Mengapa Negara Lain Perintahkan Warganya Keluar dari Lebanon, Ada Apa?

Rabu, 07 Agustus 2024 - 11:48 WIB
loading...
Mengapa Negara Lain...
Mohammed, putra mendiang komandan senior Hizbullah Fuad Shukr yang terbunuh pada 30 Juli, berbicara dalam upacara peringatan untuk menandai satu pekan sejak terbunuhnya ayahnya di Beirut, Lebanon, 6 Agustus 2024. Foto/EPA-EFE/WAEL HAMZEH
A A A
BEIRUT - Beberapa negara telah mendesak warga negaranya meninggalkan Lebanon, karena kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah semakin meningkat.

Iran telah bersumpah melakukan pembalasan yang "keras" terhadap Israel, yang disalahkannya atas kematian kepala politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7/2024). Israel belum berkomentar.

Pembunuhannya terjadi beberapa jam setelah Israel membunuh komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut, Lebanon.

Para pejabat Barat khawatir Hizbullah, pejuang dan gerakan politik yang didukung Iran yang berbasis di Lebanon, dapat memainkan peran kunci dalam pembalasan semacam itu, yang pada gilirannya dapat memicu tanggapan serius Israel.

Semakin banyak penerbangan yang dibatalkan atau ditangguhkan di satu-satunya bandara komersial negara itu di Beirut.

Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, Prancis, Kanada, Korea Selatan, Arab Saudi, Jepang, Turki, dan Yordania termasuk di antara negara-negara yang telah mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon sesegera mungkin.

Kekhawatiran akan meningkatnya permusuhan yang dapat melanda Lebanon mencapai titik tertinggi sejak Hizbullah meningkatkan serangannya terhadap Israel, sehari setelah serangan mematikan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, untuk mendukung warga Palestina di Gaza.

Sebagian besar pertempuran telah dibatasi di daerah perbatasan, dengan kedua belah pihak mengindikasikan tidak tertarik pada konflik yang lebih luas.

Namun, Hizbullah telah berjanji menanggapi pembunuhan Shukr, yang terjadi di Dahiyeh, benteng kelompok itu di pinggiran selatan Beirut.

Pembunuhan itu terjadi setelah 12 anak-anak dan remaja tewas dalam serangan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, yang menurut Israel dilakukan Hizbullah.

Hizbullah menyangkal tuduhan itu dan mengatakan tak pernah menyerang target sipil.

Sementara itu, terjadi baku tembak terus-menerus antara kedua belah pihak. Hizbullah mengatakan pihaknya meluncurkan pesawat nirawak ke barak militer di Ayelet HaShahar, Israel utara, pada Senin dini hari (5/8/2024).

Militer Israel mengatakan dua tentara terluka. Peristiwa itu terjadi sehari setelah Hizbullah meluncurkan puluhan roket ke kota terdekat Beit Hillel. Tidak ada laporan korban jiwa dari serangan itu.

Angkatan udara Israel menanggapi dengan menyerang target di Lebanon selatan. Seorang pejuang Hizbullah dan seorang paramedis tewas dalam serangan di kota Mays al-Jabal, kurang dari satu mil dari perbatasan dengan Israel.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, Kedutaan Besar AS di Beirut mengatakan mereka yang memilih untuk tinggal di Lebanon harus "mempersiapkan rencana darurat" dan bersiap "berlindung di tempat untuk jangka waktu yang lama".

Pentagon mengatakan pihaknya mengerahkan kapal perang dan jet tempur tambahan ke wilayah tersebut untuk membantu mempertahankan Israel dari kemungkinan serangan oleh Iran dan proksinya, strategi yang mirip dengan yang diadopsi pada April, ketika Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal dan pesawat nirawak ke Israel sebagai balasan atas serangan terhadap kompleks diplomatiknya di Suriah.

Mereka menyalahkan Israel atas serangan itu. Banyak yang khawatir pembalasan Iran pada kesempatan ini dapat mengambil bentuk yang sama.

Inggris mengatakan pihaknya mengirim personel militer tambahan, staf konsuler, dan pejabat pasukan perbatasan untuk membantu evakuasi apa pun.

Mereka telah mendesak warga negara Inggris meninggalkan Lebanon saat penerbangan komersial masih berjalan.

Dua kapal militer Inggris sudah berada di wilayah tersebut dan Angkatan Udara Kerajaan telah menempatkan helikopter angkut dalam keadaan siaga.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan situasi regional "dapat memburuk dengan cepat".

Dalam panggilan telepon dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Jumat, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Baqeri Kani mengatakan Iran "tidak diragukan lagi akan menggunakan hak bawaan dan sahnya" untuk "menghukum" Israel.

Pada Jumat, seorang penyiar di TV pemerintah Iran memperingatkan "dunia akan menyaksikan kejadian luar biasa".

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperingatkan warga Israel bahwa, "Hari-hari yang penuh tantangan akan segera tiba... Kami telah mendengar ancaman dari semua pihak. Kami siap menghadapi skenario apa pun."

Ketegangan meningkat setelah serangan roket di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki menewaskan 12 anak-anak dan remaja.

Israel menuduh Hizbullah dan bersumpah akan melakukan pembalasan "keras", meskipun Hizbullah membantah terlibat.

Beberapa hari kemudian, Shukr, yang merupakan penasihat dekat pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel yang ditargetkan di Beirut.

Empat orang lainnya, termasuk dua anak-anak, juga tewas. Beberapa jam setelah itu, kepala Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Iran, pendukung utama Hamas.

Haniyeh berkunjung untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan Israel akan menerima “hukuman berat” atas pembunuhan tersebut.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)