Negara Tetangga Indonesia Uji Rudal Canggih SM-6 Amerika untuk Pertama Kalinya
loading...
A
A
A
SYDNEY - Australia, negara tetangga Indonesia, mengumumkan pada Sabtu bahwa mereka telah menguji coba SM-6—rudal canggih buatan Amerika Serikat (AS)—untuk pertama kalinya.
Tes misil dari kapal perang itu menjadi langkah besar dalam memperoleh dan mengintegrasikan senjata pertahanan udara ke dalam inventaris militer Canberra.
Kapal perang HMAS Sydney melakukan uji coba SM-6 di dekat negara bagian Hawaii, AS, sebagai bagian dari latihan Pacific Dragon 2024. Demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Australia, menyebutnya sebagai "tonggak penting" dalam kesepakatan yang pertama kali disetujui pada tahun 2021.
SM-6 adalah rudal pertahanan udara Angkatan Laut tercanggih di gudang senjata AS, dan juga telah diuji untuk menyerang kapal dan target darat, dan dalam skenario udara-ke-udara.
“Ini adalah contoh lain dari percepatan perolehan kemampuan penting bagi Angkatan Laut," kata Pat Conroy, Menteri Pertahanan dan Penyediaan Kemampuan Australia, seperti dikutip Reuters, Minggu (11/8/2024).
“Kemampuan untuk menghalangi musuh dari jarak jauh dan untuk menghalangi upaya untuk memproyeksikan kekuatan terhadap Australia adalah bagian inti dari Strategi Pertahanan Nasional.”
Australia telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan militernya dalam menghadapi meningkatnya ketegangan dengan China, termasuk peningkatan pangkalan yang didanai AS.
Memperluas wilayah yang dapat dipertahankan kapal memaksa musuh untuk beroperasi lebih jauh, memungkinkan Angkatan Laut Kerajaan Australia (RAN) untuk maju lebih jauh ke perairan yang disengketakan jika terjadi konflik.
Pada bulan Maret, Australia membantu uji SM-6 AS yang terpisah dengan menyediakan pengumpulan data, komunikasi, dan pelacakan, menurut Badan Pertahanan Rudal AS.
Pemerintah Australia belum mengatakan berapa banyak rudal yang mereka rencanakan untuk dibeli dari Amerika Serikat. Namun ketika penjualan militer asing disetujui pada tahun 2021, dokumen pemerintah AS menunjukkan perkiraan biaya sebesar USD350 juta untuk "barang dan layanan pertahanan".
Jumlah tersebut termasuk rudal SM-6 dan SM-2 yang lebih lama, yang sudah digunakan oleh Angkatan Laut Australia.
Pengumuman pada hari Sabtu tidak menyebutkan kapan SM-6 akan beroperasi, tetapi mengatakan akan digunakan pada kapal perusak kelas Hobart, di mana Australia memiliki tiga di antaranya. Masing-masing dapat membawa 48 rudal pertahanan udara.
"Keserbagunaan SM-6 menjadikannya tambahan yang menarik bagi persenjataan rudal RAN yang terbatas, memberinya kemampuan pertahanan rudal dan antikapal tambahan untuk melengkapi Naval Strike Missile (rudal antikapal canggih yang juga baru-baru ini diuji oleh RAN),” kata Euan Graham, analis senior di Australian Strategic Policy Institute.
Lihat Juga: Kadin dan Pemerintah Indonesia Berpeluang Raih Pendanaan Transisi Energi hingga Rumah Murah dari Inggris
Tes misil dari kapal perang itu menjadi langkah besar dalam memperoleh dan mengintegrasikan senjata pertahanan udara ke dalam inventaris militer Canberra.
Kapal perang HMAS Sydney melakukan uji coba SM-6 di dekat negara bagian Hawaii, AS, sebagai bagian dari latihan Pacific Dragon 2024. Demikian disampaikan Kementerian Pertahanan Australia, menyebutnya sebagai "tonggak penting" dalam kesepakatan yang pertama kali disetujui pada tahun 2021.
SM-6 adalah rudal pertahanan udara Angkatan Laut tercanggih di gudang senjata AS, dan juga telah diuji untuk menyerang kapal dan target darat, dan dalam skenario udara-ke-udara.
“Ini adalah contoh lain dari percepatan perolehan kemampuan penting bagi Angkatan Laut," kata Pat Conroy, Menteri Pertahanan dan Penyediaan Kemampuan Australia, seperti dikutip Reuters, Minggu (11/8/2024).
“Kemampuan untuk menghalangi musuh dari jarak jauh dan untuk menghalangi upaya untuk memproyeksikan kekuatan terhadap Australia adalah bagian inti dari Strategi Pertahanan Nasional.”
Australia telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan militernya dalam menghadapi meningkatnya ketegangan dengan China, termasuk peningkatan pangkalan yang didanai AS.
Memperluas wilayah yang dapat dipertahankan kapal memaksa musuh untuk beroperasi lebih jauh, memungkinkan Angkatan Laut Kerajaan Australia (RAN) untuk maju lebih jauh ke perairan yang disengketakan jika terjadi konflik.
Pada bulan Maret, Australia membantu uji SM-6 AS yang terpisah dengan menyediakan pengumpulan data, komunikasi, dan pelacakan, menurut Badan Pertahanan Rudal AS.
Pemerintah Australia belum mengatakan berapa banyak rudal yang mereka rencanakan untuk dibeli dari Amerika Serikat. Namun ketika penjualan militer asing disetujui pada tahun 2021, dokumen pemerintah AS menunjukkan perkiraan biaya sebesar USD350 juta untuk "barang dan layanan pertahanan".
Jumlah tersebut termasuk rudal SM-6 dan SM-2 yang lebih lama, yang sudah digunakan oleh Angkatan Laut Australia.
Pengumuman pada hari Sabtu tidak menyebutkan kapan SM-6 akan beroperasi, tetapi mengatakan akan digunakan pada kapal perusak kelas Hobart, di mana Australia memiliki tiga di antaranya. Masing-masing dapat membawa 48 rudal pertahanan udara.
"Keserbagunaan SM-6 menjadikannya tambahan yang menarik bagi persenjataan rudal RAN yang terbatas, memberinya kemampuan pertahanan rudal dan antikapal tambahan untuk melengkapi Naval Strike Missile (rudal antikapal canggih yang juga baru-baru ini diuji oleh RAN),” kata Euan Graham, analis senior di Australian Strategic Policy Institute.
Lihat Juga: Kadin dan Pemerintah Indonesia Berpeluang Raih Pendanaan Transisi Energi hingga Rumah Murah dari Inggris
(mas)