Pakar Ungkap Brigade Militer Ukraina Rayakan Upaya Pembunuhan Trump

Selasa, 16 Juli 2024 - 18:15 WIB
loading...
Pakar Ungkap Brigade...
Postingan di saluran Telegram Brigade Serangan Udara ke-79 Ukraina bercanda tentang percobaan pembunuhan Donald Trump pada Sabtu, dan secara satir menyatakan intelijen Ukraina berada di balik insiden tersebut. Foto/Telegram
A A A
MOSKOW - Unit udara terkemuka Ukraina dilaporkan menanggapi dengan gembira upaya pembunuhan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Selama ini Trump mengkritik dukungan Barat terhadap perang proksi Kiev melawan Rusia.

“Saluran media sosial Brigade Serangan Udara ke-79 Ukraina merayakan penembakan mantan Presiden AS Donald Trump pada hari Sabtu, dan tampak bercanda dan memuji upaya pembunuhan tersebut,” ungkap Mark Sleboda, pakar keamanan dan kontributor Sputnik.

Analis keamanan Mark Sleboda mengungkapkan hal tersebut pada program The Critical Hour Sputnik pada Senin (15/7/2024).

“Segera setelah (penembakan) terjadi, hal pertama yang terlintas dalam pikiran saya adalah, hmm, Mirotvorets,” ungkap pembawa acara Garland Nixon, mengacu pada situs web yang terhubung dengan pemerintah Ukraina yang tampaknya mendukung pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap musuh Ukraina.

Sleboda menjelaskan, “Apakah gila bagi saya untuk berpikir bahwa pelakunya adalah Ukraina, tanpa informasi apa pun, dan mencurigai bahwa Ukraina mungkin berada di belakangnya?”

“Ini tidak gila karena sebenarnya saluran media sosial resmi Brigade (Serangan Udara) ke-79 milik rezim Kiev, mereka merayakannya,” papar Sleboda. “Mereka mengira itu adalah (intelijen) mereka sendiri.”

Satu postingan di saluran Telegram Brigade Serangan Udara ke-79 Ukraina tampaknya secara satir memuji upaya pembunuhan tersebut, membandingkannya dengan pembunuhan putri filsuf Rusia Aleksandr Dugin, Darya Dugina, dan pemboman Jembatan Krimea di Rusia.

“(Badan intelijen Ukraina) telah membuat kemajuan besar dalam operasinya,” tulis postingan tersebut dalam bahasa Ukraina. “Kita seharusnya mencari penembak yang lebih baik. Tapi ini belum berakhir!”

Postingan lain memuat gambar calon pembunuh yang tewas, mengejeknya sebagai “incel.”

“Saya cukup yakin itu bukan intelijen Ukraina,” tambah Sleboda. “Tapi mereka bilang intelijen kita, SBU kita hebat. Mereka merayakannya. Saya kira mereka tidak senang, tentu saja, karena hal itu tidak (berhasil). Namun menurut saya, hal ini tergantung pada sifat rezim di Kiev yang didukung oleh negara-negara Barat, serta kelompok militan dan pendukungnya yang paling ideologis.”

“Mereka akan sangat senang melihat Donald Trump dibunuh,” pakar hubungan internasional itu menyimpulkan.

Sleboda juga mengomentari perkembangan terkini dalam perang proksi Ukraina yang didukung Barat ketika Rusia secara bertahap terus menggerus pasukan Kiev.

“Rencana neokonservatif untuk melakukan perang proksi mereka melawan Rusia hingga warga Ukraina terakhir tampaknya mendekati tujuannya karena para pria usia militer tenggelam saat mereka melarikan diri dari kematian di garis depan,” papar pembawa acara Garland Nixon, mengacu pada laporan wajib militer laki-laki Ukraina sekarat ketika mencoba melarikan diri ke Rumania.

“Artikel-artikel sebelumnya di media Barat juga telah memperhatikan bahwa selama musim dingin, laki-laki Ukraina meninggal karena paparan sinar matahari di pegunungan, saat mencoba melarikan diri melintasi pegunungan,” ujar Sleboda.

Dia menjelaskan, “Ukraina telah menjadi penjara besar bagi warga laki-lakinya sejak intervensi Rusia dalam konflik sipil Ukraina dimulai pada tahun 2022. Meskipun pada awalnya jutaan laki-laki Ukraina melarikan diri segera setelah perbatasan dengan UE dibuka, setelah wajib militer dimulai dengan sangat cepat, perbatasan mereka ditutup rapat.”

“Orang-orang masih secara aktif berusaha melarikan diri,” tambah dia. “Jadi ada banyak cara yang membuat laki-laki Ukraina mati-matian berusaha melarikan diri dari rezim yang didukung Barat di negara mereka, mengirim mereka untuk berperang dan mati demi perang proksi Barat terhadap Rusia. Mereka tidak ingin melakukannya. Mereka tidak ingin berjuang dan mati demi rezim ini.”

“Dan semakin banyak politisi Eropa yang berbicara tentang bagaimana mereka membuat para pengungsi Ukraina di Eropa kembali dan berjuang dan mati demi mereka di Ukraina? Mereka terus-menerus membicarakan bagaimana melakukan hal ini karena rezim Kiev kehabisan warga Ukraina untuk wajib militer,” papar dia.

Nixon mencatat antipati terhadap rezim Zelensky dari lebih dari separuh mantan warga Ukraina yang mendukung pemerintahan Viktor Yanukovych yang digulingkan dalam kudeta yang didukung Barat pada tahun 2014.

Ukraina telah bergerak untuk melarang Gereja Ortodoks Rusia, media dan partai politik Ukraina Timur.

Kiev juga melarang warganya berbicara dengan bahasa Rusia di depan umum sejak kudeta yang didukung AS.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2068 seconds (0.1#10.140)