Siapa Oleksandra Matviichuk? Pengacara Cantik Ukraina yang Ingin Mengadili Presiden Putin

Senin, 15 Juli 2024 - 19:55 WIB
loading...
A A A
Baginya, pembunuhan tersebut menandakan tingkat kekerasan yang baru – tidak masuk akal, hanya demi kepentingannya sendiri, dengan impunitas total dan persetujuan diam-diam dari Kremlin.

Namun, dia tidak percaya pada tindakan “simetris” seperti pembunuhan di luar proses hukum terhadap penjahat perang Rusia.

3. Bukan Sejarawan, tapi Pengacara

Siapa Oleksandra Matviichuk? Pengacara Cantik Ukraina yang Ingin Mengadili Presiden Putin

Foto/Reuters

Hingga bulan Juni, ratusan relawan dan staf pusat tersebut telah mendokumentasikan 72.000 dugaan kejahatan perang yang dilakukan prajurit Rusia di Ukraina – namun tujuan akhir mereka jauh melampaui catatan.

“Kami bukan sejarawan. Kami pengacara,” kata Matviichuk.

Dia ingin mendirikan pengadilan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, sebuah mekanisme internasional untuk mengadili setiap roda mesin perang Rusia – prajurit dan militer, pemimpin sipil dan agama serta tokoh televisi yang senang bekerja sama dengan Kremlin.

“Ada banyak gerakan untuk membentuk pengadilan kejahatan perang saat ini, dan Matviichuk berperan penting dalam upaya memberikan dukungan yang diperlukan untuk gagasan ini,” Ivar Dale, penasihat kebijakan senior di Komite Helsinki Norwegia, sebuah lembaga pengawas hak asasi manusia, mengatakan kepada Al Jazeera.

“Dia berhasil menggabungkan aktivisme akar rumput dengan advokasi internasional tingkat tinggi,” katanya.

Mengingat salah satu pidato Matviichuk yang dia saksikan di Berlin, Alisa Ganieva, seorang penulis pembangkang Rusia yang beremigrasi setelah tahun 2022, hanya memberikan pujian yang tinggi.

“Oleksandra bisa terpesona dengan suaranya, dengan sebuah pikiran. Dia dapat melakukan trik retorika, argumen logis, dapat menginspirasi empati dan membuat publik Eropa ingin membantu [Ukraina] melalui tindakan,” katanya kepada Al Jazeera.

4. Didukung Banyak Relawan

Sementara itu, rekan-rekan Matviichuk berbagi dedikasinya dan tidak terlalu memikirkan Hadiah Nobel Perdamaian yang diterima kelompok tersebut pada tahun 2022.

“Di luar negeri, mereka seperti, 'Oh, Anda memenangkan Hadiah Nobel.' Tapi di sini, semua orang fokus pada perang,” kata Alona Maksimenko, 26, koordinator kantor yang pertama menerima telepon dari Komite Nobel Norwegia. .
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1494 seconds (0.1#10.140)