah didorong oleh konflik besar pertama antara Israel dan Palestina yang telah banyak mereka saksikan dalam hidup mereka.
Normalisasi hubungan Israel-Saudi merupakan tujuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang telah lama didambakan. Akan tetapi, perdana menteri tersebut telah berulang kali menolak Negara Palestina di masa mendatang, sehingga membuat kesepakatan semacam itu menjadi usaha yang rumit dan sulit.
Presiden AS Joe Biden mengatakan Arab Saudi ingin mengakui Israel sepenuhnya dengan imbalan jaminan keamanan dari Washington dan pembangunan fasilitas nuklir sipil.
Pada hari Senin, Gedung Putih mengonfirmasi telah melanjutkan penjualan senjata ofensif ke Arab Saudi, mencabut larangan yang diberlakukan pada tahun 2021 atas masalah hak asasi manusia.
Dimulainya kembali hubungan tersebut dipandang sebagai bagian dari upaya Washington untuk meminta bantuan Riyadh dalam mengamankan gencatan senjata di Gaza dan melawan kemungkinan serangan Iran terhadap Israel.
Sebelum perang di Gaza, normalisasi hubungan tampaknya sudah di depan mata.
Dua menteri Israel melakukan kunjungan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya ke kerajaan gurun itu beberapa hari sebelum perang dimulai pada 7 Oktober, ketika ribuan milisi yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan untuk membunuh sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
(mas)